1. APA YANG TERJADI?

16 4 1
                                    


" Dua dunia yang saling bersinggungan, namun tak pernah sekalipun terlihat. Dua dunia yang saling berkesinambungan, namun tak pernah sekalipun benar-benar ada. Tak pernah diketahui memang benar adanya dua dunia yang sama dalam satu semesta atau dua dunia itu hanyalah fana semata ".

Elgara terbangun dengan nafas terengah-engah, laki-laki berambut ikal itu mengusap wajahnya kasar sesekali menjambak rambutnya frustasi.  Ya, ia frustasi, sejak tiga bulan yang lalu dirinya terus-menerus memimpikan hal yang sama secara berulang-ulang. Sebuah mimpi aneh dimana ia menyaksikan aksi pembunuhan  yang dilakukan di gedung teater. Berbagai cara telah ia lakukan untuk menemukan jawaban, mulai dari menjumpai seorang dukun hingga psikolog namun tak sama sekalipun menunjukan titik terang apa maksud dari mimpi yang ia alami.

"Hanya kamu yang bisa menjawab atas pertanyaan yang kamu tanyakan ", Elgara terperanjat kaget saat suara berat seseorang terdengar menggema.

"Hah?! ".

" Temukan sesuatu dan kamu akan tahu jawaban itu ", Lagi-lagi suara itu... Elgara hanya diam membisu dengan tatapan kosong.

" Si-siapa disana? ", tanya nya.

" Aku? ", seorang laki-laki bertopeng tiba-tiba muncul dari kegelapan. Ia berjalan dengan langkah tegap yang memberi kesan penuh wibawa.

" Ka-kamu? ".

" Aku? ".

Elgara terbangun, " Ternyata, aku masih bermimpi tadi... ", gumamnya lirih.

" Mimpi dalam mimpi ", ujarnya seraya geleng-geleng kepala.

Laki-laki itu segera beranjak dari ranjang dan berlalu menuju kamar mandi.

" Mimpi aneh lagi? ".

Bughhh...

" Arghh! Mengapa anda memukul saya tuan tampan? ", ujar seorang wanita ber setelan formal yang kini berdiri di samping Elgara. Wanita itu meringis kesakitan, ia mengusap-usap pipi kanannya yang memerah,sedangkan Elgara hanya menghela nafas lelah. Tangan rampingnya tergerak mengusap pipi wanita itu dengan lembut.

" Sorry, ga sengaja hehe... Habisnya kakak ngagetin sih ", cicit Elgara.

Wanita itu mencebikkan bibir nya dengan kedua tangan menyilang. Tampak lucu di mata Elgara.

" Jawab dulu pertanyaanku... ".

" Iya... Aku mimpi buruk lagi dan kali ini terlihat sangat nyata. Oh ya, dulu ayah bekerja di teater kan, Kira-kira apakah dia tahu tentang teater yang ada dalam mimpiku? ", tanya Elgara sopan.

Wanita itu menggeleng pelan, " Kakak tidak tahu. Coba kau tanyakan saja dengan ayah ", jawabnya.

" Oh ayolah Kak Oliv, kau ini anak kesayangannya sebaiknya kau saja yang menanyakannya ", ujar Elgara memohon.

Oliv  memutar bola matanya malas, wanita itu memilih untuk pergi berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata.

Elgara menghembuskan nafasnya kasar, Laki-laki itu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, yaitu mandi.

***

Dibelahan bumi lain, sekelompok laki-laki bersetelan serba hitam tengah berlarian menyusuri jalan raya yang tampak ramai. Tak heran lalu lintas menjadi kacau balau hingga menimbulkan kecelakaan, namun sekelompok pria itu tak peduli sama sekali. Yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana caranya menangkap laki-laki bersetelan sama di sebrang, laki-laki itu, Arlos
" Menyerahlah! Kau tidak akan bisa lari dari kami, Arlos! ", seru salah seorang laki-laki berpawakan jangkung.

Arlos menyeringai, laki-laki itu menghentikan langkahnya seraya berbalik arah menghadap sekelompok laki-laki bersetelan serba hitam itu. Mereka tampak misterius dan menakutkan. Masing-masing dari mereka mengenggam senjata api.

" Baiklah, tangkap dan bunuh aku ", seloroh Arlos.

" Tapi, sebelum kalian membunuhku, langkahi dulu temanku... ".

" Sial! ", umpat salah satu dari sekelompok pria itu. Seorang pria berpawakan kekar tampak berjalan menghampiri mereka.

Arlos terbahak saat Tama, si pria kekar tadi mulai menyerang satu persatu sekelompok laki-laki bersetelan serba hitam itu.

Satu menit... Dua menit... Hingga lima menit lamanya, semua masih normal sampai-sampai... Tiba-tiba terdengar suara dentuman yang amat keras hingga menimbulkan guncangan di iringi dengan gemerlap cahaya merah yang mulai mengelilingi tempat Arlos, Tama maupun sekelompok pria itu berpijak.

Detik demi detik berlalu dan pergerakan sama sekali tak terlihat seolah waktu terhenti sejak 30 detik yang lalu.

Arlos maupun Tama terdiam untuk sesaat, mereka terlalu shock dengan apa yang baru saja terjadi. Seluruh aktivitas Orang-orang disekitar nya mendadak terhenti. Berbagai pertanyaan mulai muncul dikepala, tentang mengapa hanya mereka berdua yang bisa bergerak sedangkan objek lain sama sekali tak menunjukan pergerakan.

Kedua pria itu saling pandang, Arlos mengangkat sebelah alisnya pertanda bingung begitupun juga Tama.

Satu detik... Dua detik... Tiga detik... Tepat hitungan yang ke-lima, Tiba-tiba saja waktu berjalan kembali seperti sedia kala. Seluruh aktivitas pun berlanjut seperti tak pernah terjadi apapun.  Namun, kejanggalan mulai terjadi lagi pasca pergerakan perlahan menjadi sangat cepat bak Timelapse. Tama, laki-laki itu tampak kebingungan kala tak mendapati Arlos di sisi nya.

" Arlos? Where are you? ", beo Tama.

Sementara Arlos kini berada di panggung pertunjukan tepatnya di gedung teater yang cukup mewah nan megah. Entah apa yang terjadi padanya, laki-laki berambut ikal itu tampak kebingungan.

Tap... Tap... Tap...

Deru langkah menggema di penjuru ruangan, dibarengi dengan kemunculan seseorang bertopeng dari samping panggung.

Arlos terperanjat, kala orang bertopeng itu mulai mendekatinya dan kini, membisikkan sesuatu padanya, " Bersiaplah Arlos... Banyak sekali kejutan yang menantimu ".

Brugh...

Laki-laki itu seketika jatuh dan tak sadarkan diri setelah orang bertopeng itu menepuk bahunya sebanyak tiga kali.

" Dan... Elgara, bersiaplah".

***

Elgara, ia tersentak, tubuhnya seketika menegang dan kaku. Gejolak-gejolak aneh mulai menggerayangi tubuhnya. Rasa panas, dan sakit yang teramat mulai menjalar ke bagian-bagian tubuh tertentu seperti leher dan kepala.

"Elgara... ", panggil Dara, perempuan berparas cantik yang kini sibuk mengguncang-guncangkan tubuh kurus Elgara secara berulang-ulang, namun sama sekali tak ada respon dari sang empunya.

" Elgara... Kau bukan? ", Elgara menyeringai. " Siapa kau? ", tanyanya penuh intimidasi.

" Ternyata kamu, seseorang bertopeng itu lagi? Apa tidak bosan kamu menghantui ku ? ".

Di lepasnya topeng putih itu hingga membuat Elgara tercenung sesaat. Sedangkan orang itu terbahak riang mendapati reaksi terkejut dari Elgara.

" Aku bukan siapa-siapa, Elgara. Aku adalah kamu dan kamu adalah aku kau paham maksudku kan? ", ujar laki-laki itu. Memang, wajah laki-laki sangat mirip dengan wajah Elgara. Bagai bercermin dan berbicara dengan dirinya sendiri.

Elgara tetap bergeming. Sebelum tiba-tiba suara dentuman membuatnya tersadar.

Brughh...

kedua laki-laki itu reflex menoleh ke  sisi kanan Elgara dan seketika terhempas keras. Tubuh mereka menghantam sesuatu yang amat keras hingga terasa seakan remuk.

Elgara terbatuk, rasa sakit mulai membuat nya tak berdaya. Sedangkan laki-laki itu lebih dulu tak sadarkan diri.

" Tolong aku... ".

" Tolong aku... ".

" Tolong aku... ".

Rintihan demi rintihan terus mengalun, Elgara yang tak berdaya mulai bergerak mencari  darimana suara  rintihan itu berasal. Namun, rasa sakit mulai kembali menyerang hingga tubuh ringkih nya terjatuh kembali. Pandangannya mulai kabur dan kegelapan merenggut kesadaran nya.

#to be continue




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEATHER ;  TWO WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang