- chap 46 -

36 2 0
                                    

"Aku juga pernah mengorbankan hidupku untuk menyelamatkan mu, dan kau pun begitu. Bukankah kita impas?" Ujar Alerie dengan penuh harap.

"Aku bahkan tak pernah mengungkit tentang pengorbanan ku untuk mu. Karena aku tulus melakukan itu. Tapi, bagaimana dengan mu?" Tanya Dave balik.

"Aku tentu tulus melakukan nya. Tapi, aku tak akan terluka karena pedang ini, sayang. Aku sekarang hanya jiwa tanpa raga." Ucap Alerie sambil menggenggam pedang yang diarahkan ke lehernya.

Alerie membuat lagi dinding penghalang itu dan duduk di sebelah Arabella. "Tidur lah sebentar Arabella. Aku tak ingin kau mendengar ini." Alerie menjentikkan jarinya dan Arabella terjatuh tak sadarkan diri. Walaupun sebenarnya sedari tadi Alerie mengendalikan tubuh Arabella.

"Berhubung kita semua berkumpul disini, bagaimana jika aku sedikit bercerita." Ucap Alerie sambil melipat lengannya.

"Jujur saja, kami tak peduli dengan cerita mu." Ketus Alesya.

"Setelah melupakan Testeon sebagai konsekuensi karna menyelamatkan ku. Aku menjalani hidup sebagai dewi, aku di cintai banyak orang. Lalu, aku bertemu anak laki-laki yang membuat ku mencintainya. Aku pun akhirnya mengorbankan hidupku deminya, tapi dia juga melupakanku sebagai konsekuensi nya." Ucap nya sambil menatap Dave lekat-lekat

"Di akhir hidupku, aku bertemu para MainGod. Aku kembali mengingat semuanya, bahkan aku mendapatkan satu permohonan terakhir." Lanjut Alerie

Dia menghela nafas. "Aku akhirnya memohon untuk dilahirkan kembali sebagai manusia. Tapi, itu melawan hukum kausal. Seharusnya ekstensi ku sudah lenyap, tapi aku mendapatkan kesempatan terakhir. Jadi solusi yang di berikan kepadaku adalah..." Alerie menatap semua yang ada di hadapannya satu persatu.

"Aku tidak bereinkarnasi, jadi seorang manusia terpilih terlahir untuk memberikan raganya padaku. Manusia itu terlahir sebagai wadah dan sudah seharusnya seperti itu. Tapi, orang yang membuatku melakukan banyak hal malah lebih memilih penggantiku daripada aku sendiri." Ucap nya lagi.

Alerie menyunggingkan senyum nya. "Menurut kalian, sejak kapan Arabella berada disini?"

Mereka semua saling menatap. "Kau sudah menyekapnya selama dua hari. Hentikan omong kosong ini." Bentak Seraphim.

"Pfft... kalian sangat naif, bahkan kalian tidak bisa mengenali teman kalian sendiri. Dia sudah disini semalam sebelum kalian pergi ke villa itu." Ujar Alerie sambil menahan tawa.

"Ah, Testeon sayang. Orang yang menghabiskan malam dengan mu saat itu bukanlah Arabella, melainkan aku. Apa kau senang?" Ucap Alerie lagi. Dave sangat kaget, dia merasa kotor. Dia merasa telah mengkhianati Arabella.

"Alesya, dulu kau sangat membenci Arabella. Kenapa kau dan ayahmu tiba-tiba menyayanginya? Itu karena aku, aku yang melakukan itu." Alerie tersenyum setelah mengatakan itu.

Alesya menggeleng. "Tapi, aku tulus menyayanginya sekarang. Tak peduli itu karena mu atau yang lain, sekarang aku benar-benar menerimanya sebagai adikku. Kembalikan dia padaku."

"Dia memang di takdirkan untuk ini. Jadi, diam dan jangan mengganggu."

"Dewi, aku tak menyangka kau membohongiku selama ini." Ucap Arabella yang entah sejak kapan telah sadar.

Dave terbelalak. "Abela. Kau sudah sadar."

"Yang sebenarnya adalah, aku tidak akan menjadi wadah jiwamu jika aku tidak menginginkannya. Tadinya aku berpikir ini memang tempatmu, tapi aku berubah pikiran. Pria yang disana adalah Dave dan bukan Testeon yang kau cintai." Ucap Arabella. Tiba-tiba tubuhnya menjadi segar dan terlepas dari pengaruh Alerie. Itu berkat bantuan para spirit dan ledakan kekuatan sucinya sendiri.

Arabella dengan mudah menembus dinding itu.

Alerie sangat panik dan mencoba untuk menyerang Arabella. Dengan sigap Arabella menarik rèarmor dari tangan Dave dan menusukkannya pada Alerie.

"Itu tak akan membunuhmu, tapi cukup untuk melukaimu selama beberapa waktu." Ucap Abela. Tubuhnya yang tadi segar kembali ke kondisi semula, lemah dan lesu.

"ABELA!?" Ucap semuanya bersamaan saat mencoba menangkap Arabella yang terjatuh.

Allard menghampiri Alerie. Sedangkan Abela dan yang lainnya segera pergi menggunakan portal sihir kembali ke istana.

.
.
.

Raja dan ratu dari Agily sedang mengadakan rapat dengan raja juga ratu Finiz. Mereka berempat menghabiskan waktu cukup lama untuk membicarakan soal pembangunan yang akan di lakukan di perbatasan.

Setelah membicarakan begitu banyak hal, mereka memutuskan untuk menghabiskan sore dengan menikmati Teh di taman.

"Ratu Selene, anda tampak cantik walau sudah bertambah umur." Ucap Issabele sambil mengayunkan kipasnya.

Selene menyeruput chamomile nya. "Anda juga sama. Tetap cantik seperti biasanya ratu."

Stephan dan Edward saling menatap. "Jadi, kira-kira kapan kita bisa menimang cucu?" Tanya Edward tiba-tiba.

"Sepertinya anak kita terjebak pada satu gadis. Kita tak akan mempunyai cucu sampai gadis itu memutuskan pilihannya." Ucap Stephan lalu tertawa.

"Jika kalian berbicara tentang putri ku. Dia baru saja lulus akademi. Masa depan nya masih panjang. Jadi, dia tak akan menikah secepat itu." Ujar Selene sedikit memaksa.

Issabele tertawa. "Baiklah, aku juga senang melihat anak itu. Baik dia menjadi menantu mu atau menantuku, tak akan mengurangi sayang kita padanya bukan?"

Semuanya mengangguk setuju.

Lingkaran portal sihir muncul di hadapan mereka.

"Apa anak-anak sudah selesai berlibur? Itu baru beberapa hari." Tanya Edward.

Dari portal sihir itu keluar Dave yang menggendong Arabella dan yang lainnya. Mereka tampak lusuh dan berantakan.

Para orang tua itu berlari ke arah anak-anak nya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Selene khawatir. Terasa seperti dejavu.

Setelah itu, mereka bergegas ke kamar dan memanggil dokter.

"Apa anak ini lagi-lagi mengorbankan diri untuk menyelamatkan mu, nak?" Tanya Stephan sambil menatap tajam anaknya.

Dave menggeleng. "Ah, tapi mungkin juga iya." Ucap Dave sambil menatap Arabella yang tak sadarkan diri.

Setelah mengatakan itu, Dave batuk darah. Semua orang menatap nya.

"Pasien kita bertambah satu orang." Gumam Louis sesaat sebelum Dave tumbang.

"Astaga, Dave." Louis dan Alex segera mengangkat Dave ke ranjang Arabella. Tidak ada alasan khusus, kebetulan mereka sedang berada dikamar Arabella dan Dokter juga masih disana.

Dokter segera memeriksa Dave. Wajahnya dokter itu menjadi pucat. Dengan ragu dia mulai berbicara. "Maafkan saya, detak jantung putra mahkota berhenti secara tiba-tiba. Itulah alasan kenapa dia tak sadarkan diri. Kondisi seperti ini dinamakan cardiac arrest."

Ratu lemas terhuyung ke belakang. "Astaga, dua anak ku yang malang. Yang satunya tak diketahui penyakitnya, satunya lagi mengidap penyakit yang bahkan belum ada obatnya."

Dave dan Arabella terlelap dalam tidur yang tidak ada seorangpun yang tahu selama apa.

Tbc.

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang