[12]

497 32 5
                                    

Bug!...

Sebuah bantal melayang mengenai wajah si manis yang terperanjat kaget, bangun dari tidur nyenyak nya. Masih dalam keadaan setengah sadar, si manis mengumpulkan nyawanya dengan terbengong, membuat pelaku yang tadi melempar bantal kearah si manis ingin sekali melemparnya kembali dengan bantal.

“Bangun, dasar kerbau. Kau sadar sudah berapa lama kau tidur? Tidur sudah seperti mayat hidup.” sindir si jangkung dengan sarkas, namun si manis tak menggubris karena nyawanya masih belum terkumpul.

“Bangun atau kau ku lempar keluar?!” ancam nya membuat si manis sepenuhnya melek.

Chenle menguap lebar, lalu menggaruk kepalanya yang sudah berantakan “Hoahh!...ck! Iya, ya, cerewet sekali sih!” lantas, ia beranjak turun dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi untuk cuci muka.

Sedangkan si jangkung hanya menatap si manis dengan kesal. Dia seakan pemilik rumahnya yang dengan seenak hati bangun sampai siang, sedangkan dirinya harus bangun pagi-pagi kalau tidak nanti bisa kena omel Bunda nya. Lagi pula kenapa Bunda nya itu tidak membangunkan sekalian si manis? Kenapa hanya dirinya saja yang dibangunkan? Ah tidak tahu, ia kesal!

Lantas Jisung pergi dari kamar Chenle, kemudian turun kebawa menghampiri Bundanya yang sedang memasak makan siang.

Ya, sekarang sudah siang dan Chenle tidak ikut sarapan pagi tadi karena masih tidur sangat pulas, sampai-sampai Bunda tidak tega membangunkannya.

“Apa Chenle sudah bangun?” tanya Rose begitu Jisung sudah sampai.

Jisung mendudukkan bokongnya di kursi, menunggu makan siang selesai dimasak oleh Bundanya.

“Sudah. Jie baru tau ternyata dia sangat kerbau.”

“Jangan seperti itu, kamu juga sama dengannya.”

Tak suka disamakan oleh orang lain, Jisung merengut kesal “tapi dia lebih parah dari aku, bahkan jam segini dia baru bangun” protesnya tak suka.

Rose mendelik kearah Jisung “kata siapa? Malah kau lebih parah dari Chenle. Kalau bunda tidak bangunin, pasti kamu bakal tidur sampai pagi datang kembali. ” sindirnya, mampu membuat Jisung nyengir lebar.

Tak lama kemudian Rose selesai dengan masak makan siang mereka, dan bertepatan dengan itu, Chenle turun kebawah menghampiri mereka bertiga.

“Bagaimana tidur mu, Chenle? Nyenyak?” tanya Rose dengan lembut dan senyum simpul.

Dibalasnya senyuman itu oleh Chenle, wajahnya terasa lebih segar setelah mencuci mukanya tadi.

“Nyenyak, Bun. Hehehe...makasih ya udah ngizinin Chenle tidur disini...”

“Jelas nyenyak, orang tidur udah kaya mayat idup.” belum selesai Chenle berbicara, Jisung sudah memotongnya.

Tak menghiraukan tatapan tajam dari Chenle, Jisung sibuk melahap makanan nya dengan tenang.

“Sudah, sudah... Chenle, ayo makan, tadi pagi kamu tidak ikut sarapan, pasti laper.” sebelum adu mulut terjadi diantara kedua pemuda didepannya, Rose meleraikan nya sebelum hal itu terjadi.

Siang itu Chenle makan hampir dua piring karena saking laparnya tadi pagi tidak sarapan. Bunda tidak masalah Chenle makan banyak, ia malah senang ada yang memakan masakannya dengan lahap seperti cara makan Chenle yang lucu. Tapi tidak dengan si pemuda jangkung, ia tak terima karena paha ayam kesukaannya direbut oleh si manis begitu saja, tambah kesal lagi saat Bundanya justru membiarkan si manis memakan paha ayam miliknya.

*****


Sekitar jam 13:20 siang Rose pergi berangkat, lantas ia berpamitan dengan putranya Jisung dan si manis. Sebelum benar-benar pergi ke tempat kerja nya, Rose memperingatkan pada kedua pemuda yang akan menjaga rumahnya selagi ia pergi kerja.

Geeky & Nerdy - [Jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang