1. Reuni

0 0 0
                                    

"Mir, nanti malam jadikan?" tanya Dinda teman kerja Amira.

Amira, gadis dua puluh satu tahun yang bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pernikahan atau yang dikenal dengan wedding organaizer. Wanita itu berteman dengan Dinda sejak masuk di kelas satu SMA, kebetulan mereka juga bekerja di tempat yang sama.

Rencananya malam ini mereka akan menghadiri acara reuni sekolah yang diadakan setiap tahunnya. Seperti biasa, sebelum ke tempat yang telah di tentukan. Mereka menyempatkan diri untuk  pergi ke mall lalu kesalon. Mencari gaun yang layak untuk dipakai. Selain ajang kumpul-kumpul, di sana juga akan menjadi ajang pamer. Ada yang membawa pacar baru, mobil baru bahkan ada juga yang membawa istri baru. Gokil, bukan!

"Jadi dong! Gue dah gak sabar mau lihat si Angel, pamer apalagi dia kali ini?"

Amira kesal, karena teman yang bernama Angel ini adalah saingannya dulu untuk mendapatkan hati dan cinta dari Bara. Kapten basket yang menjadi idola kaum hawa di sekolahmya dulu. Tapi, sayang Bara tidak pernah melirik Angel dan lebih memilih Amira menjadi keksihnya.

Sebenarnya dulu Amira hanya iseng saja, ia tidak begitu tertarik dengn mahluk yang di idolakan banyak wanita itu. Takut, saingannya berat dan siap-siap di benci para fans si kapten basket tersebut. Akan tetapi, melihat Angel yang selalu bersikap sok kepada teman-temannya yang lain, maka Amira memutuskan untuk mengikuti apa yag disukai wanita itu, termasuk Bara

Setelah puas berkeliling mall dan ke salon, kini di sini mereka berada. Di sebuah pintu aula hotel yang telah di pilih sebagai tempat reuni merek kali ini. Sebelum masuk tak lupa mereka merapikan penampilan saat ini hanya untuk memastikan agar semuanya terlihat sempurna.

"Ready?" tanya Dinda menoleh ke arah Amira yang juga tengah melihatnya, mengangguk pasti. 

Keduanya melangkah berjalan  dan membuka pintu aula. Saat masuk merek menjadi pusat perhatian mereka, seketika lampu menyorot ke arah mereka. Ah, tidak lebih tepatnya ke arah orang yang ada di belakang mereka. Amira dan Dinda bukanlah artis terkenal yang akan diperlakukan seistimewa itu.

Mata Amira memicing, sinar lampu membuatnya tak bisa melihat siapa sosok yang baru saja datang bersama mereka. Akan tetapi, tiba-tiba matanya membulat tak percaya melihat siapa gerangan. Tubuh tegap, tinggi sekitar 182 centi meter, rambut panjang sebahu, rahang tegas, mata tajam seperti elang. Jangan ditanya penampilannya, sudah seperti artis Hollywood, Andrew Garfield. Aktor yang berperan ebagai Peter Parker dalam film The Amazing Spiderman.

Bara Wijaya, ketua tim basket. Mantan  kekasih Amira yang katanya kuliah di luar negeri, tiba-tiba hadir membuat semua yang ada disana bersorak senang. Namun kericuhan itu sirna setelah melihat seorang bocah  perempuan berusia sekitar tiga tahunan. yang bersembunyi di balik punggung laki-laki itu menyembulkan kepalanya.

Begitupun dengan Amira, matanya membulat janjungnya berdegup kencang. Tak pernah membayangkan jika tak bertemu selama  hampir empat tahun, ternyata sang mantan telah menikah dan mempunyai anak. 

Apa yang di rasakan Amira berbeda dengan Bara. Senyum laki-laki itu tak hilang dari wajah tampannya, bahkan tak segan ia mengenalkan bocah perempuan yang bernama Kanaya sebagai putrinya.

Amira syok,  bukan karena ia cemburu atau tak terima. Hanya saja ia tak percaya, jika laki-laki yang selalu bilang tak bisa hidup tanpanya kini telah menikah. Dalam hati ia mentertawakan dirinya yang begitu bodoh selalu percaya dengan kata-kata yang keluar bagaikan orang buang gas, bau dan berlalu jika terbawa angin.

Meninggalakan semua hiruk pikuk keramaian teman-temanya yang sibuk bertanya ini dan itu tentang, dimana selama ini? Kemana istrinya kok gak diajak? Membuat Amira jengah dan memikih menyibukan diri menikmati hidangan yang bermacam-macam sudah tersaji di meja prasmanan.

Memgambil cup cake, dan makanan lainnya. Tak lupa ia juga mengambil segelas jus jeruk kesukaannya. Merasa ada yang memperhatkan, Amira celingukan ke kanan dan kirinya. Namun tak ada siapa-siapa, semua masih sibuk dengan Bara dan masih tentang Bara.

Mata wanita yang kedua tangnnya penuh dengan cup cake dan jus tersebut menyipit. Memastikan agar tak salah melihat, anak perempuan yang bersama Bara bersembunyi di balik pilar yang cukup besar untuk menyembunikan tubuh mungilnya. Sesekali ia menyembulkan kepala dan mengintip Amira.

Gadis dua puluh satu tahun itu memiliki rasa keingintahuan yang kuat. Ia akan melakukan apapun untuk menuntaskan kekepoannya itu.

Berjalan perlahan mendekati pilar yang berada tak jauh dari meja prasmanan. Amira melirik cup cake nya yang baru saja ia ambil kembali, karena yang tadi sudah habis.

"Hai, cantik!" sapa Amira dengan senyum tak lepas dari bibirnya.

Meski Ayah-nya orang yang paling nyebelin, tapi Amira tak bisa melampiaskan begitu saja pada bosah perempuan itu.

"Mau?" tawar Amira, ketika bocah bernama Kanya Wijaya itu hanya diam seraya menatap dirinya tanpa berkedip.

"Okey, kalau gak mau!" ujar Amira hendak pergi dari sana.

Amira tersenyum, ternyata sifatnya tak jauh berbeda dengan sang Ayah. Itu lah yang dipikirkan wanita yang terlihat anggun dari biasanya dengan memakai dress selutut berwarna tosca itu. Hanya saja wajah Kanaya tidak ada kemiripan demgan Bara. Kulit bocah perempuan iti sedikit gelap, matanya sipit. Sedangkan Bara, memiliki kulit putih, tatapan matanya tajam. Seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya.

Tiba-tiba dadanya terasa sesak, seperti ada yang menghantamnya dengan bongkahan batu karang yang besar ketika mengingat perpisahan mereka. Keduanya tidak inhin menjalin hibungan jarak jauh, karena Bara harus melanjutkan kukiah keluar negeri. Menyusul sang kakak yang lebih dulu tinggal disana bersama suaminya.

Amira mendongak keatas, agar lelehan bening dengam rasa sedikit asin itu tidak menetes di pipi nya.

"Eh, Kanya disini! Mau makan apa, sayang?"

Tiba-tiba Angel datang mendakati bocah perempuan itu, seraya melirik Amira dengan tatapan sisnianya.

"Mau kue? Tante ambilin, Ya!"

Angel mendekati meja prasmanan, yang tak jauah dari Amira berada. Mengambil beberapa buah cup cake dan meletkkannya diatas piring.

"Tega banget, sih, jadi orang. Makan sendirian aja!"

Kuping Amira panas, ia tahu kalau wanita itu sedang menyindirnya. Sebab tidak ada orang lain lagi di sana kecuali mereka berdua.

"Lo, nyindir, gue!" pekik Amira sedikit tertahan. Ia tak mau jika anak dari samg mantan mendengar keributan mereka.

"Menurut, lo!" ujar Angel tak mau kalah.

"Ck!"

Amira berdecak, ia tak habis pikir dengan musuh bebuyutannya satu ini. Dari dulu gak pernah berubah selalu ikut campur urusan orang lain.

"Kalau lo gak tau apa-apa mending diam, gak usah campuri urusan orang lain," jawab Amira sesantai  mungkin.

Ia tak mau terpancing emosi atau apalah dengan perkataan, Angel. Bisa-bisa rusak pengorbananya untuk berubah menjadi pendiam selama empat ini.

Ya, Amira membuang semua citra buruknya selama masih disekolah dulu bersama dengan kenanganya bersmaa sang mantan kekasih.

Setelah mengatakan itu dan mampu membuat Angel bungkan, ia memlih meninggalkan tempat itu.

Baru kakinya beberapa kali melangkah, ia sudah dikejutkan dengan suara.

"Mama! Ikut!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan Lemitied EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang