67. sambungan 1

347 26 28
                                    

sambungan

"Minum bang"kata Jezen menyodorkan teh dalam botol kaca.

"Makasih. Masih mau kan ngamennya"

"Masihlah bang."

"Tapi ingatkan aku ya. Jam 7 lebih nanti aku harus pulang. Takut tidak ada angkot."

"Tenang saja bang. Angkot 24 jam. Busnya yang hanya sampai jam 11 malam"terangnya."Abang tidak malu, bang ngamen begini"

"Kenapa harus malu, Zen. Kita kan cari duit halal"

"Tampang abang..."

"Kenapa Zen"

"Bang Robby ganteng gitu. Suaranya juga mantap"

"Zen, kita menjual suara. Bikin orang menyukai suara kita, bukan tampang kita. Usia 40 tahun juga ini wajah sudah berkerut. Untuk apa tampang keren"

"Abang kaya Ustadz. Tidak sombong."

"Bisa saja kau cakaplah. Habiskan minumnya, kita kerja lagi."kataku.

Naik turun mobil, terminal ke terminal siang sampai malam itu, aku bisa menikmati indahnya kota propinsi yang kudiami saat ini. Dunia emang susah ditaklukkan, tapi bila ada kemauan apapun bisa berubah.

"Bang, bagian abang. Terima kasih sudah memberi rezeki hari ini"jezen menyodorkan uang hasil mengamen kami.

Aku mengembalikan uang pemberian Jezen, kuambil cukup ongkos ku pulang ke rumah, karena tadi aku sudah mengambil uang buat modalku selama seminggu dari bank.

"Sampai jumpa nanti Zen"

"Kapan bang. Jezen mau sama abang lagi"

"Nanti kalau kita jumpa dalam bus, pasti kubantu"jawabku.

Kami berpisah diterminal setelah Jezen mengantarkanku ke angkot.

Pukul 8.36 aku tiba di rumah malam itu. Kucoba membuka pintu, tapi terkunci.

Tok

Tok

Tok

Tidak ada sahutan. Kucoba mengetuk lagi. Pintu belum dibuka. Aku duduk dan menyender di tiang kontrakanku. Ada sekitar 4 menit aku menunggu, pintu baru dibuka.

Mas Mulyono hanya mengenakan kaos dalam dan celana sport kulihat.
Kami tidak bicara. Diam seribu bahasa.

Akupun menuju kamar mandi membersihkan badanku dan ganti pakaian.
Lalu aku keluar dan duduk di teras.

"Belum ngantuk By"Mulyono menyender di pintu.

"Kalau mau tidur duluan saja mas"
Mendengar jawabanku Mulyono mendekatiku dan duduk di lantai teras.

"Mas tau kalau kau marah By."

"Marah sama siapa? Aku tidak berhak marah sama siapapun. Haknya mas berbicara sama siapapun. Tapi setidaknya hormati aku yang kau ajak. Bukan malah bercengkerama dengan bekas pacarmu"

"Dia teman..."

"Teman kuliah tapi mantan pacar kan? Aku tau mas, caranya dia menyentuh mas, caranya dia bicara. Dan mas mau mengulang kembali masa masa bahagia kalian. Aku sudah dapat menilai dengan mas membawa aku jauh ke Restoran itu, itu adalah tempat favourit kalian waktu kuliah."

"Tidak ada maksud mas untuk jumpa sama dia disana, By. Hanya kebetulan saja"

"Tidak ada maksud tapi seperti senangnya bukan main"

"Sumpah By. Tidak seperti yang kau pikirkan"

"Bagi Robby, tidak persoalan kalian melakukan apa saja. Dari awal sudah aku bilang, mas Mul putuskan saja hubungan kita. Tapi Mas Mul meminta kesempatan untuk memperbaiki. Terus terang mas, kalau tidak asa rasa yang tersisa di hatiku, aku tidak mau kau ajak untuk makan. Tapi karena aku juga masih ada rasa suka, maka dengan mendua hati aku ikuti mas. Pikiranku apa salahnya untuk mencoba. Aku ingin mengulang makan sama sama seperti kita jumpa di resto seafood pinggir jalan dulu, aku menunggu mas makan sama sama, tapi mas tidak sedikitpun tergerak hatinya untuk menemuiku, sudah kutekadkan mas bukan seperti yang ada dalam pikiranku"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang