51 || Lima Puluh Satu

8.8K 966 108
                                    

Sorry for typo

••••

Malam itu keluarga Alton akan menghadiri acara pelelangan di sebuah hotel besar. Jihan yang tampak rapi dengan balutan gaun birunya itu dengan telaten mendandani Hesa dengan setelan jas yang sudah lama di buatkan oleh designer pilihan keluarga Alton.

Bocah itu memang masih belum banyak dikenali oleh para kolega atau pebisnis yang mengenal Sehran. Itu dikarenakan Yuzar belum memperbolehkan Hesa disorot publik, rencananya ketika umur bocah itu 10 tahun baru akan diperkenalkan ke publik secara resmi.

"Mami, nanti abang Jenan ndak boleh pelgi aja,"ucap Hesa sambil menatap ibunya yang sibuk menata rambut bocah itu.

"Kenapa abang Jenan tidak di bolehkan pergi? Memangnya adek tidak mau ajak abang?"tanya Jihan penasaran.

"Mauw! Esa mauw ajak abang Jenan. Tapi abang Jenan lagi galau Mami, ndak boleh sampai temu syama kakak cantik di syana,"Jihan mengerutkan dahi tampak heran.

"Adek nih kok tau tau aja sama kata galau,"ucap sang ibu membuat Hesa meringis malu.

"Benelan Mami~ kemalin abang Jenan yihat kakak cantik makan baleng syama cowok layin. Telus habis tu abang Jenan nya syedih, bunga mawal yan cantik kemalin juga di buwang di tempat syampah,"ocehnya pada Jihan.

"Yaudah kalau gitu adek jangan jauh jauh dari abang Jenan sama kakak, biar tidak ketemu kak Khaella,"

Hesa mundur satu langkah menjauhi wajah Jihan kemudian membungkuk ala pangeran bangsawan dengan sebelah tangan di depan dada.

"Baik baginda latu,"ucapnya sambil tersenyum manis.

Sontak saja Jihan menghujani kecupan di wajah putranya yang menggemaakan itu. Kalau saja mereka tidak sedang bersiap, Jihan mungkin akan memeluk erat sang anak saking gemasnya.

Sementara Jenan yang berada di kamarnya kini bersembunyi dibalik selimut tebal. Rabella sejak tadi membujuk sang anak agar ikut mereka. Namun remaja yang sebenarnya berjiwa bocah itu bersikukuh tak mau ikut dengan alasan malas. Bahkan meskipun Rabella mengatakan akan satu mobil dengan Hesa pun remaja itu tetap tak ingin ikut.

"Jenan! Ayo dong buruan siap siap, ini kita di tungguin Dushka sama Bushka loh! Nurut dulu sama Mama kenapa sih?!"Rabella berusaha menyingkap selimut yang nyatanya di pegang erat oleh sang anak.

"Jenan gak mau Mama~ kenapa sih? Jenan males, Jenan mau di rumah aja~ Mau tidur, jangan paksa Jenan~"rengeknya dengan suara teredam selimut.

"Alasannya apa?! Kamu kenapa gak mau ikut? Ayo dong! Itu kasihan yang lain nungguin kita, kamu gantiin abang kamu dia gak bisa datang. Ayo dong Jen,"

"Ihhh Mama~ gak Mau!"lagi lagi remaja itu menolak.

"Adek! Adek denger Mama gak sih! Atau mau Papa yang turun tangan? Papa kalau marah gak main-main loh dek,"ancam Rabella yang membuat Jenan mengintip sedikit dari cela selimut.

"Ayo dong nak, ini lama lama penampilan Mama ikut berantakan, kamu gak lihat ini Mama udah rapih, udah siap dan cantik begini? Ayo dong, anak pinternya Mama, anak ganteng, adek, humm~?"meski Jenan bersih keras menolak, tetap saja. Kekeras kepalaan Jenan menurun dari Rabella, jadi wanita yang merupakan ibu dua anak itu pantang menyerah ketika anaknya sedang nakal seperti ini.

"Tapi nanti Jenan maunya ngintilin Mama sama Papa, awas aja kalau Jenan ditinggal tinggal nyapa orang. Jenan kemusuhan!"ucap remaja itu yang kini menyembulkan kepalanya.

Rabella menghela nafas sabar, "Iya~ kamu di tengah Mama sama Papa bila perlu, udah ayo buruan siap siap! Cuci muka dulu sana biar makin ganteng. Ini bajunya udah dari tadi di siapin maid,"titah Rabella yang langsung di turuti Jenan dengan langkah malasnya.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang