[1 / 1]

13 1 0
                                    

🌻
Aku benci perasaan ini. Perasaan kesal, marah dan kecewa yang aku rasakan setiap pagi. Kenapa perasaan ini selalu berulang hadir ? Berulang dirasakan untuk orang yang sama.


Aku lelah.
Perasaan itu sungguh membebaniku. Seperti, aku tidak dibiarkan menikmati indahnya pagi.

Ini sungguh menyesakkan ketika aku harus menyembunyikan tangis sendirian.
Ketika aku harus tersenyum di hadapan orang yang begitu berperan akan lukaku.

Aku seolah tidak berharga di matanya dan rentetan kejadian seolah memaksaku untuk menyerah.

Lalu apakah aku harus memilih menyerah ? Tentu tidak.
Aku yakin, setidak berharganya aku di mata orang lain, aku tetap akan berharga untuk diriku sendiri.

🌻🌻

Aku disakiti lalu aku terluka.
Selama ini aku hanya terfokus pada orang lain yang menyebabkan luka itu, tanpa melihat sisi lain bahwa aku jugalah yang memiliki peran penting akan luka tersebut.

Aku terlalu fokus bahwa orang lain yang salah dalam hal ini. Aku betul-betul menyalahkan orang lain.
Inilah yang akhirnya aku sadari kenapa  pagiku tidak pernah indah.

Aku tidak membentengi hatiku dari berbagai penyakit hati.
Amal ibadahku masih jauh, aku masih lalai akan kewajibanku kepada Sang Pencipta alam semesta.
Aku lebih terfokus mengoreksi kesalahan orang lain, tanpa berusaha untuk memperbaiki diri sendiri.

🌻🌻

Sungguh, aku tidak ingin merasakan perasaan menyesakkan itu lagi.

Aku harus belajar memaafkan siapapun  orang yang memiliki kenangan pahit di memoriku.

Meskipun tidak mudah, tapi aku yakin bahwa ada Allah yang Maha membolak-balikan hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sisi Lain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang