10¹ + 8 + 10

2.8K 272 11
                                    

"Ayah ! Ayah, lihat Nono dapat ini !" Pekik senang Junho yang baru saja tiba di kantor Jeno. Junho memamerkan undangan pertama yang ia dapat dari teman sekelasnya. Di belakang tampak Haechan menyusul dengan membawa makan siang untuk suaminya. 

"Nono, turun dulu Nak..biarkan Ayah makan dulu ya." Perintah Haechan, meminta Junho yang sudah duduk tenang di pangkuan sang Ayah untuk turun. Jeno lalu memilih menggendong Junho dan berjalan mendekati Haechan yang tengah membuka kotak bekal makan siang untuknya. 

"Tadi ke sini diantar supir kan ?" Tanya Jeno setelah mencuri satu kecupan di kening sang istri.

"Tentu saja, memangnya kamu mengizinkan kita naik taksi ?" Jeno hanya tersenyum. Ia memang secara khusus mempekerjakan supir untuk mengantar pergi haechan dan Junho. Bukan over protective, hanya saja akhir-akhir ini kasus pencurian anak mulai merajalela lagi di Korea. Terakhir dilaporkan modus pencurian anak dimana si pencuri menyamar menjadi supir taksi. 

"Nah siap, selamat makan Ayah !" Haechan mempersilahkan Jeno untuk makan sementara ia mengambil alih Junho. 

"Kalian sudah makan ?" Junho mengangguk menjawab pertanyaan sang Ayah. "Nono mam masakan Ibu, seperti Ayah ini lauknya..Enak Ayah !" Junho memasang dua jempol untuk rasa masakan ibunya.

"Benarkah ?" Jeno lalu menyendok potongan daging dan sesuap nasi. "Wah benar, ini enak sekali ! Terima kasih Ibu." Jeno lalu memandang Haechan. Yang dipandang hanya tersenyum malu. Mereka berdua memang sepakat saling menyebut Ayah dan Ibu ketika sedang mengobrol dengan Junho. Memberi contoh pada putra mereka. 

"Kalau begitu, habiskan ya." Sahut Haechan kemudian. Jeno lalu fokus menikmati makannya. Selesai makan Haechan membereskan kotak bekal tersebut. Jeno meminta Haechan dan Junho untuk tetap tinggal, ia akan menyelesaikan sedikit pekerjaannnya lalu mereka akan pulang bersama. Ia juga sudah meminta supir untuk pergi terlebih dahulu. Akhirnya Haechan dan Junho pun menunggu Jeno di ruangan sembari diselingi obrolan ringan.

"Ibu, nanti cari hadiah buat Sunwoo ya ?" Pinta Junho.

"Boleh." Jawab Haechan sembari mengamati undangan ulang tahun yang didapat putranya. Mencatat dalam otaknya tanggal dan tempat ulang tahun Kim Sunwoo, teman sekelas Junho.

"Nanti Nono kasih apa ya, Bu ?" Junho kembali bertanya. Haechan lalu memasang gestur berpikir. Hadiah apa kiranya yang cocok diberikan pada teman putranya itu. "Apa ya ? Ibu juga bingung, coba tanya Ayah." Jeno yang memang sedari tadi mendengar obrolan antara istri dan anaknya pun menyahut, "Kasih uang saja yang banyak." Haechan yang mendengar usulan Jeno pun tampak tidak terima. Mentang-mentang punya banyak uang jadi yang bisa suaminya pikirkan hanyalah itu. Haechan pikir jeno bisa memberi saran yang bagus ternyata Lee Jeno tetaplah Lee Jeno si kaya raya.  

"Jangan !" Tolak Haechan.

"Kenapa Ibu, kan bagus kalau Nono kasih uang. Nanti Sunwoo bisa beli banyak barang dengan uang dari Nono, iya kan Ayah ?" Lihat. Lee Junho juga sudah terkontaminasi dengan sifat khas kaya raya ala sang Ayah. Haechan pun menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan pasangan ayah dan anak di depannya ini. 

"Hehehe, bercanda Ibu/sayang.." Tawa keduanya kompak menggoda Haechan. Mereka lalu memeluk Haechan dari sisi kanan dan kiri. Sepertinya ikatan antara Jeno dan Junho sudah semakin kuat saja. Diam-diam Haechan mengelus perutnya sambil bergumam dalam hari, "Jangan seperti Ayah dan Kakak ya Nak.." 

~~~

Sesuai yang tertera di undangan ulang tahun Kim Sunwoo untuk Junho, hari ini Haechan menemani Junho ke acara ulang tahun tersebut. Perihal hadiah, tenang saja, Junho tidak memberikan uang kok. Ia membeli mainan berupa mobil remote control untuk Sunwoo. Junho pikir, Sunwoo pasti suka. Lagipula mobil remotnya keren. Mana mungkin sunwoo tidak suka, begitu kiranya pikir Junho. 

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang