💫-Prolog

29 5 1
                                    

"Tentang hidup itu memang tak akan jauh dari masalah. Karna itu salah satu cara Tuhan untuk menguji umat nya." -










---------------Happpy Reading---------------

*Tik..tik..tik..

Hujan hari ini membasahi kota yang terkenal karena bunga Raflesia Arnoldi. Selain air yang berasal dari langit membasahi kota indah itu. Air yang mengalir dari mata juga membasahi bantal di kasur.

"KALAU AKU TAHU BEGINI AKU MILIH BUAT GA IKUT TINGGAL SAMA KAMU! DISINI!" Teriakan dan bentakan semakin sering terdengar. Hal ini mungkin sudah biasa, tapi meski sudah terbiasa rasa sesak di hati masih terus terasa.

"Bunda.. dada aca sakit lagi.." lirih Laasya memegangi dadanya yang terasa sesak. Ia memejamkan matanya dan memilih untuk tidur.

*PRANG...

Bunyi keras yang terdengar dari luar membuat Laasya kaget. Ia mengurungkan niatnya untuk tidur. Ia berdiri, menatap cermin lalu mengusap air mata nya. Membuka pintu perlahan-lahan.

"Diam kamu Syafina!" Baru saja membuka pintu sudah terdengar suara bentakan dari mulut ayah nya.

Laasya berjalan melewati orang tua nya. Ia memilih untuk menangis saja di kamar mandi. Namun langkah kakinya terhenti saat mendengar ibu nya berbicara. "KAMU! kalo bukan karena kamu, bunda ga mau tinggal disini. Tapi karena kamu--" Syafina menekan dadanya. Lalu melanjutkan ucapan nya "Bunda jadi harus tinggal disini.. hidup bunda disini berantakan.. bunda kasihan ngelihat kamu kalau harus jauh dari ayah mu.. tapi ternyata, bunda lebih kasihan karna kamu harus tinggal disini.. ini semua karena kamu...hiks..hikss."

Damn. dada Laasya semakin sesak. Pikirannya begitu berisik karna aku?aku penyebab semuanya?aku biang masalah nya? k-karna aku? Hatinya terus berbicara.

"Jangan menyalahkan Laasya! Ini semua sudah kehendak Tuhan Syafina!" Nafas Ardan terdengar sangat berat. Ia melihat ke anak sulung nya. Batin nya berkata ini semua salah aku. Iya! Ini semua salah aku

Sementara Laasya menghampiri sang bunda. Duduk di hadapan nya lalu berkata "Maaf bunda.. maafin Laasya.." lirih nya yang ditemani dengan air mata yang mengalir deras. Ia takut untuk menatap wajah ibu nya.

"Karena kamu sya.." Syafina menatap wajah anak nya. Sakit. Sakit,melihat masa kecil anak nya harus hancur. Ia tidak mempunyai teman dan tidak bisa bermain bebas. Ia selalu terkurung oleh kekangan orang tua nya.

Laasya mendongak. Ia memeluk tubuh yang lemah itu. Namun..
"Lepasin bunda." Ucap Syafina singkat. Ia sedikit mendorong tubuh Laasya. Syafina kembali menatap ke arah Ardan "dimana janji kamu kepada Papa?! Pembohong! Janji mu di ingkari!." Ardan menatap manik mata indah yang kini terbendung oleh air mata.

/Flashback

Kini Ardan berada di rumah orang tua Syafina, di Bumi Pasundan.Niatnya ingin melamar syafina dan meminta izin kepada orang tuanya.

Tapi, orang tua Syafina masih ragu. Karena Ardan dan syafina baru saja kenal. Tapi siapa sangka cinta begitu cepat tumbuh diantara mereka.

Ardan bukanlah orang jakarta, apalagi Banten. Ia hanya merantau dari pulau seberang.

"Sebelum saya mengiyakan niat kamu, saya ingin membuat perjanjian." Ardan mendongak melihat ke arah papa Syafina. "Silahkan om." Papa Syafina mengangguk.

"Jika kamu ingin menikah dengan anak saya." Ia melihat ke arah putrinya. Menarik nafas pelan. "Tolong, jangan membawa syafina ikut tinggal di tempat tinggal mu. Saya dan istri saya tidak ingin jauh dari putri kami. Tempat mu juga terlalu jauh untuk kami."

Ardan berfikir sebentar lalu menjawab. "Saya janji om! Saya ga bakal bawa Syafina tinggal di tempat tinggal saya." Ia mengatakan itu dengan mantap.

/ Flashback off

Ardan terdiam. Ia pergi begitu saja. Entah pergi kemana di malam hari seperti ini. "Gitu aja terus." Gumam Syafina.

Laasya yang melihat kepergian ayahnya memilih untuk berbalik dan menonton tv. Ia juga sudah lelah mendengar hal yang menyakiti hati nya.

Begitupun dengan Syafina. Ia memilih untuk tidur di kamar nya lalu mengunci pintu kamar itu.

"Hiks..hiks.. dada aca kenapa sakit banget rasanya..hiks.." gumam Laasya. Ia menangis di ruang tengah itu, sendirian.

Syafina yang mendengar Isak tangis dari putri nya membuat hati Syafina teriris. Ia masih dilanda emosi untuk bertemu dengan anak sulungnya.
"TIDUR LAASYA." teriak Syafina dari kamar.

Laasya yang mendengar ucapan itu langsung bangkit. Tapi, ia kesusahan. "Pusing..." Lirih nya pelan sambil memegangi kepalanya. Ia berjalan menuju kamar yang tak jauh dari ruang tengah.

*Cklek..

Ia membuka pintu kamar nya, dan langsung merebahkan tubuhnya. Tidak lama, gadis kecil itu sudah tertidur pulas meskipun air mata masih mengalir di mata nya.

-------------------------------------------

Thanks for reading guys!

Tolong budidayakan vote ya! Hehe:)

Ramein cerita aku ya?

Terima kasih ❤️❤️❤️

SPREZZATURA' {HIATUS }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang