🛬(34) Tidak Terima🛫

37 4 0
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Begitu sampai apartemen, Kanaya teringat pada baju tidur yang pakaian dalamnya yang kotor karena noda darah. Kanaya langsung bergegas ke keranjang kotor sampai menaruh tas dan sepatu sekolahnya sembarang. Prastha yang ada di belakangnya keheranan dan merapikan tas serta sepatu Kanaya pada tempatnya. 

Kanaya terkejut tidak mendapati baju kotornya di belakang, “baju yang disini kemana om?” tanya Kanaya. 

“Sudah saya cuci dan jemur,” kata Prastha yang membuat Kanaya membulatkan matanya dan langsung ke tempat jemuran. Dan benar saja terdapat baju dan pakaian milik Kanaya sudah dijemur Prastha bersamaan dengan baju Prastha. 

Huaaaaa si om udah liat semua pengaman gueee!!! Aaaa gak ikhlas lahir batin pokoknya!

Kanaya langsung menghampiri Prastha yang sedang duduk di ruang depan. Kanaya datang menampilkan wajah cemberutnya dihadapan Prastha, Prastha yang melihatnya pun jadi kebingungan.

“Kamu kenapa liatin mas kayak gitu?” tanya Prastha. 

“Naya mau marah sama om!" rajuk Kanaya. 

Prastha menaikkan sebelah alisnya, “marah? Mas melakukan kesalahan apa sama kamu?”

“Om itu tanpa izin udah melihat semua pengaman Naya! Naya gak terima ya!” makinya. 

Prastha mencerna ucapan Kanaya sebentar dan akhirnya ia paham maksudnya, “mas gak ada kerjaan di rumah, dan melihat baju kamu dan juga sprei kena noda darah langsung mas cuci,” jelasnya. 

“Pokoknya Naya gak terima!”

“Terus mas harus apa? Udah terlanjur mas cuci baju kamu.”

“Terserah! Pokoknya Naya gak terima om udah sembarangan sentuh sama liat pengaman Naya!” Kanaya langsung pergi masuk kamar dan langsung menutupnya dengan keras. 

Prastha menggaruk kepalanya bingung, lalu mengetuk pintu kamar, “maafin mas, Nay."

“Nggak!”

“Buka pintunya sebentar, mas mau minta maaf,” ujar Prastha.

“Nggak mau!”

“Kanaya tolong bu—”

“Pergi! Kanaya benci sama om Prastha!" bentak Kanaya yang membuat Prastha sakit hati mendengarnya. Prastha pun akhirnya akhirnya pergi meninggalkan kamar masuk ruangan perpustakaan. Dirinya memang selalu salah dimata Kanaya, apapun yang dilakukan tidak akan pernah benar bagi Kanaya. Tidak akan. 

•••••

Kanaya membuka kulkas karena ia kehausan makanya ia mencari yang dingin-dingin. Kanaya pun menemukan jus jeruk dingin dan kebetulan sekali ia sengaja membeli 2 bungkus mie super pedas di sekolah untuk diseduhnya dirumah.

Kanaya tidak melihat sosok suaminya, lagi pula Kanaya tidak memperdulikannya. Kanaya pun memasak mie, karena jika sedang haid rasa ingin makan yang pedas semakin meningkat. 

“Kamu lagi apa?” tanya Prastha dari belakang yang membuat Kanaya terlonjak kaget. Kanaya tak menjawab karena malas. 

Prastha menghampiri Kanaya di dapur dan Kanaya menatap Prastha dengan sinis, “ngapain kesini!?”

“Mas mau liat kamu masak apa,” kata Prastha, “mas minta maaf udah bikin kamu marah,” lanjutnya. Kanaya tak peduli, ia menuangkan rebusan mie ke dalam mangkuk, “Naya, maafin mas,” kata Prastha. 

“Awas om! Jangan halangin jalan Naya!" sentak Kanaya, Prastha pun memberikan jalan untuk Kanaya dan Kanaya langsung pergi masuk kamar tanpa memperdulikan suaminya. 

Prastha akhirnya menyusul Kanaya dan dengan cepat Kanaya langsung menutup pintu dan hampir saja hidung mancung Prastha bertabrakan dengan pintu akibat Kanaya. 

Prastha mendesah pelan sambil mengusap dadanya, ia memutuskan untuk ke ruang TV membuka laptopnya untuk mengecek jadwal flight. 

30 menit kemudian Prastha yang sedang melihat jadwal flight sekaligus membantu menyelesaikan urusan kantor bapak Haris terkejut mendengar jeritan dari dalam kamar Kanaya. 

Dengan cepat Prastha masuk kamar dan mendapati Kanaya memegangi perutnya yang kesakitan, “kamu kenapa? Perutnya sakit?”

“Gak liat apa!? Pake nanya lagi!” omel Kanaya yang merintih, "huaaa … perut Naya sakit, mah!" rengeknya yang menundukkan kepala sambil memejamkan matanya saking sakitnya. 

“Sebentar saya ambil air hangat dulu, supaya rasa sakitnya reda,” Prastha pun pergi mengambil air hangat dan kembali menemui Kanaya. 

“Ini minum dulu air hangatnya, terus tempelin botol ini ke perut kamu. Maaf mas gak punya bantal pemanas,” ucap Prastha.

Kanaya pun meminum habis air hangat.

“Mas kan udah bilang jangan makan yang pedes sama es, perut kamu kram kan.” 

“Ya terserah Naya lah mau makan apa aja!” tukas Kanaya, sebelum menempelkan botol berisi air hangat ke perutnya, Kanaya melirik Prastha di sebelahnya, “om keluar sana, Naya mau lanjut ngerjain tugas!” usirnya. Tanpa banyak tanya Prastha keluar dan menutup pintu kamar. 

Waktu menunjukan pukul 11 malam, Prastha beranjak dari sofa, mengambil selimut ke kamar sekaligus memastikan Kanaya.

Cklek

Ternyata Kanaya sudah tertidur dan Prastha tersenyum. Prastha ingin membenarkan tidur Kanaya namun takut membuatnya terusik dan kembali marah. Dengan pelan Prastha mengambil selimut dan ia melihat tugas Kanaya yang belum selesai. 

Prastha membawa buku tugas Kanaya dan berinisiatif untuk menyelesaikannya. Karena ini pelajaran yang pernah dipelajarinya sewaktu SMA.


oOo


Kanaya berlari menuju kelasnya karena hampir saja telat, untung belum ada guru yang datang.

Dengan nafas yang terengah-engah, Kanaya menaruh tasnya. 

“Tumben lo telat?” tanya Mia. 

“Semalam, perut gue sakit banget gara-gara makan mie” jawabnya, Kanaya melihat Mia sedang mengerjakan sesuatu, “memang ada tugas apaan?”

“Tugas fisika,” jawab Mia. 

“Hah?” 

“Hah hoh hah hoh aja lo, udah belum lo? Terakhir di kumpulin sekarang kan.” Kanaya mengingatnya sebentar dan langsung terpekik panik. 

“Kenapa lo gak bilang dari tadi!? Gue belum beres gila! Mana masih banyak lagi!"

“Nah kan, udah hapal gue pasti lo belum. Pelajaran pertama lho, Nay!” ujar Mia mengingatkan. 

Kanaya langsung membuka tas mencari buku tugasnya.

“Lo baru nyelesain berapa?” tanya Mia.

“Masih banyak pokok … nya, eh? Kok udah?” gumam Kanaya yang bingung membuka lembaran buku tugasnya yang sudah selesai dikerjakan. 

“Udah belum lo?” tanya lagi Mia. 

Kanaya tak menjawab ia memastikan tidak salah lihat, “perasaan gue baru nyelesain no 2 deh, kok … udah beres semua sih?” 

“Mana liat gue,” Mia mengambil buku tugas Kanaya dan mengeceknya, “ini lo udah beres, Nay. Tumben banget lo beres soal fisika? Biasanya nyontek berjamaah bareng gue.”

“Kok jadi bingung ya, perasaan gue baru nyelesain sampai no 2,” jelas Kanaya. 

“Aneh banget lo bisa lupa nulis jawaban sendiri? Masa iya dedemit ngerjain tugas lo?” 

“Enak aja lo ngomong!”

Apa jangan-jangan si om ngerjain tugas gue?



















Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih 🤗✨

🛬Tbc🛫

Thank You Mas Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang