"Pergi sendiri?" Rhea masuk ke kamar El sembari membawakan segelas teh.El hanya mendengus, sebab ia tahu betapa sulitnya untuk Ola menunjukkan wajah ketika sudah dipermalukan habis-habisan.
Srupp
"Kita akan ubah rencana karena selain ingin menghentikan distribusi gelap, kita juga harus memenuhi keinginan Ola." Jelas El sembari menyeruput teh tersebut.
Rhea hanya tertunduk, "semoga kita bisa lalui nya ya."
"Pasti, lo tenang aja." El menepuk pundak Rhea, saat hendak keluar ia dikagetkan oleh Ola yang berdiri tepat didepannya dalam keadaan rapih walau wajahnya masih memperlihatkan kesedihan.
El hanya diam sambil tersenyum sementara Rhea yang berdiri di belakang El langsung berlari kearah Ola dan memeluknya dengan erat. "Lo aman kan Ola?"
"That's okay, gue aman kok." Ola berusaha tersenyum dihadapan Rhea.
Sementara Shenna yang entah datang dari mana secara tiba-tiba menjitak kepala Ola, ia sangat kesal karena didiamkan semalaman, hatinya rusuh dan kelewatan risau.
"Ohh cari gara-gara lo ya!" Tak mau kalah, Ola langsung menarik tangan Shenna dan berusaha menjitak balik kepalanya, sayang Shenna itu lincahnya bukan main, ia bisa dengan sat set menghindar dari serangan Ola.
"Kalo marah itu bagi-bagi! Jangan dipendam sendiri!" Tegasnya sambil berusaha menghindar terus menerus.
Sedetik kemudian yang awalnya Ola berusaha menerkam Shenna malah spontan memeluknya. "Gue pengen banget bagi-bagi, tapi gue masih bingung cara baginya gimana, gede banget soalnya." Katanya sambil memeluk tubuh kecil Shenna secara brutal, sampai-sampai Shenna sesak napas.
"Tampaknya marah itu udah mulai surut, gimana kalau kita ciptakan gelombang besar setelah nya?" Rhea malah membangkitkan suasana yang semula haru menjadi menggebu-gebu.
"Gelombang besar di mulai dari retakan kecil, so kita akan mulai dari hal yang paling kecil dulu, menyatukan tekad." El mengulurkan tangannya dan tangan ketiga temannya saling mengepal dan menguatkan.
Akhirnya Ola dan El pergi bekerja seperti biasanya, walaupun El ragu bagaimana pandangan orang-orang tentang Ola setelah ini.
Jalan satu jam semua tampak aman-aman saja meskipun terkadang tatapan sinis dilempar kearahnya, El dan Ola hanya fokus menghitung barang masuk. Sampai suatu ketika Gopal datang dan menghampiri mereka.
"Lo punya masalah ya sama si bos?" Tanya pria itu tiba-tiba.
Ola mengernyitkan dahinya, "kenapa gitu?"
"Semua orang tau kalo si Jordan itu lebih jelalatan dibanding binatang, gue sempat takut waktu lo di suruh maju dan sampai-sampai main kasar ke lo." Gopal mengisyaratkan luka lebam di tangan Ola.
Dalam hal ini terlihat jelas keprihatinan tampak di wajah pria yang dikenal pembuat onar plus pencuri kelas kakap. Entah mengapa rasanya ada perasaan yang berbeda ketika pria ini berkata demikian.
"Lo prihatin sama gue?" Ola menunjuk kikuk dirinya.
"Iya dong, mana boleh perempuan digituin, didepan banyak orang lagi. Kalo dia bukan bos gue, udah bonyok tu muka nya, hahahaha." Gopal tertawa lepas seolah sudah kenal lama dengan Ola dan El.
El paham dengan orang seperti ini, walau pikirannya jauh dari hidup sesuai hukum, tapi tetap menjunjung tinggi kesetaraan.
"Gopal, Lo kayaknya tau banyak soal bos kita itu ya." El coba membangkitkan suasana.
Gopal terkekeh, "semua orang juga tau atuh mba, cuma ke gap aja sama tampang bos yang super ganteng, ada sebagian gadis yang ngejar-ngejar si bos, padahal udah tau dia brengsek bukan main, apa daya tampang ganas ngeri gini." Pria itu tertunduk dan terlihat sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.O.S.E
ActionWarning! 🔞 Rhea, Ola, Shenna, dan Eleanna. Mereka tidak akan balas dendam atas luka yang mereka terima, justru mereka akan bertekad dan memastikan tidak ada perempuan-perempuan setelahnya yang akan mendapat luka yang sama. Lalu bagaimana mereka bis...