Rasanya Rosa baru bisa berpikir jernih sekarang saat guyuran air shower yang dingin menerpa puncak kepalanya dan membasahi hingga kaki. Sengaja ia tidak meyalakan pemanas air dan berlama-lama di kamar mandi hingga tubuhnya terasa menggigil.
Rosa melangkah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih setengah basah dan mengenakan bathrobe putih yang nyaman dan lembut dan mengenakan sandal rumah dengan hiasan bulu yang disediakan untuknya. Ia memandangi kamar tidurnya yang terasa asing karena sudah hampir 4 tahun ia tinggalkan. Tentu saja Mama yang super bersih selalu memerintahkan pelayan untuk merawat kamarnya dengan baik bahkan rasanya hampir tak ada sedikitpun butiran debu disana.
Gadis cantik itu menghela nafas dan berkata pada diri sendiri "Welcome Home Rosa."
Akhirnya ia kembali kesini, ke istana milik Jenna Paramita yang dibangunkan khusus oleh Tuan Samudra untuk mereka berdua. Istana yang dulu mewarnai hari-hari pertengkarannya dengan Mama karena Rosa selalu membangkang dan tak mau diatur oleh Jenna yang menurut Rosa terlalu terobsesi untuk hidup seperti bangsawan dan masyarakat kelas atas.
Rosa selama ini menganggap bahwa dirinya seolah tumbal. Mamanya tidak mau atau mungkin tidak bisa untuk tampil dihadapan publik, ia tidak pernah bersosialisasi dengan kaum jetset secara terang-terangan meski Mama punya pergaulan luas tapi pertemanan yang ia jalin semuanya dilakukan dibalik layar dan tak pernah nampak di permukaan.
Sebenarnya Rosa akui Mamanya sosok yang hebat. Ia belajar bisnis dari Tuan Samudra tapi hanya dalam waktu singkat ia berhasil membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Bisnis kecil yang awalnya diberikan oleh Tuan Samudra berhasil ia kembangkan dan bahkan sekarang menggurita merambah ke berbagai bidang. Sekarang ini Tuan Samudra bahkan tidak perlu menyokong finansial Jenna, namun meskipun begitu Jenna tidak akan meninggalkan Tuan Samudra yang dianggapnya paling berjasa dalam hidupnya.
Tuan Djatmiko Samudra juga selalu memperlakukan Rosa dengan baik sama seperti anak-anaknya sendiri. Ia bahkan sering membela Rosa setiap kali berselisih paham dengan Mamanya. Papanya Nathan itu tahu dengan jelas keinginan Rosa yang tidak suka dikekang. Bagi Rosa Tuan Samudra lebih berharga melebihi ayah kandungnya yang tak pernah ia kenal.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rosa. Segera ia mempersilahkan masuk karena tahu benar siapa yang datang berkunjung.
"Nathan." Rosa memeluknya erat, mencium wangi Musk dengan campuran wood dan bunga hutan liar. Rosa selalu suka menghirup aroma tubuh Nathan yang membuatnya rileks.
"Kamu nginep disini?" Tanya Rosa lagi dan Nathan mengiyakan.
"Tante nanya kamu mau sarapan dibawah apa di kamar?"
"Sarapan disini aja, tapi sama kamu." Jawab Rosa.
Nathan segera menelpon kepala pelayan untuk segera menyiapkan dan membawa sarapan ke kamar. Setelahnya Rosa langsung menyeret Nathan untuk duduk berdua diatas sofa dalam kamarnya. Ia harus memastikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust and Love
FanfictionNamaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang terlupakan bahkan namanya nyaris tak pernah disebut sebagai cinta pertama Romeo, karena seluruh duni...