14. Truth or Dare

1.8K 235 17
                                    

〔༻ 𝟓𝟐𝟎 ༺〕

Penghujung tahun semakin dekat. Kurang lebih satu jam lagi Waktu Indonesia bagian Tengah akan memasuki pergantian hari sekaligus tahun. Banyak orang yang tak ingin melewatkan momen spesial setahun sekali ini. Mereka merayakannya dengan berbagai cara, ada yang makan malam bersama keluarga, bakar-bakaran bersama teman, serta menyaksikan pesta kembang api bersama orang-orang tersayang─seperti keempat pasangan yang menghuni lantai apartemen yang sama ini misalnya.

"Halo? Kalian pada di mana sih? Rame banget buset! Susah gue nyarinya."

Di tengah keramaian orang-orang di pinggir pantai, Heksa berjalan menyelip ke sana kemari sambil sibuk bicara pada panggilan telepon. Menyaksikan pesta kembang api di pantai bersama-sama adalah bagian dari rencana quadruple honeymoon mereka. Akan tetapi meski vila mereka bersebelahan, keempat pasangan itu tidak berangkat bersama. Alasannya macam-macam, ada yang belum siap, ada yang ingin berangkat lebih dulu, ada yang masih makan di restoran, ada pula yang sudah di jalan menuju pantai.

"Dari pintu masuk ke kiri. Ini gue angkat tangan." Ini sudah yang ketiga kali Jeco menjelaskan keberadaannya lewat panggilan telepon sebab ia dan Karin yang pertama sampai.

"Mana, Je? Gak kelihatan." Heksa celingukan, mencari keberadaan Jeco yang katanya sedang mengangkat tangan.

"Masih gak kelihatan? Di sebelah gue ada Arel pake topi merah."

Setelah Heksa telisik sekali lagi, ia akhirnya menemukan keberadaan Jeco yang sedang melambai-lambai tinggi, di sebelahnya juga ada Arel yang memakai topi merah─cukup mencolok di gelapnya suasana malam ini.

"Oooh! Di sana? Oke! Oke! Dah ketemu, Je! Tunggu bentar! Gue sama Gretha otw ke sana."

Heksa langsung menutup panggilan teleponnya dan memasukkan ponselnya ke kantong celana. Kepalanya menoleh ke belakang, ingin melihat Gretha namun wanita itu tidak ada di sana. Padahal seingat Heksa, Gretha berjalan di belakangnya sejak tadi.

"Gretha?" panggil Heksa bingung sembari matanya buru-buru mencari keberadaan wanita itu.

Untungnya wanita berbalut crop top hitam serta celana pendek putih itu segera Heksa temukan. Gretha berdiri di dekat pintu masuk, sedang menelisik ke segala arah, sepertinya sedang mencari keberadaan Heksa juga. Heksa menghela napas lega tetapi sedetik setelahnya dia tersenyum jahil.

Sesampainya di sebelah Gretha, Heksa berdeham sengaja. "Ekhem, sendirian aja, jalan sama Om yuk?"

Gretha, yang sedang menoleh ke arah yang berlawanan dengan arah datangnya Heksa, memekik kaget sekaligus kesal usai melihat siapa yang baru saja melontarkan godaan mengerikan semacam itu. "Ih! Heksa!!"

Heksa tergelak sejenak. "Kenapa malah diem di sini kayak anak ilang?"

"Lo tadi jalannya cepet banget tau! Gue jadi ketinggalan." Gretha tadi sedang menoleh ke arah lain serta sempat berhenti berjalan sebentar. Dan ketika ia menoleh ke depan lagi, tahu-tahu Heksa sudah menghilang dilahap kerumunan orang.

"Hehe, maaf, tadi sibuk nelepon Jeco sampe gak nyadar lo ketinggalan." Heksa menunjuk tempat teman-teman mereka berada. "Yang lain udah pada di sana."

Kedua tangan Heksa mendarat di pundak Gretha. Persis seperti anak TK yang sedang bermain kereta-keretaan. "Lo jalan di depan aja. Biar nggak kayak anak ilang lagi. Yok, jalan!"

Gretha mendelik jengkel, masih tak terima disebut 'anak ilang' tapi ia memilih diam saja karena Heksa telah lebih dulu menuntunnya menerobos kerumunan orang.

"Nah, pasangan 520 B akhirnya dateng juga!" sambut Alan heboh begitu Heksa dan Gretha tiba.

"Maap lama, si Gretha tadi cosplay jadi anak ilang dulu soalnya," ujar Heksa dan langsung dihadiahi cubitan kecil dari Gretha pada lengannya. "Aw! Pedes banget, Tha..."

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang