63. Om Pierr & Singgih.

351 21 46
                                    

Tenang selama menjalani ujian semster, tidak berarti membuat hidupku tenang setelahnya.
Entah dia tau jadwal ujian di kampusku entah apa, pas setelah ujian, seseorang dengan kaca mata hitam dimatanya dan jacket membalut tubuhnya berdiri di depan pos satpam.

Dia dan satpam sedang terlibat pembicaraan.
Aku tau itu Om Pierr. Mahasiswa lain yang pernah melihatnya mungkin tidak mengenali karena hanya sekali berjumpa waktu di depan kelas.

Sengaja aku pura pura berjalan menunduk untuk menghindarinya, tapi apa lacur dengan santai dia mengikuti dari belakangku.

"Belum puas dengan peristiwa seminggu yang lalu, pak"kataku pelan seakan kami tidak saling mengenal berjalan menuju luar halaman kampus. "Atau ketagihan karena mendapat lobang sempit seorang pria tampan"lanjutku.

"Kamu bicara apa Robby? Kedatanganku mau minta maaf setulus tulusnya. Pikiran  Om selama seminggu ini ke kamu. Om merasa bersalah dan berdosa. Itu yang membuat Om ingin jumpa"

"Sudah berlalu. Dan lagi aku sudah sembuh. Robby pikir bukan itu alasannya Bapak datang lagi ke aku. Kesibukan bapak yang bisa menelentarkan orang, sudah gak ada? Aku tidak mau lagi terlibat apapub sama Bapak yang terhormat."

"Robby berhentilah berjalan, ini sudah jauh. Om minta dengan sangat, kita bicara sebentar saja. Mobil Om diluar kampusmu terparkir"

"Kalau aku tidak mau, apa bapak mau menembak aku dengan pistolnya? Dan lagi sudah aku bilang, jangan pernah menjumpai aku, kenapa datang"

"Om hanya ingin bicara Robby. Sebentar saja."

"Kenapa bapak punya banyak waktu hanya untuk bicara sebentar dengan aku?. Maaf pak, aku tidak banyak waktu, karena aku orang susah, aku harus memanfaatkan waktuku untuk melamar kerjaan lagi. Kan sudah kubilang, jangan jumpai aku lagi. Ingat kan?" kataku sambil terus berjalan walaupun itu bukan jalan menuju kontrakanku.

"Robby, Om mencintaimu"

"Agar kau bisa menindihi aku tiap kamu nafsu. Tidak akan, pak. Cinta tidak ada artinya bagiku" aku langsung ingat Mulyono yang katanya mencintaiku. Nyatanya apa?
Exell juga demikian, katanya sangat mencitaiku, tapi semuanya palsu.

Aku tidak lagi percaya kata kata cinta. Sakit hati dan tangisan yang akan timbul.

"Robby, tolong dengarin Om. Sebentar saja kita bicara. Apa Om harus bersujud dihadapanmu Robby?"

"Maaf pak! Aku tidak pernah meminta Bapak untuk datang menjumpai aku. Rasa hormatku sudah tidak ada buat bapak. Anak buah bapak boleh tunduk ke bapak, kalau aku tidak. Aku tidak menyukaimu. Makanya kubilang waktu itu, jangan pernah jumpai aku. Maaf"kataku dan berlari mengejar angkot yang telah melewati kami.

Entah jurusan apa angkot yang kunaiki, yang penting aku terhindar dari dia. Pria bejad. Tampang saja yang keren. Kelakuan nol.

***

Saat angkot yang kunaiki melintasi pertokoan pertokoan, tak sengaja aku melihat ada Bioskop. Timbul niatku untuk melihatnya. Karena seumur umur aku belum pernah menginjakkan kaki di tempat hiburan semacam itu.

"Stop bang"seruku. Angkotnya berhenti dan aku turun. Biar jangan keder nantinya, ku hafal tempat aku turun dan nomor mobilnya.

Masuk ke gedung bioskop, aku melihat sangat ramai sekali di Sabtu ini dan aku menuju pamflet film film yang tayang dan akan tayang.

"Mau nonton bang"sapa seorang pria berumur kira kira 50 tahunan.

"Tidak pak. Hanya lihat lihat"kataku sambil melihat poster yang lain.

"Kenapa tidak nonton?"

"Tidak berminat"

"Sukanya film apa'

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang