small chatting.

17 6 1
                                    


"Hihi.. never mind, kita masih memiliki banyak waktu, jadi santai aja", Jawabku, "mm.. memangnya papa mama oliv lagi pergi jauh kah?", Tanyaku.

Olivia tampak mengedikkan bahunya, "kota blablabla jauh ngga?",

"Mmm.. lumayan sih, kemarin ara waktu kesana sama sahabatnya ara hampir dua jam-an, mungkin.. ah?, Mmm..",
Entah kenapa aku bingung sendiri, disatu sisi otakku tiba tiba berpikir dengan keras memperhitungkan jarak, kecepatan dan waktu tempuh kesana karena saat itu si Haikal sialan mengemudi dengan kecepatan rata rata 80km/jam atau mungkin lebih, dan perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 1 jam, bila kecepatan standar kira kira berapa jauh ya??,

Hmm, perhitungkan jarak, bila kecepatannya antara 20 km/jam saat macet ½ jam di daerah kota barat, solo, dan maksimal bisa 80 km/ jam saat keluar dari sana, lalu waktu yang kami habiskan adalah ± satu jam maka jarak perkiraannya mungkin sekitar ??, Mmm~

"Kak ara?", Panggil Olivia menghamburkan perhitungan di otakku, "hah.. iya?",

"Boleh aku bertanya?", Tanyanya. Aku menjawabnya dengan sebuah anggukan, namun belum sempat Olivia melayangkan pertanyaannya, disaat yang sama tiba tiba terlihat nathan yang tengah memakai kacamata baca dengan sebuah buku tebal ditangannya melintas cepat dari pintu antara ruang tengah dan ruang tamu menatap sekilas kearah kami,
      Aku hanya diam saat tak sengaja manik mata kami saling beradu sepersekian detik.

  Hm?
Jadi, benarlah dia adalah lelaki yang sama dengan yang ara temui di perpustakaan itu?
   Pria yang sama yang juga ingin mengambil novel karangan haruki murakami itu?

"Who is~?, Oh..", ia tak jadi melanjutkan pertanyaannya setelah mengetahui bahwa akulah tamu dadakannya malam ini.

Pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya dan menghilang dibalik pintu ruang tengah saat olivia beranjak dengan membawa bungkusan berisi wadah kue brownis pemberianku, "hei..?", Panggilnya pelan dan dengan cepat ia menyusul Nathan menghilang di balik pintu yang sama.
...

"Yaaahhh!!",
Samar samar mampu kudengar suara perempuan itu yang tengah merajuk, percakapan selanjutnya tidak lagi terdengar jelas di telingaku namun dapat kusimpulkan bahwa sepertinya sedang ada perdebatan kecil disana.

"Forget it", dumel perempuan itu sambil menghela nafas kasar dan muncul dari balik pintu lantas berjalan kearahku. Sesaat ekspresi wajahnya langsung berubah cepat 180° menjadi senyum riang sekarang, "maaf, lama menunggu ya?", Tanyanya kemudian menyusul duduk.
Kugelengkan kepalaku kecil, "no problem",

Olivia menghela nafasnya, "ah ya?, Apa yang sedang kita obrolkan tadi?, Aku sudah lupa",
Aku terdiam sebentar, "katanya Oliv ingin bertanya",

"Hee... Bolehkah aku tahu nama panjangmu?", Olivia menaikkan sebelah alisnya secara lucu.

"Zeara qiezha adinata, salam kenal", jawabku lantas menunjuk kearah Olivia, "dan Oliv?",

"Hm, Ariana, Olivia, Ajezyu", jawabnya mantap dengan pelafalan jeda ditiap katanya.

"Ariana?", Tanyaku membeo.
Olivia tampak memberdirikan jari jempolnya, "Ariana, terdengar bagus kan seperti nama orang indonesia?, Bagaimana kalau aku dipanggil Ariana saja?", Tanyanya berargumen.

"Boleh, mm maksud ara, nama ariana sama seperti nama penyanyi amerika, Ariana grande misalnya... Dia kan bukan orang Indonesia?",

Olivia mengelus jidatnya pelan, "it's seems..",

Aku tersenyum hambar, "kenapa ingin dipanggil ariana?, Bukankah lebih bagus dengan sebutan Olivia?",

"Kupikir nama ariana lebih seperti nama orang Indonesia", jawab perempuan itu polos. Ahh.. makin lama obrolan kami pun semakin tidak bermakna.

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang