Ini sudah hari ketujuh keduanya makan bersama. Tujuh hari traktiran yang Annchi janjikan hanya karena Mada membantu membawakan barang-barangnya dari kosan Adelio. Yang seharusnya hanya tiga hari seperti yang dia mau, tapi Mada kukuh ingin sepuluh hari, hingga mereka menyepakati tujuh hari yang sebenarnya masih terlalu lama bagi Annchi untuk sekadar upah membawakan satu kardus kecil barang-barangnya.Uang jajannya bisa habis untuk hal yang tidak berguna. Memanjakan perut besar Mada yang sepertinya tidak ada kenyangnya baginya adalah hal yang tidak berguna.
“Udah, ya. Ini terakhir gue traktir lo,” tegas Annchi. Akhirnya hutangnya lunas juga, “Cuma bawain barang plus anter pulang aja kok sampai bayarin makan seminggu.”
Annchi juga sih yang salah. Kenapa juga dia menjanjikan hal ini?
Terlalu senang melihat Adelio kesal saat ia bersama Mada membuatnya ingin merayakannya sampai ia membuat keputusan impulsif.
“Oh. Bantuan gue kan nggak cuma itu. Itu masih terlalu sedikit sebenarnya,” balas Mada.
Ucapan yang tidak Annchi mengerti.
Hingga saat mereka di perjalanan pulang sudah dekat ke rumahnya Mada malah menghentikan laju motornya di taman yang terdapat dalam perumahan. Lelaki itu lalu berdiri diam di tengah taman. Hanya diam sambil menatap kosong ke depan, kepada pepohonan, kepada pejalan kaki, kepada pesepeda, dengan kedua tangan bertumpu pada pinggang.
Helaan napasnya berkali-kali terdengar berat.
Dengan kesal, Annchi menghampirinya. Meski perasaan bingung masih tersemat dalam kepala.
“Lo ngapain sih, malah berhenti di sini? Buruan anterin gue pulang!”
Tidak mendapat jawaban apa-apa. Bahkan menoleh saja tidak.
Dengusan Annchi akhirnya keluar. Ya sudahlah, dia pulang sendiri saja. Lagi pula, rumahnya sudah dekat.
Namun, sebelum Annchi berbalik, Mada akhirnya menoleh. Tatapannya yang tajam dan gelap membuat Annchi tersentak. Apakah Mada tiba-tiba kesambet penunggu taman? Atau sejak di jalan tadi dia sudah kerasukan sampai mendadak berhenti di sini hanya untuk melamun? Annchi tidak terlalu akrab dengan tetangganya hingga ia tidak pernah mendengar gosip-gosip soal penunggu taman ini. Mungkin saja memang benar ada, apalagi ini petang.
“Lo lagi manfaatin gue, ya?”
Pikiran asal Annchi seketika jadi buyar begitu mendengar kalimat Mada. Dia tersentak.
“... Ngomong apa sih, lo?” Apa maksudnya? Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, kan? “Manfaatin... apa?”
Tapi, Annchi harus merenungkan pemikiran buruknya lagi saat Mada lanjut berkata, “Lo lagi manfaatin gue kan, buat bikin Adelio cemburu?”
Sudah beberapa hari ini Mada menyadari Annchi yang selalu melibatkannya setiap perempuan itu ingin bertemu Adelio, dan selalu sengaja berdekatan dengannya saat Adelio ada di sekitar mereka. Hal yang tidak pernah Annchi lakukan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Partner • 97L
Romance[Geng Suheri #2] "Pura-pura aja dulu. Siapa tau jadi cinta beneran." ******** Annchi Anggia harus rela selalu dikalahkan oleh Viola, siswi tercantik di sekolahnya dulu. Sejak dulu, cowok-cowok di sekolah akan datang padanya bukan untuk memikatnya, t...