Sebulan berlalu, kemampuan anak kelas (Name) termasuk gadis itu sendiri pun meningkat. Bahkan Aeseol yang dulunya masih ragu dalam menembak pun menjadi handal.
Jikapun kalian bertanya bagaimana keadaan Sersan Wonbin, beliau tidak ikut mereka melanjutkan pembasmian dan kembali ke kamp bersama 3 anak SMA Hamil yang mereka temui waktu itu. Entah, apa mereka akan tetap selamat disana atau tidak?
Waktu kini adalah malam hari, antara pukul 10 atau 11. Malam hari itu dipenuhi dengan bintang-bintang berkilauan yang menghiasi langit itu, meski masih ada bola yang melayang. Sang MC, alias (Name) kini sedang berjaga malam dengan Younghoon di menara yang agak pendek, untuk memantau sekitar mereka.
(Name) menatap langit indah itu, hanya sekitar 2 bola yang melayang di daerah yang sedikit jauh dari tempat peristirahatan mereka. Gadis itu menatap langit itu dengan tatapan hampa, memikirkan kejadian sebulan lalu tentang perhitungannya.
Younghoon yang sebelumnya turun untuk mengambil beberapa cemilan pun datang, menaruh di meja yang ada di situ. Lelaki ambis itu kemudian menghampiri (Name) yang masih berdiri memegang senapannya, menatap langit.
Lelaki itu menoleh pada sang empu, meski (Name) masih tak menyadari keberadaannya. Younghoon melihat tatapan sendu itu pun sedikit iba, entah kenapa.
Younghoon kemudian menyikut lengan gadis itu, tentu membuat (Name) sempat terjengit, lalu menatapnya. "Jangan melamun. Kita sedang berjaga malam." (Name) mengangguk-angguk, lalu merapihkan rambutnya yang tergerai itu. "A-ah, Mianhae."
Setelah percakapan itu, mereka hening kembali. Sampai akhirnya, Younghoon angkat suara, "Kita tak dekat lagi semenjak pelatihan." Ucapan itu membuat (Name) menatap Younghoon, begitu juga lelaki itu yang menyadari ia ditatap, langsung mengalihkan pandangannya pada (Name).
Kedua netra mereka bertemu, (Name) hanya terpaku karena bingung harus menjawa apa, sedangkan sang empu lainnya menunggu jawaban.
(Name) memutuskan kontak mata mereka, mengalihkan pandangannya ke senapan yang ia pegang, menunduk. "Ne.. aku terlalu sibuk mengurus mereka sebagai kapten pleton." Gadis itu menghela napas, Younghoon mengangguk kecil.
"Aku masih ingat saat kamu salah tingkah karena kamu dibilang menyukaiku waktu itu." Ujar Younghoon, lalu menatap langit malam itu. Sekali lagi, (Name) terjengit. "H-hah? Kenapa kamu mengingatnya?" Gadis itu menoleh pada Younghoon dengan tatapan yang aneh.
Younghoon menoleh padanya, "Aku penasaran saat itu, kamu menyukaiku?" Tanpa aba-aba, lelaki itu mengeluarkan kata-kata yang agak diluar nalar. Yah, setidaknya itu bisa menghilangkan keheningan di antara mereka. Younghoon pun melihat ke arah (Name).
"Y-yak, kalau kamu bertanya begitu, jawabanku kan berarti antara iya dan tidak... Bukankah itu terlihat seperti pernyataan?" (Name) menatap ragu lelaki ambis itu. Younghoon yang menatapnya itu kemudian terkekeh kecil, lalu kembali melihat ke arah sekitarnya. "Ya, aku tak memintamu menjawabnya."
(Name) mendengar itu sedikit malu, "Ahaha... Aku salah paham ya, hahahaha." Gadis itu tertawa canggung. Younghoon hanya tersenyum tipis yang hanya bisa dilihat dengan mata batin. Lalu duduk di bangku yang ada disitu.
Lelaki itu menaruh senapannya di samping meja, membiarkannya berdiri. Lalu mengambil kaleng di meja yang baru saja ia ambil, kemudian meminumnya.
(Name) menoleh pada lelaki itu, lalu duduk di kursi sisi lain mejanya dan melakukan hal yang sama pada senapannya seperti younghoon. Setelahnya ia mengambil roti di meja dan membuka kemasannya lalu memakannya.
"Kamu terlihat menjadi agak pendiam setelah kejadian sebulan lalu."
"Apa aku terlihat begitu?"
"Ya. Mungkin itu lebih baik karena kamu tidak banyak mengomel."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 | 𝗗𝘂𝘁𝘆 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 𝗦𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹
Fanfic𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐈 : 𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 "𝑫𝒖𝒕𝒚 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑺𝒄𝒉𝒐𝒐𝒍 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓„ "𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘪𝘯𝘥𝘪𝘷𝘪𝘥𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢. 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢." - 𝘓𝘦𝘵𝘯𝘢𝘯 𝘓𝘦𝘦 Namanya Jeon (Name). Gadis SMA yang entah bagaimana, masuk...