Aku benar-benar tidak bisa menebak sikapnya yang bisa berubah-ubah setiap waktu. Ia bisa saja baik dan buruk di waktu yang bersamaan. Sikapnya yang kadang berubah begitu cepat membuatku selalu tergugu tak bisa menyesuaikannya. Saat ini, begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang menari di otakku. Salah satunya tentang sikapnya yang saat ini seolah-olah telah menganggapku sebagai temannya. Padahal ia tidak benar-benar menganggapku sebagai temannya. Dia selalu dingin dan selalu malas untuk meladeniku.
Sedari tadi kami terlarut dengan acara makan bersama yang tak sengaja kebetulan tanpa percakapan sedikit pun. Semenjak kejadian semalam, aku merasa bahwa Adam benar-benar tidak suka bila aku terus mengajaknya bicara. Dia memang tipikal pria pendiam yang tak banyak ulah. Ia bisa saja merasa terganggu bila aku terus bicara. Seperti biasa, aku sudah terbiasa bila seseorang membentakku ataupun bersikap dingin dengan pandangan tak suka. Aku sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh teman-teman kelasku terutama yang paling sering oleh Perrie. Karena dia adalah teman sebangkuku dan aku lebih sering melakukan komunikasi padanya. Tapi kali ini berbeda, bila sebelumnya aku telah terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu, kini aku merasa menciut jika Adam yang melakukannya. Memang benar, Adam juga sering bersikap dingin padaku. Ralat, bahkan selalu dingin. Tapi setelah kejadian semalam, aku merasa bahwa dia benar-benar membenciku. Entahlah, rasanya berbeda jika kau mengetahui orang yang kau suka ternyata membencimu. Rasanya aku ingin menghindar agar ia tak terlalu jauh membenci. Aku juga tak ingin lebih sering bertemu ataupun berkomunikasi dengannya karena aku selalu terdiam bila berhadapan dengannya. Dan itulah alasan mengapa sedari tadi aku sibuk memainkan ponselku sambil sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut. Sejauh ini aku berhasil mengabaikan Adam. Bahkan menganggapnya tak ada. Dari tadi juga aku tidak meliriknya sedikit pun yang membuatnya sedikit geram dan pada akhirnya mengambil handphoneku dengan cepat.
"Hey!" seruku saat ia mengambilnya secara tiba-tiba. Adam melirikku singkat tapi ia tak menanggapi. Ia sibuk mengotak-atik handphoneku tak terlalu lama. Lalu bunyi handphone yang dimatikan terdengar jelas saat Adam telah selesai. Ia menaruhnya di dekat sikunya. Hal itu berhasil membuatku menganga lebar. Apa yang dia lakukan?
Pria itu kembali meraih sendoknya dan mulai mengunyah makanan tersebut untuk yang kesekian kali, bersikap seolah tak ada yang terjadi saat ini.
Aku menautkan alisku tak setuju dengan sikapnya. Apa yang dia lakukan? Bahkan dia bersikap tak ada yang terjadi setelah mematikan ponselku dan menahannya. Aku menghela nafasku kasar dan menaruh kedua tanganku di depan dada memberinya tatapan sebal.
"Kembalikan ponselku," ucapku pelan namun terdengar tegas. Hal itu berhasil membuat Adam menghentikan acara makannya dan mendongak menatapku. Ia masih mengunyah makanannya dengan santai yang mana membuatku tak ingin mengalihkan pandangan saat kami bertatapan. Astaga, apa yang kau pikirkan Carley!
"Aku tidak suka ada orang yang memainkan handphone saat aku sedang makan bersamanya."
"Memangnya kenapa?"
"Karena itu mengganggu."
"Baik, kalau begitu aku tidak akan memainkan ponselku lagi. Sekarang berikan ponselku."
"Dengan satu syarat."
Aku memutar bola mataku, sebal. Ternyata dia benar-benar menyebalkan.
"apa?"
Tak mengubris perkataanku, lelaki itu kembali melahap makanannya. Aku menghela nafas pasrah karena tindakannya yang kembali tak merespon. Dengan kesal aku kembali melahap makananku. Dan disaat itu pula, aku melihat seringaian licik Adam dari balik bulu mataku. Benarkah Adam tersenyum licik? Aku terpanah melihat senyumannya. Meski senyuman itu mengandung arti sesuatu yang buruk, tapi ini kali pertama aku melihatnya tersenyum. Entah apa rencana yang sedang ia buat. Firasatku mengatakan ini tak bagus, dan seharusnya aku pergi dari tempat ini sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Novela JuvenilCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...