Kami berada di depan penyebrangan jalan, Gil masih memegang tanganku sejak tadi, kami tidak bicara. Sangat tidak nyaman mengobrol dalam truk pengangkut ikan, kami harus meringkuk sejajar peti es untuk melewati pos pemeriksaan. Ken—lelaki yang kukenal lewat Gil—dia menitipkan kami pada orang yang bertugas mendistribusi ikan ke kota.Ken juga memberikan beberapa lembar uang untuk tutup mulut. Aku jelas tidak tahu apa-apa, Gil juga belum memberitahuku, tetapi sekarang kami terjebak di tempat yang sangat jauh dari rumah.
Lampu-lampu kota terlihat seperti kunang-kunang dari pulau, mereka tidak terbang, melainkan diam menerangi ruang-ruang dan markah jalan. Gaya bangunannya kuno, tetapi tidak jelek, aku suka warna kayu pada dinding-dinding itu. Tubuhku dingin, begitu juga dengan genggaman Gil.
“Kita mau ke mana, Gil?”
Dia menatapku, wajahnya sedikit pucat, “Sepertinya akan butuh waktu lama untuk pulang, Nou. Aku minta maaf, apa kau takut sekarang?”
Aku menggeleng, “Sekarang, aku hanya ingin mandi, dan sedikit sup jagung juga tidak masalah.”
Aroma panggangan dari deretan toko roti membuatku melupakan rasa takut. Rasa takut tidak akan membuatmu kenyang, dan perut biasanya tidak bisa berbohong. Kalau manusia bisa pura-pura berani, mereka tidak akan bisa pura-pura kenyang.
“Sepertinya kita tidak bisa mandi sekarang, aku juga tidak punya sup jagung, tapi aku punya ini,” dari dalam saku bajunya, Gil mengeluarkan sebuah apel, masih segar, tetapi sudah tergigit belum separuh. Sisa makanan yang dibawanya diam-diam dari rumah Ken.
“Gil?”
“Kau bisa memakan bagian yang masih bagus.”
Dia tersenyum, kecil sekali. “Kau baik-baik saja?” Tanyaku, tetapi Gil tidak menjawabnya.“Ayo,” ucapnya. Dia menarik tanganku ketika semua orang yang tadi kulihat berada di sisi jalan ikut menuju ke tempat yang seperti sebuah terowongan bawah tanah.
“Kita akan naik kereta.”
***
Kemudian Gil, dia berusaha mengingat-ingat semua perkataan Ken saat sore itu. Terdapat sepiring salad sayur dengan tambahan telur rebus, ikan goreng dan juga satu teko penuh jus jeruk. Lui yang menghidangkannya.
“Kami tidak bisa membantumu melewati dermaga, itu sangat berisiko untukku dan keluargaku, cuaca masih tidak menentu, kantor pengawas juga mulai memperketat penjagaan,” Ken menatap Gil cemas, bergantian lalu ke Lui, keadaannya semakin tidak baik.
“Aku hanya ingin pulang, barangkali keluargaku mencariku, dan juga temanku,” jawab Gil tertahan. “Dia tidak punya teman, jadi aku harus pulang.”
Ken menatap Lui kembali, bimbang dengan apa yang terjadi. Meskipun begitu dengan tenang Lui beranjak dari kursi, menepuk pundak Gil pelan, “makanlah, kau harus pulang dalam keadaan sehat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tora : The Thief & The Lost Princess
Adventure[Writora : Take Your World 2023] Nou ditemani sahabatnya, Gil. Menjelajahi negara baru setelah terombang-ambing di samudera pasca badai aneh yang menerpa laut bagian selatan pulau Hilang. Zex, si kepala desa kebingungan mencari mereka. Sementara Tor...