Seorang pria baru baya tengah duduk di ruang keluarga, wajahnya tampak kelelahan. Memijat pangkal hidungnya kepalanya terasa pening.
"Minum dulu Dad." Seorang lelaki cantik menghampirinya dengan secangkir kopi ditangannya.
Tak berselang lama suara bel rumah terdengar pertanda ada tamu, karena maid sedang ke sibuk jadilah sang submisif yang membuka pintu.
"Jonnathan, Terry!" Setelah membuka pintu ia tampak terkejut dengan tamu yang baru saja datang. "Kangen banget, kapan sampe kok gak ngabarin gue?" Wajar saja mereka jarang bertemu. Ia memeluk Terry menyalurkan rasa rindunya.
"Dimana Jeff?" Tanya Jonnathan celingukan.
"Ah sampai lupa, mari masuk." Theo mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Jonnathan dan Terry yang dipersilahkan masuk pun mengikuti sang tuan rumah. Sampai diruang keluarga, si dominan Jeffrey sekaligus pemilik mansion duduk membelakanginya, tampak kertas berserakan juga asistennya yang berdiri di sampingnya. "Kenapa dia?" Tanya Jonnathan pada Theo.
"Biasa. Ntar juga lo tau." Ujar Theo. Ia memberi kode untuk asistennya agar meninggalkan mereka.
"Woy bre, diem-diem bae. Kesambet setan tau rasa." Sapa Jonnathan pada sahabatnya.
Jeffrey menengok ia mendengus teman yang satu ini sangat tidak tau sopan santun. Tak ayal ia berdiri menyambut sang tamu dan melakukan tos persahabatan.
Terry memungut beberapa kertas yang terjatuh "Apaan ini? Mau cari menantu lo?"
"Sembarangan tu mulut. Tapi kalo bisa sih dapet secepatnya." Sela Theo dari arah dapur dengan membawa minuman dan beberapa toples makanan ringan.
Mereka duduk setelah Jeffrey membereskan kertas yang berserakan tadi. "Asem banget tu muka." Sindir Jonnathan setelah meminum minuman yang disuguhkan. Theo dan Terry tertawa menanggapi sindiran Jonnathan.
"Ck" Jeffrey berdecak malas "Pusing banget gue, noh si Jenan baru satu bulan udah mecat 6 sekretaris barunya."
Mereka memang sudah mengetahui perihal Alex sekretaris lama Jenan yang mengundurkan diri satu bulan lalu. Alasannya ia akan ikut suaminya tinggal di luar negri. Jadi mau tak mau Jeffrey maupun Jenandra menyetujuinya.
Jeffrey Dirgantara dan Theo Dirgantara adalah orangtua Jenandra Dirgantara. Jeffrey menyerahkan salah satu perusahaannya pada anaknya 3 tahun lalu sejak putra keduanya baru lulus.
Sekarang ia dibuat pusing dengan tingkah laku Jenandra yang sudah memecat 6 sekretaris barunya dalam waktu satu bulan. Memang sudah tidak kaget lagi. Setelah kepemimpinan Jenandra perusahaan telah memecat banyak karyawan yang dianggap tidak kompeten. Tapi Jeffrey tidak mempermasalahkan hal itu, toh dibawah pimpinan Jenandra perusahaanya berkembang pesat dan lebih maju.
"Emangnya kenapa kok banyak yang gak cocok? Lo kali yang gak becus milihnya." Sahut Terry.
"Emang ya mulut cabe lo gak pernah berubah." Dengus Jeffrey. "Lo dari dulu tau strandar gue gimana." Lanjutnya.
Jonnathan dan Terry mengangguki perkataan Jeffrey. Standard Jeffrey memang tinggi jika memilih karyawan, lantas kenapa Jenandra selalu tidak cocok?
"Selalu ada aja alasannya. Lelet, cerewet, ganjen dan masih banyak lagi." Sahut Theo. Ya tidak heran lagi putra keduanya memang pemilih sejak kecil. Berbeda dengan si sulung yang penurut.
"Udah dapet gantinya?" Tanya Jonnathan.
Sepasang suami istri di depannya menggeleng lesu.
Terry tampak berfikir sejenk "Ah gue ada rekomendasi." Terry menyahut dengan semangat.
Jonnathan dengan cepat menoleh ke arah sang istri. Sedangkan Terry memberi kode lewat tatapan matanya. "Yakin dia bakal mau?" Tanya Jonnathan pada Terry. "Dicoba kali pa, kayaknya dia juga belum dapet kerjaan disini." Balas Terry dan Jonnathan pun mengangguki perkataan istrinya.
Jeffrey dan Theo melihat dengan heran perdebatan kecil sepasang suami istri di depannya. "Siapa sih?"
"Mantan sekretaris gue. Dia mengundurkan diri 2 minggu lalu katanya mau pulang ke Indonesia." Sahut Jonnathan.
Perusahaan Jonnathan memang ada di London jadi tidak heran jika mereka jarang bertemu.
"Bagus gak cara kerjanya?" Sahut Jeffrey dengan jahil. Padahal ia sudah sering mendengar bagaimana Jonnathan dan Terry membanggakan sekretarisnya.
"Di jamin bagus, dia udah jadi sekretaris Jonnathan hampir 5 tahun." Balas Terry "Malvin sama Harsa juga kenal dia dengan baik."
Oh iya si sulung Malvin Dirgantara. Anak pertama dari keluarga Dirgantara ini sangat penurut berbeda dengan si bungsu yang dari dulu pemilih dan agak begajulan. Jika si bungsu meneruskan perusahaan sang ayah dalam bidang properti, si sulung lebih memilih meneruskan agensi yang di bangun keluarga Dirgantara. Tidak heran keluarga ini mempunyai banyak perusahaan di berbagai bidang.
"Boleh deh di coba dad, kali aja Jenan cocok." Theo ikut membujuk suaminya.
"Okedeh. Lo ada kontaknya kan? Nanti kirim ke gue biodatanya, biar besok bisa langsung masuk." Sahut Jeffrey.
"Eiiitss terburu sekali anda pak." Canda Jonnathan kemudian ia tertawa. "Gue bujuk dulu anaknya. Semoga aja belum dapet kerjaan disini." Lanjutnya.
"Mae!"
Mereka sontak menoleh ke sumber suara disana ada lelaki manis berbadan gembul yang tengah berlari kecil dengan membawa beberapa paperbag ditangannya. Di ikuti lelaki bertampang bule di belakang.
"Kangeeen banget. Kapan sampe kok gak ngabarin Harsa sih." Harsa memeluk Terry dengan manja. Kemudian beralih memeluk sang papa.
Harsa Pradana putra semata wayang Jonnathan Pradana dengan Terry pradana. Harsa memang memilih tinggal di Indonesia, sedangkan orangtuanya berada di London untuk menjalankan bisnis mereka. Jika kalian bertanya kenapa Harsa ada di Mansion Dirgantara? Jawabannya ya karena Harsa kekasih dari Malvin Dirgantara. Mereka sudah berpacaran kurang lebih 3 tahun. Harsa sendiri bekerja sebagai model di Agensi Dirgantara.
"Darimana kok bawa belanjaan banyak banget?" Tanya Terry yang menatap beberapa paperbag ditangan Malvin.
"Endorse Mae" Jawab Harsa dengan cengirannya. "Oh iya Harsa sama kak Malvin abis dari cafe nya Nana." Lanjut Harsa dengan menyerahkan paperbag cukup besar ditangannya.
"Permisi nyonya makan malamnya sudah siap." Salah seorang maid datang menghampiri tempat mereka.
Theo mengangguk dengan tersenyum "Makan dulu yuk." Ajak Theo "Mbak sama siapin ini ya." Theo menyerahlan paperbag yang tadi di bawa Harsa pada maidnya.
Hallo jumpa di book ke 2 yeay
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Friend With Benefit
Romance"Jenandra mesum Dirgantara, lepasin gue bangsat." Narendra Alfareez. "Jie lain kali gak boleh julid." "Jie gak suka, bos buna galak." Jiandra Alfareez. "Om bos jangan galak-galak nanti cepet tua." "Ssstt gak boleh ngumpat sama atasan Na." Jenandra D...