Zea 10

3K 278 2
                                    

"Masa ya, Na, ni si Ilona gak kenal Zea? Padahal dia ngejar-ngejar adeknya!" Ratu bercerita diselingi tawa.

Reyna ikut tertawa mendengarnya, berbeda dengan Ilona yang sudah memasang raut kusut sedari tadi.

Saat ini ketiganya tengah berada di kamar Reyna, duduk di atas kasur milik gadis itu dan bercerita hal-hal yang terjadi di sekolahnya."Terus, terus?" Tanya Reyna.

"Ye temen Lo ini tolol. Dia labrak Zea anjir, gegara Zefan peluk Zea pas di tribun penonton, mana ketahuan sama Zefannya!" Seru Ratu semangat.

"The real tolol!" Komentar Reyna.

Ilona mengacak rambutnya frustrasi. "Iya gue tolol, puas Lo berdua?!" Teriak Ilona yang hanya dibalas tawa oleh keduanya.
Ratu, Ilona dan Reyna. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak di taman kanak-kanak. Namun, saat begitu SD, Reyna pindah sekolah, dan mereka dipertemukan lagi beberapa tahun lalu.

"Udah, udah. Sekarang ceritain soal Rean sama cewek gak tau diri itu." Meski berada di luar negeri untuk pemulihan, kedua temannya selalu memberikan informasi terkait Daniel. Siapa saja yang berusaha mendekati pria itu, atau sebatas kesehariannya, Ratu dan Ilona menjadi mata bagi Reyna.

Ilona membenahi posisi duduknya, lalu mulai bercerita. "Gue kan satu kelas sama tuh cewek juga sahabatnya, nah gue gak sengaja denger dia cerita ke temennya itu kalo misalkan Daniel pernah nganterin dia yang abis kecelakaan, mana sambil halu-halu lagi, iyuww." Ilona bergidik jijik mengingat ucapan-ucapan yang terlontar dari bibir pecah-pecah Amelia.

"Gue tau," ujar Reyna pelan.

"Lo serius, Na?!" Ratu berseru kaget. Reyna mengangguk, lalu mulai menceritakan kejadian beberapa hari lalu, saat Daniel terburu-buru meninggalkan Reyna dengan dalih disuruh ibunya padahal tidak.

"It's dangerous, Na! Daniel udah berani bohong sama Lo!" Tersirat nada kekesalan dari ucapan Ilona.

Reyna mengangguk. "Makanya, gue harap kalian bisa pantau tuh cewek sebelum gue balik lagi sekolah minggu depan."

"SERIUS?!" pekik keduanya bersamaan.

"Sure."

***

Zea tengah berkutat dengan laptopnya, kacamata anti radiasi sudah bertengger manis di hidungnya sejak tadi, kopi yang tidak lagi panas terabaikan begitu saja di samping kanan tangannya. Ini semua akibat kesibukannya terhadap alur novel yang sudah tidak jelas arahnya, membuat Zea melalaikan pekerjaan kantor yang dibebankan sang kakek padanya.

Di tengah fokusnya memeriksa beberapa berkas dan sesekali menoleh ke arah monitor, smartphone Zea berdering, menampilkan panggilan masuk dari seseorang yang sudah tidak asing lagi bagi Zea.

Baby~
I Miss you so bad~

Zea meringis begitu suara manja Dean menyapa gendang telinganya setelah ikon hijau digeser.

"Alay."

Biarin~
Kangen cium kamu, kemarin-kemarin kamu kayak lupa sama aku!

Benar, setelah kejadian Zea membiarkan Dean memeluknya juga sedikit mengecupnya, sikap pemuda itu semakin menjadi. Dari mulai memborbardir dengan pesan teks, maupun telepon seperti ini.

"Here." entah apa yang dipikirkan Zea saat mengatakan hal itu. Mungkin, tidak ada salahnya bermain-main sedikit. Lagipula semasa masih menjadi Lyodra ia tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis, ia jadi sedikit menyesal karena terlalu terpaku pada Nathan yang ujungnya malah mengkhianati bahkan membunuh dirinya.

Di kehidupan ini, Zea akan benar-benar melakukan segala yang ia inginkan dengan gila-gilaan. Lagi pula sosok Zea ini memiliki segalanya. Kecantikan, kepintaran dan kekuasaan. Apa lagi yang lebih baik dari itu?

Zea terlalu larut dalam lamunan sehingga tidak menyadari bahwa panggilan telepon sudah terputus sedari tadi. Bahkan ia berjengit kaget saat mendengar ketukan di pintu kamarnya.

Mengernyit dahi heran, karena di rumah ini hanya ada dirinya sendiri. Ia sengaja menyuruh Astri untuk pulang lebih awal. Lalu Zefan juga memilih untuk menetap di apartemennya untuk sementara waktu.

Ketukan itu semakin kencang, membuat Zea mau tidak mau beranjak untuk memeriksanya. Begitu pintu terbuka, tatapan Zea yang semula waspada berubah datar. Mengapa? Karena dihadapannya Dean berdiri menjulang dengan senyum konyol di wajahnya.

"Why are you here?" Tanya Zea seolah amnesia.

Dean hanya diam, lalu mendorong Zea masuk kembali ke kamarnya.

"For kiss you, babe," ujar Dean setelah mengunci pintu.

Ah, Zea ingat. Lalu gadis itu berjalan mundur dan duduk di tepi ranjang. Bibirnya menyeringai dengan tangan menepuk posisi di sebelahnya beberapa kali. "Yeah, come here, babe."

Tanpa berpikir dua kali Dean segera menghampiri Zea, mendorong gadis itu untuk telentang lalu mengambil posisi setengah menindihnya.

"Gue lebih suka posisi gini," bisik Dean, ia membalas seringaian Zea dan segera mempertemukan bibir mereka.
Tangan Zea menjalar, mengusap otot tangan Dean, semakin ke atas, lalu memeluk leher Dean, memperdalam ciuman mereka.

***

"Gue gak nyangka Lo pacaran sama kakaknya Zefan, musuh bebuyutan gue!" Alis Victor terangkat sebelah mendengar pernyataan Daniel begitu dirinya memasuki kamar yang berada di kediaman keluarganya.

Ia terkekeh. "Urusan Lo sama Zefan, bukan gue sama Zea."

Memilih abai pada sang adik yang terlihat masih emosi, Victor mendekati lemari bajunya, lalu mengambil satu kaos santai dan melepaskan kemeja yang semula dipakainya di tempat, menggantinya dengan kaos tadi.

"Ada banyak cewek di dunia ini, bahkan yang diusulin Mama lebih cantik dari dia, tapi kenapa harus Zeanetha, bang?!" Daniel benar-benar tidak terima. Ia tahu sekali tabiat Kakaknya yang sekali jatuh cinta maka dunianya hanyalah gadis itu, seperti halnya dulu saat Victor masih menjalin hubungan dengan mantannya yang sudah meninggal, Daniel ingat betul seterpuruk apa kakaknya saat itu.

Lalu sekarang apa? Kakaknya jatuh cinta pada Zea, bahkan saat ini mereka berpacaran? Daniel benar-benar tidak bisa membayangkan jika seumpamanya ia dan Zefan akan menjadi saudara.

"Lo masih kecil buat ngerti semuanya," ujar Victor ambigu, lalu menepuk bahu Daniel dua kali dan meninggalkan kamarnya.

Daniel tertegun, ia mulai meragukan sesuatu. "Apa yang Lo sembunyiin, Bang?" Tatapannya mengarah ke pintu yang sudah tertutup.

🐑🐑🐑

Eyowww
I'm heree~
Parah banget sih, udah mau setahun tapi part-nya masih segini, wkwk
But, thank you buat yang masih nungguin Zeanetha up
Love you guys!!

ZEANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang