Bab 44

45.4K 2.9K 90
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.


Takkan pernah ada kata yang bisa Luxio jelaskan bahwa pria itu begitu sangat mencintai istrinya, Jeanna.

Setiap waktu, setiap saat hanya ada Jeanna dalam hatinya. Love language nya, Luxio tunjukkan dengan memberikan istrinya physical touch dengan menyalurkan semua rasa cinta yang membuncah dalam dirinya. Seakan semua orang harus tahu, bahwa pria itu begitu cinta mati pada belahan jiwanya.

Tak pernah sedikitpun terlintas di pikirannya untuk menduakan istrinya, meskipun sikap apatis masih Jeanna tunjukkan padanya. Yang hanya Luxio inginkan, Jeanna tau bahwa pria itu sangat mencintai istrinya.

Saat melihat Jeanna yang begitu bersedih akan kehilangan putri mereka membuat relung hati pria itu sakit dan terluka. Luxio akui ia salah, pria itu berusaha untuk menebus semua kesalahannya yang telah begitu dalam menyakiti hati dan mental istrinya.

Namun, Luxio tak bisa jika pria itu harus menceritakan semua yang telah terjadi pada Jeanna. Pria itu hanya tak ingin trauma yang dialami oleh Jeanna kembali kambuh dan istrinya yang akan semakin membencinya.

Tidak, karena sampai kapanpun Jeanna miliknya. Rasa obses itu selalu muncul ketika Jeanna ingin pergi darinya.

Rasa amarah hadir, namun Luxio berusaha menahannya saat istrinya menatapnya dengan tatapan penuh terluka, meminta penjelasan yang tak pernah Luxio harapkan.

"Bahkan yang terjadi pada kedua anak kita juga akibat dari ulah ku kan? Andai aku tak menelan obat antidepresan itu sampai overdosis, mungkin kedua anak kita masih disini bersama kita. Dan Kenneth tak akan kehilangan kembarannya"

Rasanya Luxio ingin berteriak dan mengatakan pada istrinya jika itu bukan salahnya. Tapi salah dirinya sendiri yang tak mampu untuk menjaga wanita dihadapannya. Akibat dari kecerobohan yang dilakukannya, Jeanna pergi meninggalkan mansion dan mengalami penculikan waktu itu.

Direngkuhnya sang istri dalam dekapannya, pria itu mengucapkan beribu maaf dalam hatinya dan mencium kening Jeanna berusaha menenangkannya.

'Maaf, maaf sayang. Semua ini salahku. Aku yang salah disini, ku mohon jangan seperti ini. Kau membuat hatiku benar-benar hancur' Batin pria itu menangis melihat kondisi istrinya yang begitu rapuh.

Setelah Jeanna tenang, Luxio mengajak istrinya untuk masuk ke dalam kamar mereka. Sejenak pria itu menatap Jeanna lalu mengunci pintu balkon kamar mereka.

"Tetap selalu di sisi istrimu, nak. Jeanna masih begitu membutuhkanmu untuk melewati semua yang dialaminya. Tangis dan bungkamnya menjelaskan bahwa dia tak bisa membagikan rasa sakit yang dirasakannya."

"Apa yang harus kulalukan?"

"Kau harus berjuang lebih keras untuk membangun rasa percayanya dan mengembalikannya seperti dulu."

Luxio menghela nafas mengingat perkataan dokter psikiatri itu yang mengatakan jika semua tergantung pada Jeanna.

Luxio berjalan mendekati istrinya, tangan pria itu menggantung di udara saat kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir manisnya.

"Mari kita bercerai"

Pria itu menatap manik biru terang yang menatapnya terluka. Luxio berusaha mengatur ekspresi wajahnya tapi, air mata yang mengalir dari manik tajamnya tak bisa pria itu cegah.

Luxio bersimpuh dan menenggelamkan wajahnya di paha sang istri.

"Aku tak akan pernah berhenti untuk meminta maaf atas apa yang telah terjadi padamu dan kedua anak kita. Aku hanya memohon satu hal padamu, jangan pergi dariku. Aku benar-benar tak bisa jika harus hidup tanpamu, Jeanna"

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang