6|Kembali

105 23 0
                                    

Angin malam berhembus menerpa tubuh mungil remaja tangguh itu

Rambut gelap pekat bak dunia nya yang gelap dan hampa kini mengalun karna terhembus angin dingin

Orang lain yang berlalu lalang terlihat tengah memakai jaket tebal bermaksud untuk menghangatkan tubuh

Tapi tidak dengan jimin, anak itu hanya memakai kaos lengan panjang hitam dengan celana jeans biru muda. Ia kedinginan namun anak itu sangat nakal

Ia mengabaikan rasa dingin itu, membiarkan tubuh nya menjerit meminta kehangatan

Bukan tanpa alasan, ia sama sekali tidak memiliki pakaian hangat. Bahkan ia hanya memiliki 3 set pakaian di rumah dan itu pun baju berwarna gelap semua

Seharus nya ia mampu membeli apapun yang ia perlukan dengan hasil jeripayah nya. Seharus nya anak ini memprioritaskan diri nya sendiri namun ternyata lagi lagi jimin harus di paksa mengalah oleh semesta

Uang yang ia hasil kan dengan keringat nya sendiri nyata nya orang lain yang menikmati hasil nya

Namun jimin tidak ingin mempermasalahkan itu, kerap kali ia memikirkan hal itu ia selalu meyakinkan diri nya sendiri bahwa semua nya akan baik baik saja

"Tidak apa apa" kalimat yang selalu ia lontarkan kala semesta menghantam nya dan menyudutkan diri nya akan kenyataan yang tengah ia jalani saat ini

Jimin tidak ingin berlarut larut dalam kesedihan walau kenyataan nya memang berbanding terbalik dari apa yang ada di pikiran nya

Walau hidup nya terkesan miris namun jimin tak lupa untuk selalu menikmati setiap proses nya

Dengan menikmati proses yang ada jimin dapat merasakan keringanan walau hanya sesaat.

Hari ini hari weekend, di hari libur ini jimin mengambil kerja sampingan dengan berjualan beberapa buket bunga.

Sudah sangat larut, jam menunjukan pukul 11 lewat 34 menit namun langit yang gelap seakan terang di mata Jimin

Padahal tidak ada bulan maupun bintang di atas sana

Entah mata jimin yang salah atau memang benar ada nya yang pasti hari ini Jimin cukup menikmati kesendirian nya di malam hari

Ia berpijak di sisi lapangan yang terlihat cukup luas dengan sisa bunga yang belum terjual habis. Mata sendu itu memandangi indah nya kerlap kerlip lampu di gedung gedung tinggi

Berjalan perlahan dengan pikiran yang kosong hingga tanpa sadar ia berpapasan dengan sang ibu yang tengah menatap diri nya dengan tatapan yang belum pernah jimin lihat sebelum nya

Salah kah ia jika mengambil kesimpulan bahwa ahin kini tengah menatap nya dengan tatapan kerinduan?

Atau ini hanya angan jimin belakang?

...

"Aku tidak setuju" dahi Yoongi mengkerut, kedua manik kelam nya memancarkan kekesalan serta rahang tegas yang sang ayah turunkan kepada nya kini menggertak karna amarah

Ia tidak bermaksud menolak keputusan ahin, hanya saja ia cukup terkejut melihat ahin secara tiba tiba menuturkan kata yang sama sekali tidak ia harapkan

"Maksud ku, bukan kah ibu yang mengusir anak itu dari rumah? Lalu kenapa sekarang membawa nya kembali?"

Mendengar penuturan sang anak sulung, Ahin berusaha menenangkan nya walau sesekali Yoongi menjauh

Yoongi hanya sedang kesal, Ahin tau ia salah karna telah menenpatkan Yoongi di posisi seperti ini namun untuk yang ke sekian kali nya Ahin ingin si sulung mengerti

Not ℳe [Brothership] PJM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang