Prologue

101 2 0
                                    

Aku membenci hidup ini. Lebih tepatnya, aku membenci diriku sendiri. Duniaku tidak seindah dunia orang lain. Aku hidup di dunia kelabu layaknya warna film jadul tahun 40-an. Tidak ada hal yang menyenangkan yang terjadi. Setiap hari aku hanya menjalani aktivitas yang sama berulang kali. Dunia terasa membosankan.


Mungkin aku berharap untuk pergi ke dunia lain, dunia di mana aku bisa lebih menikmati hidup ini. Jika ini sebuah cerita fiksi, mungkin dalam sekejap dunia yang aku inginkan itu akan segera muncul. Namun sayangnya, ini adalah kenyataan. Aku tak berdaya untuk melawannya.


"Hei, lihat ini penyanyi yang sekarang lagi ngetop baru-baru ini!"


"Wah, cantik sekali!"


Normalnya, orang-orang disekelilingku hanya menikmati tren yang ada sekarang ini. Seperti percakapan yang baru saja aku dengar. Namun sekali pun diriku mencoba memasuki dunia itu, aku seperti ditarik keluar kembali.


"Kenapa kau tak mencoba mencari pacar?"


Salah seorang temanku sering memberiku saran seperti itu. Namun, aku tak tertarik. Bukan berarti aku tak tertarik dengan seorang wanita. Lebih tepatnya, aku belum menemukan wanita yang cocok untuk diriku yang membosankan ini.


Sekolah adalah tempat yang berisik, aku muak mendengar ocehan mereka semua. Biasanya, aku selalu mengambil langkah meninggalkan suasana yang tak nyaman ini. Yang kupikirkan hanya lah mencari tempat di mana aku bisa lebih menenangkan diri.


Saat kau bicara tentang tempat yang tenang, tentu hanya satu tempat yang terlintas dalam pikiranku. Perpustakaan. Ya, karena begitu tenangnya mungkin kau bisa tertidur di tempat itu. Aku melangkah dan terus melangkah seakan-akan perpustakaan itu menarik tubuhku untuk mendatanginya.


Beberapa langkah telah kulalui, sekarang aku tepat berdiri di depan sebuah pintu besar berwarna putih. Pintu itu tidak terlalu sederhana namun juga tak begitu mewah. Itu hanyalah sebuah pintu biasa dengan kaca kecil di depannya, benar-benar monoton seperti diriku. Aku mencoba mengintip sedikit melalui kaca itu. Tidak ada orang. Hmm, sudah sewajarnya. Jika terlalu ramai mungkin tempat ini tak bisa disebut sebagai perpustakaan lagi.


Kuhela napas panjang, lalu memasuki dunia penuh buku tersebut. Seperti biasa aku disambut oleh pengurus perpustakaan yang manis. Dia adalah perwakilan siswa yang mendapatkan tugas untuk mengurus perpustakaan. Dengan suara yang pelan percakapan kami dimulai.


"Seperti biasa, kau pasti ingin tidur lagi di sini, Hiroshi-kun[1]."


"Hei hei, apa-apaan itu! Sekali-sekali aku juga ingin membaca disini. Lagi pula aku hanya mencoba untuk menenangkan diri."


"Kau pikir kau bisa membodohiku. Awas saja, hari ini aku akan mengawasimu. Dan jika aku lihat kau tidur di sini, aku akan mengusirmu."


Gadis itu memasang muka yang menantang. Meskipun menyebalkan, namun harus kuakui dia sangat cantik saat marah. Mungkin dia adalah tipe tsundere[2]. Rambutnya panjang berwarna hitam pekat dengan gaya twintail[3] diikat ke belakang. Bisa dibilang tubuhnya juga indah dengan tingginya yang sekitar 155 cm. Dan kacamata yang selalu menempel di matanya membuat dia terlihat manis.


"Ya ya, aku mengerti," jawabku dengan malas menanggapi peringatannya itu dan kemudian mengindari percakapan yang membosankan itu.


Dengan langkah yang malas, aku menuju ke meja biasa tempatku membaca. Perpustakaan ini lumayan besar untuk ukuran sekolah. Rak-rak berjejer dan tertata rapi dengan berbagai macam buku tersedia. Namun di tempat ini kau tak bisa menemukan komik atau semacamnya. Seperti tanggapanku sebelumnya, membosankan.


"Hoaamm, sepertinya aku akan tidur lagi di sini."


Tak beberapa lama kemudian, langkahku terhenti sejenak. Kulihat sosok seorang gadis yang sedang asyiknya menikmati dunia buku yang kusebut membosankan tersebut. Tepat disamping jendela dia duduk, sosoknya disinari oleh sinar mentari pagi yang membuat tubuhnya bercahaya. Dengan diikuti hembusan angin, rambut hitam panjangnya yang indah seakan menari. Tak lupa elok mata yang bersinar-sinar memandangi buku yang ada di depannya. Suasana ini benar-benar tampak indah dihadapan mata. Seolah-olah melihat seorang bidadari.


Jantungku berdetak kencang. Darahku mengalir deras. Tubuhku terasa membeku. Waktu terasa lambat. Dunia yang selama ini kulihat dengan warna kelabu sekarang menemukan beberapa titik warna. Warna tersebut seolah-olah menarikku keluar dari dunia kelabu ini. Perasaan apa ini? Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?




Catatan Kaki


[1] -kun : Gelar kehormatan jepang yang salah satunya digunakan oleh perempuan ketika menyebutkan laki-laki yang sangat berarti baginya atau dikenalnya sejak lama.


[2] Tsundere : adalah salah satu bentuk proses pengembangan karakter Jepang yang menggambarkan perubahan sikap seseorang yang awalnya dingin dan bahkan kasar terhadap orang lain sebelum perlahan-lahan menunjukkan sisi hangat kepadanya.


[3] Twintail : Rambut yang dikuncir dua.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang