16| Sebuah Insiden

8.9K 789 17
                                    

[ENAM BELAS]



PEMANDANGAN halaman villa megah milik Zion yang sebelumnya terlihat ramai layaknya lapangan sepak bola itu, kini berubah menjadi sunyi nan sepi. Tak ada seorangpun yang masih setia berada disana, bahkan para wartawan yang sebelumnya terlihat seperti kerumunan zombie itu juga sudah pergi.

Tidak dengan Azka yang nampak terbiasa dengan keadaan sunyi dihadapannya, Azel justru nampak memandang kearah sekitar dengan mata waspada. Mengawasi setiap sudut halaman depan Villa milik Zion ini layaknya kamera CCTV.

Kelakuan aneh yang segera mendatangkan lirikan dari arah sosok disebelahnya.

"Kenapa?" tanya Azka sesaat setelah kedua orang itu mulai menginjakan kakinya pada halaman utama Villa ini, pertanyaan yang sudah pasti mendapatkan lirikan tak kalah tajamnya dari arah Azel.

"Kenapa?" beo gadis itu geram, "Bisa jadi masih ada orang yang ngumpet disekitar sini, kan?" lanjutnya dengan pandangan yang kembali tertuju ke arah sekitar.

Semakin waspada dengan kemungkinan buruk yang berada di kepalanya, "Atau maling?! Bisa jadi pembunuh berantai!? Atau—"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tepukan lumayan kencang itu berhasil mendarat pada dahinya. Menghadirkan rasa nyeri seketika yang mau tak mau membuat Azel menghentikan pemikiran gilanya.

Beralih dengan mengusap bagian yang baru saja Azka jadikan landasan atas jari jemarinya, tak lupa dengan menatap horror ke arah sang pelaku utama.

"Jangan kebanyakan nonton film gak jelas." ucapnya santai yang tanpa dosa terlihat kembali melangkahkan kakinya.

Disusul dengan langkah Azel yang masih berusaha untuk tak mengeluarkan makian dalam bahasa koreanya kepada cowok menyebalkan satu itu.

"Di sekitar sini, kan?" Azka memastikan saat dirinya berhasil menemukan tempat dimana gadis bodoh itu menjatuhkan ponselnya, hal yang segera Azel respon dengan anggukan kepala bersemangat dan tanpa aba segera ikut mencari benda pipih miliknya.

Nampak menajamkan penglihatannya dalam penerangan yang tak begitu jelas, tak lama memang, karna suara dari arah Azka kembali terdengar.

"Lo ngapain ikut cari disini?"

"Hm?" gumam gadis itu bingung, "Ya, biar cepet ketemu."

Hanya butuh satu tarikan napas dari arah Azka yang menandakan rasa gemasnya terhadap sosok dihadapannya ini, "Gue cari disini, lo cari di daerah sana."

Dengan otak kosong, kepala gadis itu nampak berputar, memandangi tempat yang baru saja Azka tunjuk menggunakan dagunya.

"Kenapa disana? Kan ilangnya di daerah sini."

Lagi, Azel dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Azka tengah mengepalkan pergelangan tangannya, "Tadi disini rame, gak?"

Jelas saja Azel mengangguk, "Banget."

"Terus kalo rame, kira-kira bisa gak ponsel  lo ketendang-tendang?"

Sekali lagi, Azel mengangguk, "Ya, bisa banget."

Mendengar gadis itu menjawab pertanyaannya dengan nada santai, nyatanya semakin membuat rasa kekesalan Azka meningkat, "Jadi ada kemungkinan kan, kalo ponsel lo udah gak di daerah sini lagi?"

"Oh," respon Azel sesaat setelah berpikir dengan kuat, "Mangkanya tadi kamu nyuruh aku nyari di daerah sana?" lanjutnya dengan disertai sebuah anggukan kepala mengerti.

"Oke, panggil aku kalo kamu ketemu disini."

Seakan tak perduli dengan wajah datar yang sudah Azka keluarkan, dengan manisnya gadis itu pergi beranjak menuju daerah yang tadi Azka rekomendasikan.

FatifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang