Bulan yang menyinari malam berganti dengan matahari yang menampakkan sinarnya. Anak laki-laki nampak masih bergelung nyaman pada selimutnya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, terlihat Markus berjalan mendekati ranjang. Pria itu menekan tombol pada atas nakas, gorden yang semula menutup itu kini terbuka perlahan.
Sinar matahari itu masuk dalam retina sang Pria, tetapi tidak dengan anak laki-laki didepannya. Masih tetap anteng dalam tidurnya.
Markus tak membuang kesempatan untuk mengelus surai Gama, netranya terpancar raut bahagia yang begitu ketara.
Dirinya, menjadi seorang ayah.
Senyum tulus terpantri indah, seraya menepuk perlahan pipi Gama–berniat membangunkan.
"Gama...bangunlah, saatnya sarapan." yang diusik nampak tak memberi jawaban.
"Gama, ayo sudah siang, bangunlah." ucap Markus sekali lagi berusaha sabar.
"Gama." lanjutnya sedikit keras berharap anak itu bangun dari tidurnya.
"Ck! Susah sekali membangunkanmu. Gama! cepat bangunlah, saatnya sarapan." kini Markus mengguncang tubuh Gama sedikit keras.
"Bunda....masih ngantuk, bolos aja hari in–" gumam Gama dengan melanjutkan tidurnya.
Markus yang sudah kepalang kesal lebih memilih mengangkat tubuh anak itu dalam gendongannya. Berjalan keluar menuju meja makan, tanpa sekedar membasuh muka Gama.
Tubuh anak itu memang terbilang tinggi untuk anak usia 17 tahun yaitu sekitar 170, tetapi berat badan yang kurang membuat Markus seakan mudah membawanya.
Sepertinya nutrisi anak itu memang kurang, apalagi mengingat bahwa Gama telah ditinggal oleh kedua orang tuanya, membuat Markus sedikit khawatir tentang kesehatan Gama.
Lain halnya dengan Gama yang malah menyamankan posisinya pada bahu lebar sang Ayah, anak itu bahkan tak terusik sedikitpun saat tubuhnya melayang.
Meja makan yang terdapat dua pria beda usia itu nampak terkejut dengan kedatangan Markus bersama Gama dalam gendongannya.
Markus mendaratkan tubuhnya pada kursi seberang Orion. "Tolong ambilkan handuk basah." pintanya pada Bi Lastri—kepala maid disana.
Kediaman Martin hanya mempekerjakan 3 perempuan dengan tugas masing-masing, Memasak dan mengatur kebersihan mansion. Pekerjaan berat lainnya dapat diwakilkan oleh beberapa penjaga yang memang dipekerjakan Tuan Besar —Herlambang.
"Kenapa Gama kau gendong Kak?" tanya Orion yang nampak bingung.
"Ck! aku sudah berusaha membangunkannya tapi dia tidak bangun-bangun, kepalang emosi aku." jawab Markus dengan raut kesal yang tercetak jelas.
Herlambang yang tidak percaya itu segera menepuk lengan Gama dipangkuan putra sulungnya.
"Gama...bangunlah, saatnya sarapan." ujar Herlambang.
Ternyata benar ucapan putranya, Gama benar-benar tak terusik sedikitpun. Susah sekali membangunkan anak ini.
Bi Lastri yang datang dengan handuk basah itu segera memberikannya pada Sang Tuan. Markus sedikit membuat kepala Gama mendongak dari bahunya, segera dirinya menyeka wajah anak laki-laki diapngkuannya.
Gama yang merasa sesuatu dingin menyentuh dirinya seketika terlonjak bangun. Mata anak itu langsung membelalak terkejut.
"Anjing, apaan nih?" serunya kesal. Bagaimana tidak, jika bangun dikejutkan dengan sesuatu yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
Fiksi RemajaKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...