16.2-MANTAN-

127 11 28
                                    

"Bor, mending lo suruh temen-temennya Sarada ke sini deh. Kasian cewek lo sendirian di dalem," saran Shikadai.

Boruto menatap temannya itu menyeringai. "Ya chat aja sana."

"Lo aja chat Hima, ribet banget!" cibir Shikadai balik.

Boruto merotasikan bola matanya malas, ia mengambil handphonenya dan langsung saja akan menelpon Adik perempuan satu-satunya itu.

Himanja
Berdering

"Halo Bang, kenapa sih? Ah elah, gue lagi bobo siang nih!" Baru terangkat. Suara Adiknya itu terdengar malas dan lemas.

"Lo bertiga ke markas Andromeda sekarang! Kalo nggak tau lokasinya, minta anterin Papa. Cepet, temenin Sarada di sini."

"Subhanallah lo-aaa! Males ah, Bang!"

"Ada komisinya, cepetan! Kalian semua ke sini, bawa makanan yang banyak! Nanti uangnya gue ganti semua! Lo ke sini minta anter aja sama Papa, sekalian suruh temen-temen lo datang ke rumah, biar diantar bareng sama Papa."

"Tap-"

"Pokoknya kalian ke sini!"

Tut.

Boruto tidak mau dengar apapun lagi, dan memutus telepon sepihak.

-MANTAN-

Himawari benar-benar datang bersama dengan Naruto, Chocho, dan Yodo. Terlihat Himawari berjalan masuk ke dalam markas dengan kedua tangannya yang menenteng dua kresek ukuran sedang dan sedikit besar di kedua tangannya masing-masing, dan pandangan mata yang berkeliling menatapi bagian dalam markas besar Andromeda. Bukan hanya Himawari, tapi kedua temannya juga mereka seakan takjub dengan kemewahan yang dimiliki oleh markas besar Andromeda ini. Terkecuali Naruto yang biasa saja karena dia sudah sering datang ke sini dari dulu. Tempat ini memiliki akses yang sulit untuk ditembus, karena itu hanya bagian-bagian dari Andromeda dan orang-orang tertentu atau orang-orang yang sangat mereka percayai yang diizinkan atau diperbolehkan masuk ke dalam sini, termasuk Himawari, Sarada, dan teman-temannya. Inti Andromeda yakin jika dari mereka berempat, tidak ada seorang penghianat. Jadi karena itu, mereka-pun tidak ragu untuk mengundang Sarada dan teman-temannya untuk datang.

"Kalian jangan beritahu siapapun soal keberadaan markas ini," Boruto memberitau mereka.

"Iya Kak," jawab Chocho yang sepertinya sudah paham.

"Ya udah masuk aja, Sarada ada di kamar yang itu." Boruto menunjuk pintu putih yang berada di sebelah kanan.

"Ya udah Bang, kita masuk dulu." Himawari menaruh satu kantong besar tadi di atas meja sofa yang di duduki inti Andromeda. "Mana uangnya? Ini kami bertiga patungan nih beli, sekalian upahnya dong." Himawari menengadahkan tangan kanannya pada sang Kakak, yang telah menyuruh mereka datang kemari di saat-saat sedang tidur siang.

Boruto merogoh casing handphone dan kemudian menarik beberapa lembar uang dari sana, lalu memberikannya pada sang Adik. "Nih! Cukup 'kan buat kalian bertiga?"

Dengan senyum lebar Himawari menerima uang itu, ia menghitungnya. Total semua ada sekitar sepuluh lembar. "Aaa! Makasih Abang! Cukup kok!" Himawari mencium pipi kanan Boruto dan seketika berlari ke arah kamar di mana katanya Sarada sedang berada di dalam sana.

"Ada apa?" Naruto ikut duduk bergabung di antara mereka.

"Bang Papa, kenapa Papa bisa memasukin ketua geng Kara ke sekolah kita?" tanya Boruto dengan ekspresi kesal.

Naruto mengangkat kedua alisnya. "Siapa? Murid baru itu?"

"Iya Bang! Si muba itu ketuanya geng santen Kara. Yang dulu anggotanya pernah ketauan nyopet Himawari!" Inojin memberitahu.

-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang