Dear Atlas
.
.Semoga suka dan menghibur
Mon maap kalau bikin emosi
🙏🏻✌🏻
Happy reading
.
."Kondisi Keanu saat ini benar-benar memprihatinkan. Saya harap kamu bisa ikhlaskan kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Keanu. Yang paling penting kita sudah sama-sama berusaha untuk membantunya agar tetap hidup."
Alina tak mampu lagi membendung air mata. Satu-satunya keluarga yang tersisa di dunia ini hanyalah Keanu. Jika sampai tuhan mengambil Keanu dalam hidupnya, Alina betul-betul sudah tak mampu lagi mengungkapkan seberapa besar rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Adik saya pasti kuat, Dokter. Dia nggak mungkin ninggalin saya. Dia udah janji kalau dia bakal selalu ada di samping saya."
"Ya, saya mengerti itu. Semoga Tuhan segera memberikan keajaiban untuk Keanu."
Alina menggenggam tangan Keanu. Mana mungkin ia bisa iklas begitu saja kalau sampai harus kehilangan adiknya untuk selamanya. Selama ini apa pun yang ia lakukan hanyalah untuk kebahagiaan Keanu.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Segera panggil suster kalau kamu menemukan kejanggalan pada adik kamu."
"Iya, Dokter. Terimakasih." Kata Alina yang tak melepaskan pandangannya dari wajah Keanu. Ia kembali menggenggam tangan mungil sang adik dan menciumnya.
"Keanu pasti sembuh 'kan sayang? Keanu nggak mungkin ninggalin kak Alin sendiri. Kak Alin 'kan paling takut kalau sendiri, sebentar lagi kak Alin mau menikah, memangnya Keanu nggak mau datang?" Suara Alina gemetar, dadanya sesak hingga mencekik ke tenggorokan.
Tak lama setelah itu pintu kembali terbuka hingga membuat Alina mengangkat kepalanya. Alina lekas menghapus air matanya dan berdiri mendekati perempuan paruh baya yang memasuki ruangan rawat adiknya.
"Tante ..."
"Gimana kondisi adik kamu?"
"Masih belum ada perkembangan, Tante."
"Sudahlah. Itu tidak penting. Tujuan saya datang ke sini hanya ingin memberikan kamu peringatan."
"Peringatan?"
"Ya. Saya mau kamu mundur dari pernikahan itu dan tinggalkan Atlas."
"Tante nggak bercanda, 'kan? Bukannya Tante udah kasih restu sama aku dan Atlas? Pernikahan kita sebentar lagi lho, Tan."
"Saya hanya terpaksa mengiyakan permintaan Atlas. Karena ia mengancam untuk pergi dari rumah. Saya tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Asal kamu tahu, papa Atlas juga tidak setuju kalau Atlas sampai menikah sama kamu."
"Tapi, Tante. Aku sama Atlas saling mencintai."
"Saling mencintai? Memangnya kamu punya apa? Alina. Kita ini berbeda dari segi manapun. Kamu dan Atlas tidak sebanding."
Pernyataan yang keluar dari mulut Indri---mama Atlas---berhasil menyesakkan dada Alina. Serendah itukah Indri memandang orang tak berada sepertinya?
"Kamu lebih mencintai Atlas atau adik kamu?"
"Maksud, Tante?"
"Kalau kamu tidak bersedia meninggalkan Atlas. Saya pastikan dalam hitungan kurang satu hari, adik kamu lenyap dari dunia ini."
Dua bola mata Alina membulat. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Enggak, Tante. Aku mohon jangan lakukan ini pada Keanu. Oke, saya akan penuhi permintaan Tante untuk meninggalkan Atlas."
"Okey, kamu temui Atlas sekarang dan akhir hubungan kalian. Saya akan menunggu di sini untuk memastikan kalau kamu betul-betul melakukan apa yang saya suruh. Kalau kamu berani macam-macam ..."
Pandangan Indri beralih pada Keanu yang masih terbaring lemah di atas pembaringan.
"Saya pastikan hari ini dia lenyap."
"Saya mohon, Tante. Jangan lakukan itu. Baiklah, saya akan temu Atlas sekarang."
Indri hanya menganggukkan kepalanya dan mengedarkan pandangan ke setiap penjuru ruangan.
"Saya tunggu kamu di sini. Silakan pergi temui Atlas."
Indri pun melangkah kaki dan duduk di atas sofa yang tersedia di sana. Alina memejamkan matanya dan mengambil tas yang ada di atas nakas.
Ia segera mengirim pesan pada Atlas dan mengajaknya untuk bertemu di luar.
🌷🌷🌷
"Kamu ada apa sih ngajak aku ketemu? Mau bahas pernikahan kita?"
"Nggak ada pernikahan, Atlas."
"Maksud kamu?"
"Aku minta maaf sama kamu. Tapi aku nggak bisa melanjutkan pernikahan kita."
Kening Atlas berkerut, wajah yang tadinya sumringah kini berubah tegang.
"Jangan becanda deh, Al."
"Nggak ada yang bercanda, Atlas. Aku nggak bisa melanjutkan pernikahan kita."
"Alina, kamu lupa gimana perjuangan kita buat dapatin restu orang tua aku? Sekarang kita udah dapat kenapa kamu malah bilang begini?"
Atlas memegang tangan Alina. Tapi perempuan itu segera menepisnya.
"Karena aku nggak cinta sama kamu."
Atlas tertawa mendengar pernyataan Alina yang dia anggap konyol.
"Kamu mau prenk aku? Hei, Alina. Kita ini pacaran udah tujuh tahun. Kenapa tiba-tiba kamu bilang nggak cinta."
"Aku serius! Mulai sekarang jangan temui aku lagi!"
Alina hendak melangkah pergi. Namun tangannya dicekal oleh Atlas.
"Nggak bisa, kamu nggak bisa lakuin ini!"
Alina memejamkan matanya dan melayangkan tamparan di pipi Atlas.
"Aku, nggak cinta sama kamu!"
Atlas terdiam mendapat tamparan dari Alina. Benarkah Alina yang melakukannya barusan?
"Al, bicara sama aku, apa aku punya salah sampai kamu begini?"
Alina meneruskan langkahnya dan pergi begitu saja. Ia menghiraukan teriakan Atlas yang terus memanggil namanya.
"Alinaaa! Alinaaaa!" Teriak Atlas lagi. Namun Alina semakin menjauh
"Alinaaaa!"
Atlas membuka kedua bola matanya. Keringat dingin membanjir pelipisnya.
Sudah tiga bulan sejak kejadian Alina meninggalkan dirinya. Namun detik-detik di mana Alina meninggalkannya masih terekam jelas di benaknya hingga masih terbawa ke alam mimpi hingga detik ini.
"Atlas, kamu mimpi buruk lagi?" tanya Indri ketika mendengar suara Atlas dari luar.
"Kamu lupain dia ya, Nak. Ingat. Besok kamu akan menikah. Mama nggak mau kamu terus memikirkan wanita itu."
"Iya, Ma. Maaf, aku juga nggak mau. Tapi dia terus-menerus ada di mimpi aku."
"Itu karena kamu masih memikirkan dia. Sudah, masih ada perempuan yang lebih baik dari dia. Yaitu calon istri kamu."
"Kak Arga udah coba telfon Mama? Apa dia benar-benar nggak akan datang saat pernikahan aku nanti?"
"Nanti mama coba hubungi lagi. Sekarang kamu istirahat. Besok adalah hari spesial kamu, 'kan?"
Atlas tersenyum tipis. Ia tak menyangka kalau istri yang akan ia nikahi adalah hasil dari perjodohan orang tuanya.
Atlas hanya berharap semoga saja perempuan yang menjadi istrinya itu betulan bisa membuatnya melupakan Alina. Meski Atlas sendiri tidak yakin apakah ia bisa melupakan Alina atau tidak.
Meski rasa sakit yang Alina tinggalkan masih terasa, rasa cintanya untuk Alina jauh lebih besar hingga mampu menyamarkan rasa sakit itu.
Atlas kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Semoga saja mimpi buruk itu tak lagi menghantui dirinya. Lagipula untuk apa dia memikirkan wanita yang sudah jelas-jelas meninggalkan dirinya dan melupakan perjuangan untuk mendapatkan restu.
....
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atlas
RomancePada akhirnya seleksi alam perihal jodoh memang benar adanya. Yang tak pernah Allah takdir untuk berjodoh memang akan tersingkirkan dengan sendirinya. Pun sebaliknya, yang berjodoh akan tetap dipersatukan meski harus banyak melibatkan luka dan air m...