16. Can't be perfect

649 94 13
                                    

"What do you think about me?" tanya Pra lagi, terdengar begitu menuntut. Lily pun terduduk karena sepertinya topik ini akan menjadi lebih serius.

"Do you think i slept with many women before?"

Dengan tanpa takut atau ragu, Lily menjawab, "Yes."

Membuat Pra kembali berucap dengan frustasi, "Jadi itu yang buat kamu ragu buat jatuh cinta sama aku. Karena kamu pikir aku laki-laki yang sering tidur sama perempuan? Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? WHY?" Pra bahkan tanpa sadar menaikkan nada bicaranya. Katakanlah bahwa ia tidak terima karena merasa difitnah oleh sang istri.

Dan kemudian, dengan menggebu Lily menjawab pertanyaan itu.

"You asked me why, Pra? I told you then. IT'S BECAUSE YOU ARE SO FUCKING HOT, HANDSOME AS HELL, CRAZY RICH, ROMANTIC AND COOL. That's why I can think that you won't waste any of that and will sleep with any woman you want!"

"What the... Heck?!"

Pra tidak bisa berkata-kata.

"Am i right, Pra?"

"Aku bener-bener gak bisa bedain apakah kamu lagi memaki aku atau lagi muji aku sekarang."

Lily mengerjapkan mata, melihat binar-binar bahagia di sepasang manik hitam milik Pra. Aneh sekali. Kenapa pria itu malah nampak bahagia padahal sedang dituduh tidur dengan banyak wanita?

"Am i really so fucking hot, Darling?" Pra merangkak mendekatinya, membuat Lily beringsut memundurkan tubuhnya. "And what? Handsome as hell? Crazy rich, romantic and cool?"

Ooohhh jadi... dari semua kata-kata tadi, hanya itu yang masuk dalam kepala Pra? Jadi tidak heran kalau dia jadi terlihat sangat berbahagia mendapati pujian sedemikian rupa dari orang yang dicintainya.

"Oh sweety, then i can tell you that you're fucking hot too, gorgeous as heaven, beautiful like an angel, and pure like a baby."

Terlepas dari semua kata-kata yang membuat jantung Lily berdebar itu, sekali lagi Lily memperingati Pra, "I'm on my period, Pra!" Itu karena Pra sudah berada tepat di atasnya dan Lily tak bisa bergerak kemana pun.

Pra menyunggingkan senyumnya. "Then, you're so lucky, baby."

Pra mengecup keningnya cukup lama, kemudian berguling dan kembali berbaring di sampingnya sambil memeluknya. "And no, aku gak pernah sampai melakukan hubungan ranjang sama wanita lain. I swear to God. Seperti aku yang pertama buat kamu, kamu juga yang pertama buat aku."

"Why? I mean, I am glad to hear it. Tapi agak gak masuk akal juga. Zaman sekarang, apalagi di Jakarta, kayanya hal seperti itu gak lagi jadi hal yang tabu. Apalagi kalau pacaran. Meskipun sangat disayangkan, bahkan anak-anak yang masih sekolah pun ngelakuin hal seperti itu. Sedangkan kamu, kamu punya segalanya! Segala hal yang ada di kamu seakan mendukung untuk kami melakukan hal seperti itu. Jadi... I don't know how to trust you."

Pra sampai menghela napas berat. Berbeda dengan Lily yang tentu bisa membuktikan dengan darah perawannya di malam pertama, Pra tentu tidak bisa memberinya bukti yang bisa terlihat oleh mata. Jadi, jujur saja Pra juga bingung.

"Jadi, apa aja yang kamu lakuin sama pacar-pacar kamu dulu, Pra? Gak mungkin kan cuma pegangan tangan sama curhat-curhatan."

Pra jadi tertawa mendengar itu. Namun, ia tidak merasa bahwa menceritakan masa lalunya adalah keputusan yang baik. Apalagi Lily sedang haid sekarang, emosinya tidak stabil. Kalau salah bicara, bisa-bisa ia akan didiami lagi seperti kemarin sore.

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang