Werda si Preman Hutan

0 0 0
                                    



werda bisa mendengar suara Langkah kaki diluar, Werda bisa menerka langkah siapa itu. Siapa lagi kalau bukan si ganteng, Tetangga barunya. Werda tau saja soal itu, ya karena lingkungan apartemennya itu tidak cukup besar sampai Werda tidak tau siapa tetangganya. Termasuk si tetangga barunya ini, senin sore saat werda membantu pria itu untuk meminjamkan kartu aksesnya karena milik pria itu tertinggal. sejak saat itu mereka berkenalan.

Jerihan Salim, kerja sebagai senior tax konsultan di Firma Big 4. wajahnya putih dengan raut tegas, dan lumayan Tinggi jika disandingkan dengan Werda yang tingginya hanya 168 Cm. Sekilas aura pria itu sangat mencekam, sudah bisa werda bayangkan sudah berapa banyak bawahannya yang berhasil dia buat tangis karena hasil laporan yang tidak sesuai.

Werda sudah bersiap membuka pintu apartemennya berpura-pura keluar sebagai upaya pdktnya. Hitungan 3..2.. 1

Kret! "Loh, Mas Jeri? baru pulang mas?" Tanyanya masih berpura-pura. Senyum di wajah werda mengembang malu-malu, sengaja takut kentara sekali dia senang bertemu dengan Jeri.

Wajah pria itu datar, enggan menunjukkan senyumnya. "Ya, mbak." nampak sekali lelahnya.

"Ooh, iya.." Dia jadi awkard untuk kembali berbasa-basi. "saya duluan.." Rencana werda gagal total. dia berjalan berlawan arah dari jeri, berpura-pura pergi. menunggu pria itu masuk kedalam apartemennya dulu, baru setelah itu Werda balik ke apartemennya sendiri.

"Ya.." Pria itu menempelkan kartu aksesnya di pintu. lalu masuk menghilang kedalam. Werda mengintip dari jauh, memastikan bahwa Jeri beneran sudah tidak ada.

"Udah pergi.." Gumamnya. Werda menghela napas kecewa. Rencana Pdkt yang sudah dia siapkan gagal. dia kembali masuk ke apartemen miliknya.

"Gak ada harapan gue.." Ucapnya menerima kenyataan pahit. "Itu orang tembok banget anjir. minimal basa basi kek? ini malah kaya manusia dari goa." dia kesel sendiri jadinya. dihidupkan Tv-nya, menonton sesuatu disana.

...

"Lagian lo aneh banget basa basi pas dia pulang kerja. Gue pun kalau ada tetangga begitu bakal gue acuhkan, ganggu. Orang udah capek kerja malah diajak basa basi." Jawab Rahel sambil memakan Bakso di piring. "Jangan pakai cara itu, gue aja ilfill lihatnya." sambungnya dengan pipi yang menggembung kepenuhan bakso.

"Masa..?" Werda tidak percaya. "Tapi biasanya cara ini mulus kok waktu gue ngapain sama mantan dulu." dia sibuk mengaduk piring baksonya yang sudah kosong.

"Karena mantan lo pengangguran, tolol." Makinya penuh dendam. "Masih kesel gue si Jonan gak bayar utangnya yang cepe sama gue," Digigit baksonya kesal. "Mana waktu itu setiap lo jalan sama dia, lo yang bayar kan?"

Werda menggaruk lehernya yang tak gatal. "Iya kayaknya?" jawabnya ragu ragu. "Bukan iya kayaknya, tapi emang beneran. dia juga ada tuh ngutang sama lo dua ratus." Rahel menyahut menggebu gebu.

"Cari cowok jangan yang kere, minimal cari yang udah kerja." peringat rahel. temannya ini gampang sekali dibodohi dan dimanfaatkan kalau sedang dimabuk cinta. seperti kasus terakhir saat Temannya mau-mau saja membayari mantannya untuk membeli Iphone terbaru.

Werda menunduk, Tangannya tersampir di dagu. merenungkan nasib percintaanya yang selalu awut awutan. "nasib cinta gue kayaknya gagal mulu ya, hel. kagak ada yang beres kalau dipikir."

Rahel mengangguk mengiyakan. "Iya. nasib cintamu berbanding terbalik sama rekening bank mu tapi." Jawabnya tanpa rasa sungkan. "gak usah dipikirn, wer. Hidup lo masih panjang, umur lo masih 25. masih ada banyak waktu yang bisa lo pakai untuk berpetualang. lo lihat tuh elly sugigi umurnya udah tua, tapi niat juangnya gede buat cari pria baik." Rahel menyemangati, perempuan itu menepuk bahu temannya.

"Iya! masih banyak waktu buat gue!" Rasa insecure Werda berkurang. dia jadi termotivasi dengan kata-kata Rahel barusan.

"Euuuk.." rahel bersendawa kenyang. "Dah yok cabut." Tangannya mengelus perutnya yang membuncit penuh lemak. "Nah, bayar Wer." sahutnya santai. Dia tersenyum lugu. "Gue lagi kere, bakal gue ganti nanti."

senyum Werda memudar, tergantikan dengan rasa geram. dikepalkan tangannya kesal. "Ah, taik lo. sama aja."

"Hehehe. anggap aja bayaran curhat lo, wer."
Dikedipkan matanya. "Love you.." Rahel memberikan ciuman jauh saat melihat werda bangkit membayar.

Looking for the starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang