15. Bittersweet Accidents

1.9K 208 15
                                    

〔༻ 🌃 ༺〕

Pukul dua pagi lebih sedikit, mereka telah kembali ke resort untuk beristirahat sebelum perjalanan pulang siang nanti. Heksa dan Gretha memasuki vila tempat mereka singgah tanpa bicara. Di dalam vila, mereka mengambil langkah yang bertolak belakang─kanan dan kiri. Heksa ke kamar mandi sedangkan Gretha ke kamar.

Sebelah pergelangan tangan keduanya yang terkunci dalam tautan borgol berbulu pink itu sontak menghentikan pergerakan mereka, seolah tak mengizinkan dua raga itu menjauh. Refleks, mereka menoleh kaget bersamaan.

"Eh?! Sorry, sorry, lupa kalo masih keborgol." Heksa menghampiri Gretha agar sebelah tangan mereka tak berjarak jauh.

"Gue juga baru nyadar," kata Gretha, menghela napas kecil.

Setelahnya, keduanya malah terdiam. Mendadak sama-sama bingung harus melakukan apa dan bagaimana caranya. Heksa mengusap kepala belakangnya yang tidak gatal dengan sebelah tangannya yang bebas. "Gue mau ke kamar mandi. Lo mau ngapain?"

"Gue juga mau ke kamar mandi tapi facial wash gue ada di kamar. Jadi tadi mau ambil itu dulu."

"Ooh, yaudah ayo ambil."

Dua orang itu akhirnya melangkah bersama ke kamar. Heksa hanya terdiam mengekori Gretha dan tidak banyak bertanya meski yang Gretha ambil dari kamar bukan cuma facial wash melainkan satu tas kecil yang entah diisi berapa macam skincare. Langkah mereka pun berhenti di depan wastafel yang ada di dalam kamar mandi.

Mereka mengawali kegiatan membersihkan diri sebelum tidur dengan menyikat gigi. Gretha memakai tangan kanan, Heksa memakai tangan kiri lantaran yang terborgol pergelangan kanannya. Belum ada yang bicara hingga kegiatan menyikat gigi selesai. Gretha kini tengah menunduk, ingin mencuci muka tapi kesulitan karena rambutnya terus jatuh menghalangi.

"Heksa, tolong pegangin rambut gue dong."

Heksa yang sedang mengelap sekitar bibirnya yang basah itu bertanya bingung, "Pegangin gimana?"

"Gimana aja terserah. Yang penting nggak kena air."

Permintaan Gretha lekas Heksa indahkan. Dengan menggunakan tangan kirinya yang bebas, ia menyematkan rambut Gretha ke belakang telinga kanan juga kirinya lalu menyatukan helaian rambut hitam legam itu dalam satu genggaman. Menjadikan tangannya sebagai kunciran rambut Gretha selagi wanita itu mencuci muka.

"Udah?"

Sesudah mengelap wajahnya menggunakan handuk kecil, Gretha menyahut. "Udah. Lo mau cuci muka juga?"

Heksa berdeham mengiyakan. Bergantian memakai wastafel setelah Gretha menyingkir sedikit ke samping. Melihat bagaimana Heksa menggosok-gosok wajahnya dengan tidak santai itu, Gretha agak meringis. Kenapa kebanyakan laki-laki sangat brutal saat mencuci muka? Apa mereka pikir mencuci muka dengan cara yang salah seperti itu terlihat macho?

Tangan kiri Heksa tahu-tahu kelabakan meraba-raba meja wastafel. Mencari sesuatu dengan mata tertutup rapat namun mulutnya sibuk mendumel, "Tha! Grethaaa! Kerannya mana sih?! Aduh, anjir perih banget mata guee!!"

Nah, kan. Ini lah salah satu akibatnya apabila mencuci muka dengan cara yang salah. Gretha tertawa kecil melihat Heksa yang wajahnya masih dipenuhi busa sabun itu.

"Udah, lo diem aja! Biar gue bersihin busanya." Gretha menyalakan keran dan membasuhkan air pada wajah Heksa sampai busanya benar-benar hilang.

Akhirnya, Heksa bisa membuka lebar matanya kembali. Tubuhnya juga sudah berdiri tegak. Dia mengembuskan napas lega sembari memperhatikan pantulan matanya yang sedikit memerah di cermin. "Huhh, selamat gue."

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang