"Aku mohon... Jangan... Tinggalkan aku".
Air mata Kanglim turun membasahi pipi, kalimat yang diucapkannya tidak terlalu jelas karena isakan. Tangannya menggenggam erat lengan seseorang, menahannya agar tidak pergi jauh.
"Maaf Kanglim, aku harus pergi". Dengan terpaksa dirinya melepaskan genggaman Kanglim.
"Aku tahu kau bisa membebaskan ibu dari Raja Bawah Tanah". Dia tersenyum lalu menghilang, menghilang tanpa ada aba-aba, menghilang membaur dengan cahaya rembulan.
Air mata Kanglim turun semakin deras, suara isakan yang dari tadi dia tahan sekarang dikeluarkan.
"Jangan pergi... Yora... Jangan pergi... Aku... Aku tidak sekuat itu... Untuk melawan Raja Bawah Tanah..."
Sekilas memory itu kembali ke ingatannya, saat pertama kali Yoraa meninggalkan dirinya sendirian.
"Ayo kembali Yoraa, kembali pada kami..." Kanglim masih memegang erat tangan Yoraa.
Yora berbalik badan dan tersenyum hangat padanya lalu mengusap pucuk kepala Kanglim.
"Kau sudah semakin kuat, kau tidak membutuhkan ku lagi". Senyum lembutnya masih terpampang jelas di wajahnya.
Berbeda dengan Kanglim yang sekarang memasang wajah tidak percaya.
"Apa maksudmu? Walaupun aku tidak membutuhkan mu, tapi kau tetap keluarga ku Yoraa!"
Yoraa diam mendengar ucapan Kanglim, senyumannya perlahan memudar dan menatap Kanglim dengan wajah serius.
"Kanglim aku penyihir, aku takut suatu hari aku tidak bisa mengendalikan diriku dan malah melukai kalian, tolong mengertilah Kanglim" suaranya terdengar lembut.
Sekarang giliran Kanglim yang diam. Sebenarnya ia yakin kalau Yoraa bisa mengendalikan dirinya dengan baik, itu bukanlah alasan yang bagus baginya, tapi disisi lain dia juga mengerti bagaimana perasaan Yoraa, perasaan takut kalau suatu hari dia akan menyakiti orang-orang yang dia sayang.
"Maaf Kanglim, kalau aku sudah benar-benar bisa mengendalikan diriku, aku akan datang sendiri pada kalian". Ucapnya dan melepaskan genggaman Kanglim secara paksa lalu pergi.
Mereka memperhatikan interaksi antar keduanya. Sungguh rumit permasalahan hidup Kanglim.
Leon memutar bola matanya malas, "aku tidak mau ikut campur dalam urusan kakak beradik ini, memikirkan diriku sendiri saja sudah pusing". Ia lalu berbalik dan meninggalkan mereka.
"Hah... Astaga, jangan seperti kak Leon. Eh! Kak Leon! Tunggu aku!" Sarah lalu mengejar Leon yang sudah berjalan sedikit lebih jauh darinya.
Hari menghampiri Kanglim yang sekarang sedang menunduk. Ia lalu mengusap punggung Kanglim, Kanglim yang merasa dirinya disentuh segera menatap Hari. Terlihat jelas dimata Hari, bahwa dirinya tengah menangis.
Hari memeluk erat tubuh Kanglim, hanya memeluk tanpa mengatakan sepatah kata pun, memberikan ruang bagi Kanglim untuk mengeluarkan semua bebannya. Kanglim membalas pelukan Hari, menenggelamkan wajahnya dipundak Hari, dan menangis.
Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu lagi. Kapan dirinya bisa merasakan keluarga harmonis? Tidak, apa yang dia pikirkan? Kasih sayang dari ibunya saja sudah cukup, dia tidak boleh egois.
Semuanya sudah memiliki jalannya sendiri, begitupun dia juga kan?
"Permasalahan yang sangat rumit ya?" Kedatangan sang Raja Pemburu mengundang perhatian mereka. Ian memang sudah memperhatikan hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Ian?" Kanglim mengusap air matanya.
"Kalau dia sudah selesai dengan urusannya, dia pasti akan kembali padamu. Kebanyakan sifat penyihir seperti itu".
"Bagaimana kau tahu?"
Ian mengangkat bahunya. "Aku tahu banyak tentang penyihir".
"Benarkah?" Ian mengangguk menjawab pertanyaan Kanglim.
"Kenapa penyihir tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri? Padahalkan mereka juga cukup kuat, tentu hal itu mudah kan?" Tanya Gaeun.
"Justru karena kekuatannya terlalu kuat" Ian melihat kanan kirinya. "Ah... Bisakah kita pergi dari sini? Sepertinya mengobrol disini kurang nyaman" pinta Ian.
Mereka kembali ke Apartemen Shinbi, lalu Ian menjelaskan semua yang dia tahu tentang penyihir. Karena bagaimanapun juga pemburu dan penyihir itu sama, mereka sama-sama bukan manusia.
"Kelemahan penyihir adalah orang yang mereka sayangi".
"Kalau begitu, kita harus mencari tahu mengenai penyihir itu". Ucap Leon.
"Tanpa di suruh pun, aku sudah melakukannya".
"Namanya Rue, dia tinggal disekitar sini bersama adik perempuannya Eunji Hyuk yang berumur 5 tahun, bisa dibilang dia sangat menyayangi adiknya itu", Lanjut Ian.
Kanglim menyenderkan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakang "apa itu artinya kita harus mengincar anak kecil itu?"
"Oh Kanglim, itu terlalu kejam" Leon memegang pundak Kanglim.
Sebenarnya disana hanya ada mereka bertiga. Kanglim, Ian, dan Leon. Yang lain? Mereka pulang karena sudah larut malam, termasuk Shinbi dan Guembi. Mereka menyerahkan kasus ini pada tiga orang itu.
"Dan kalian tahu yang lebih mengejutkan lagi? Dia mengincar Kakak mu Kanglim".
"Apa?! Kenapa?!" Kanglim langsung berdiri.
.
.
."Selamat pagi Hari, Hyunwoo" Gaeun mendekati mereka.
"Pagi juga Gaeun, ngomong-ngomong Hari, Kanglim dimana?" Hyunwoo melihat ke sekitar koridor sekolahnya.
Mendengar itu, Hari juga mencari keberadaan Kanglim, 'kemana lagi dia?'
TBC
Gilaaaaa tugas numpuk ngen.
[Sarah].
KAMU SEDANG MEMBACA
Choi Yoraa [Shinbi House X Raider]
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang kehidupan para remaja pemburu makhluk dan dua dari mereka menjalin kontrak dengan goblin. Choi Kanglim sudah menderita semenjak dia kecil, menjalani latihan yang begitu sulit hanya demi mendapat pengakuan dari sang ayah. Sedang...