Lambang POV
Satu bulan penuh aku bekerja keliling Indonesia. Dan setelah penerbangan terakhirku ini, aku akan segera pulang. Kerinduanku pada putra semata wayangku tak bisa ku bendung lagi. Hanya Sandy yang menjadi penyemangat hidupku saat ini.
Satu minggu yang lalu, aku mendapat laporan dari Mama dan tante Sani, katanya Sandy belum bisa melihat. Padahal normalnya, bayi bisa melihat saat umurnya lebih dari 2 minggu tapi ini sudah sebulan lebih. Aku jadi khawatir pada keadaan Sandy. Aku akan membawa Sandy ke dokter untuk check up.
~~~~~
"Mah" teriakku saat masuk ke dalam rumah. Rumah ini sepi seperti tak ada penghuninya. Aku masuk ke dalam dan memeriksa seluruh ruangan yang ada di rumah ini. Dan memang tak ada orang di rumah, mungkin mereka sedang berbelanja kebutuhan bulanan. Aku memutuskan untuk tidur sejenak, badanku sangat letih. Aku kurang tidur karena jadwal penerbanganku sangat padat akhir-akhir ini.
Setelah dua jam tertidur, suara tangis Sandy membangunkanku. Ternyata Mama sengaja menidurkan Sandy di sebelahku.
"Cup cup cup, tenang ya anak Ayah yang ganteng" kataku sambil menimang-nimang Sandy di gendonganku. Sandy berhenti menangis dan bibirnya sedikit mengatup-atup, mungkin dia haus. Aku memberikan susu yang sudah disediakan mama untuk Sandy. Sandy menghisap dot-nya dengan bersemangat. Mata Sandy terbuka, ku lihat matanya yang mendamaikan itu. Namun, mata Sandy tak fokus pada diriku, mata itu tak melihat kemana-mana.
"Mama, kita harus bawa Sandy ke dokter mata" teriakku. Mama langsung masuk ke kamarku. "Ke dokter mata?" tanya Mama. Aku mengangguk mantap. "Lambang ingin memastikan kalau Sandy baik-baik saja" kataku. Lalu kami segera bersiap.
Aku membawa Sandy ke rumah sakit umum daerah di Yogya. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter disana memberi rujukan untuk membawa Sandy ke RSUD dr. Soetomo Surabaya karena peralatan dan dokter spesialis disana lebih lengkap.
Aku dan Mama memutuskan untuk pulang dulu dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan kami perlukan di Surabaya nanti. Karena memang sekarang bukan waktu yang tepat untuk berangkat ke Surabaya, malam sudah mulai larut.
Aku tak bisa tidur, aku sangat khawatir pada Sandy. Bahkan dokter disini belum bisa mendiagnosis keadaan mata Sandy. Aku takut kalau Sandy buta permanen. Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang Engkau berikan padaku.
"Lambang, sebaiknya kamu tidur dulu. Kamu terlihat sangat lelah nak" kata Mama yang melihatku masih terjaga di samping Sandy. "Lambang gak bisa tidur Ma, Lambang khawatir. Lambang takut kalau Sandy buta permanen".
"Jangan mikir macam-macam. Sandy akan baik-baik saja. Oya, bukannya kamu punya teman yang punya kakak seorang dokter? Siapa ya namanya?" sahut Mama. Aku langsung teringat pada Mada. "Mada" jawabku. Mama mengangguk. "Kenapa kamu tak coba hubungi dia? Siapa tahu kakaknya bisa membantu?".
Mama benar, aku mengambil ponselku dan menghubungi Mada. Mama masih di sampingku sambil mengelus-elus Sandy.
"Halo, Mada" kataku saat telponku telah diangkat Mada. "Iya Lambang, ada apa?". "Aku butuh bantuan kakakmu. Apa aku boleh minta nomor telponnya?" sahutku.
"Ada masalah apa?" tanya Mada. "Sandy belum bisa melihat. Aku khawatir kalau anakku buta. Aku ingin meminta tolong kakakmu untuk memeriksanya, karena dokter disini tak bisa mendiagnosis keadaan mata Sandy" jawabku.
"Baiklah aku akan mengirimkan nomor telpon Mas Gilang. Oya, Mas Gilang sekarang bekerja di rumah sakit dr. Soetomo Surabaya" kata Mada. "Iya Da, aku tunggu ya. Aku akan membawa Sandy ke tempat Mas Gilang secepatnya. Terima kasih atas infonya" jawabku dan ku matikan ponselku.
"Bagaimana nak?" tanya Mama. "Mada akan segera mengirimkan nomor telpon Mas Gilang. Dan kebetulan Mas Gilang juga kerja di rumah sakit dr. Soetomo, Ma" jawabku. "Kalau begitu mama akan segera siapkan keperluan kita. Besok pagi kita berangkat ya. Semoga cucu Mama baik-baik saja" sahut Mama yang kemudian keluar dari kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
Fiksi PenggemarCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...