Buronan Kim

5.9K 155 4
                                    

Jeongguk melepaskan kemeja lengan panjangnya, melemparnya begitu saja pada sofa yang berada dipojok ruangan.

Hari yang begitu melelahkan.

Pria berusia dua puluh lima tahun itu terjebak dengan mobil bututnya yang hampir saja mogok dibawah guyuran hujan Los Angeles. Mungkin besok ia akan mulai menggunakan kendaraan umum untuk menghindari hal-hal seperti malam ini, meskipun ia sering kali merasa tidak nyaman dengan tatapan orang lain terhadapnya. Tatapan menyeramkan, seolah ia telah melakukan perampokan yang merugikan kota ini. Akan tetapi, Jeongguk sadar arti dari setiap tatapan menyeramkan itu. Wajahnya adalah hal yang selalu membuatnya menjadi tontonan publik lantaran terlalu cantik untuk seorang pria sepertinya, Jeongguk terlalu malu untuk memperlihatkan dirinya di tempat umum.

Pria itu memutuskan untuk menyalakan televisi, membesarkan volume suaranya hingga memenuhi apartment kecilnya, sampai berita singkat mengenai seorang pria tampan yang merupakan buronan membuat langkah Jeongguk terhenti.

"Yang benar saja!" Jeongguk mendudukkan pantatnya pada sofa. "Kenapa buronan yang menyeramkan selalu terlihat menarik?"

Jeongguk menopang dagu, "Oh sial, dia sangat tampan dan," pria itu mengigit bibir. "Panas."

Pelan kepalanya menggeleng, menyingkirkan semua imajinasi tidak masuk akal yang tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya. Kemudian, pria itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya sudah sangat lengket, mungkin ia akan mandi lebih lama.

Jeongguk melepaskan seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya, lalu kakinya melangkah ke kamar mandi sebelum ia terdiam saat mendengar suara gemericik air yang sangat berisik dari dalam kamar mandi miliknya.

Dengan pelan tangannya mendorong pintu kamar mandi tersebut. Tubuhnya lantas membeku saat mendapati seseorang di dalam kamar mandi miliknya.

Tak ayal hal tersebut membuat seseorang yang tengah sibuk menggosok sisa darah kering ditubuhnya menoleh. "Oh, kau yang menyalakan televisi dengan volume besar itu?"

Jeongguk terperangah sebelum berlari mengambil selimut dan membungkus tubuh telanjangnya. Kemudian, tangan pria itu terulur meraih lampu tidur dan langsung melemparkannya pada pria bertubuh besar yang baru saja keluar dari kamar mandinya.

Nafasnya memburu saat mengetahui bahwa pria dengan tubuh besar itu adalah pria yang beberapa menit lalu ia lihat di televisinya, pria yang beberapa menit lalu sempat membuatnya terpesona. Akan tetapi, kenyataannya sekarang Jeongguk merasa ketakutan saat mendapati dirinya hanyalah seekor kelinci kecil dengan sang pemburu.

"Jangan takut seperti itu, media hanya melebih-lebihkan." Pria itu mengambil lampu tidur yang hampir saja mengenainya, lalu meletakkannya kembali pada nakas disamping Jeongguk.

Jeongguk menguatkan cengkramannya pada selimut yang membungkus tubuh telanjangnya. "A-apa maumu?"

Pria itu terkekeh, "Aku hanya ingin menginap, apa boleh?" Kedua mata pria itu menatap dalam mata indah dihadapannya.

Sesaat Jeongguk hanya diam sambil menatap pria yang juga turut menatapnya. Tubuh besar pria itu terlihat sang kuat dengan warna kulit kecoklatan, di pipi kirinya terdapat goresan yang cukup panjang sampai pada rahang tegasnya, di sudut bibirnya pun terdapat luka sobekan, sepertinya pria itu mendapat pukulan cukup kuat disana. Terlalu banyak bekas luka.

"Ah ya, aku mungkin juga akan meminjam pakaianmu, tentunya jika kau tidak keberatan." Pria itu tersenyum tipis yang mana terlihat aneh dimata Jeongguk.

Tidak, tidak. Jeongguk menggeleng pelan. Bagaimana mungkin ia membiarkan orang asing untuk menginap di apartment kecilnya? Terlebih orang asing tersebut adalah buronan polisi.

Buronan KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang