12. Dejavu

147 42 6
                                    

Hai hai! Sebelum baca part ini siapin tenaga lebih ya. Soalnya bakal panjang nih partnya hehe.

Btw, masih ada yang nungguin cerita ini update nggak? Aku harap masih ya dan semakin banyak yang baca dan suka❤️ Yaudah cuss langsung baca aja❤️

Btw, masih ada yang nungguin cerita ini update nggak? Aku harap masih ya dan semakin banyak yang baca dan suka❤️ Yaudah cuss langsung baca aja❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geng Janur berjalan di koridor kelas sambil melempar candaan ala anak muda. Mereka berjalan hendak ke kantin, mendengarkan guru yang menjelaskan tentang pelajaran nyatanya membutuhkan tenaga. Sedangkan mereka dari pagi sama sekali belum memakan apapun. Perutnya keroncongan, seolah penghuni yang ada di dalam sana mengamuk ingin segera diberi makan.

Langkah lebar keempat orang itu mendadak berhenti saat suara perempuan memanggil salah satu dari mereka.

"Jendra!" panggil seseorang dari arah belakang.

Si pemilik nama memutar kepalanya, mendapati seorang gadis dengan senyum memikat tengah melambai ke arahnya. Gadis itu berlari kecil menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Jendra. Di tangannya dia membawa sebuah kotak bekal yang entah apa isinya.

"Hai," sapa gadis itu menyunggingkan senyum pada Jendra.

Ketiga teman Jendra menelisik penampilan gadis itu dari atas ke bawah dengan tatapan yang berbeda-beda.

Jendra tersenyum sekilas dan membalas sapaan gadis di depannya dengan ekspresi datar. "Hai."

Gadis yang Jendra ketahui merupakan kakak kelasnya sekaligus mantan ketua osis di SMA GUNADARMA. Gadis itu cukup pintar, beberapa kali dia memenangkan perlombaan sains antar sekolah bahkan nasional. Jendra akui dia lumayan cantik. Sifatnya yang ramah kepada semua orang membuatnya mempunyai banyak teman.

"Mau ke kantin, ya?" tanya si gadis. Suaranya terdengar begitu lembut di telinga Jendra.

"Hm." Jendra mengangguk singkat.

"Oh iya, gue bawain lo sandwich nih, dimakan ya." Gadis itu mengulurkan kotak bekal berwarna mint kepada Jendra.

Jendra menatapnya ragu-ragu. Dia ingin menolak tapi ada rasa sedikit tidak enak di hatinya. Tetapi kalau tidak ditolak Naya pasti akan marah besar padanya.

Gadis itu terlihat begitu sumringah, matanya berbinar penuh pengharapan. Dia berharap Jendra mau menerima sandwich buatannya.

Jendra menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal. "Sorry nih, tapi gue gak bisa nerima makanan lo," tolak Jendra halus.

Tangan gadis yang diketahui bernama Kinan itu mengendur. Ia memandang Jendra dengan tatapan kecewa.

"Kenapa?" tanyanya lirih.

Jendra semakin dibuat tidak enak telah membuat Kinan kecewa tapi dia lebih tidak tega melihat kekasihnya yang kecewa. Jendra sudah berjanji pada Naya dan dirinya sendiri jika dia tidak akan mengecewakan Naya.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang