chapter 15

14 2 0
                                    

Seketika tujuanku kesekolah menjadi kacau, karena geovanny, sepanjang hari aku hanya memperhatikannya, Terkadang aku selalu ada di setiap sorot matanya.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajaknya untuk jalan.

"Hai, geo".- ucapku

"Iya, kenapa".- balasnya

"Minggu sibuk ga?".- tanyaku lagi.

"Aku harus ibadah dulu di gereja setelah itu kayaknya ngga, kenapa emang?".- tanyanya

"Ngga, mau ajak kamu jalan, boleh?".- tanyaku

"Boleh kok tapi sehabis gereja oke".- jawabnya

Aku sangat senang kalah itu, tak terduga daniel terlibat masalah dengan anak-anak itu, brian tidak boleh memukul karena tidak akan seimbang dan mereka pasti hancur.

Daniel muncul dengan darah yang keluar akibat bibirnya pecah.

"K-kau kemana bangsat".- ucap daniel lelah.

"Maafin aku el, mana mereka".- ucapku.

"Bodoh, jangan karena cinta kau jadi bodoh".- ucap daniel.

Setelah kejadian itu, kami tidak saling bicara.

"Rokok ga?" - ucapku

"Makasih, tapi tidak".- jawab daniel lalu pergi

Aku terus mengejarnya.

"Kau tidak bisa begini terus".- bentakku

"Apa? Tidak bisa? Tadi aku di pukuli kau ada tidak? Kau hanya sibuk mikirin geovanny hanya itu jul, kau egois! Apa ini penyebab kau diusir ibumu di masa lampau?".- bentak daniel

Tanpa sadar daniel mengucapkan kata yang tidak ingin aku dengar, dan geovanny mendengarnya dari jauh.

"El, kau tau aku tidak suka kehidupanku di masa lampau diusik, aku minta maaf jika aku tidak menolongmu, tapi, aku tidak suka cara bicaramu yang tadi".- ucapku

Brian dan andro hanya memperhatikan kami, tidak bergerak sama sekali, bahkan untuk memisahkan.

Dengan penuh amarah aku menuju atap sekolah yang dimana anak anak itu berkumpul.
Diikuti dengan geovanny secara diam-diam

"BRAAAKKK!!".- suara pintu di tendang

"Wah, wah ternyata yang satunya juga mau dapat".- ucap indra

"Mari kita mulai".- ucapku.

Aku mengepal tanganku dan mulai bertarung.

Aku menghajar semua bawahan-bawahan indra secara membabi buta.

Mereka mengambil tongkat besi yang ada untuk memukuliku.

"Hahahahahaha, kau pikir aku akan hancur dengan barang itu?".- ucapku tertawa.

"Kenapa, kau takut?".- ucap indra yang sedari tadi hanya memperhatikan ku bertarung.

"Takut? Kalau begitu cepatlah habisi aku".- ucapku.

"Tungg!!".- besi itu memukul kepalaku.

"Hahahhaa dia kena".- ucap anak buah indra tertawa

Aku masih berdiri dengan kepala tertunduk akibat pukulan tadi.

"Huahahhahahah".- tawaku

"Kau bodoh apa bagaimana? Kau bisa memukul dengan benar".- ucapku

Aku dengan amarah penuh mengajar mereka dan merebut tongkat besi mereka, dan memukul kepala mereka satu satu.

Aku sengaja menyisahkan indra terakhir.

"Selanjutnya kau".- ucapku menunjuk indra.

"Haha, maju sini".- ucap indra.

Aku maju dengan besi di kedua tanganku.

Tak kusangka dia mengeluarkan pisau yang dia simpan sedari tadi, namun aku dengan membabi buta menghajarnya, dan tak peduli akan yang dia pakai.

Aku terus maju walaupun dia menggores tanganku, aku langsung menusuk perutnya dengan besi itu.

"Ugggghhhhh".- ucap indra muntah darah

Besi itu tidak menembusnya namun memberikan luka dalam yang cukup sakit.

Dia pun tertunduk.

"Oi, bangun!".- bentakku

"Tungg".- aku memukul rahang bawah ke atas.

"Argggghhh".- ucap indra kesakitan.

"Kau, bukan apa apa".- ucapnya meludah kearah ku

"Bahkan di saat seperti ini kau masih ingin mengujiku, persetan!, tadinya aku ingin membiarkanmu hidup namun sekarang aku tidak peduli, persetan dengan hidupmu".- ucapku marah.

Baru saja ingin ku pukul tiba-tiba aku di tendang dari samping, membuatku jatuh.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang