Cayaha matahari pukul empat sore mulai tenggelam yang membuat rumahkku minim penerangan cahaya, ada, itu pun cahaya lampu jalan yang jaraknya cukup jauh dari rumahku, sehingga rumahku kalau sudah menjelang sore harus memakai penerangan lilin, kadang aku merasa bosan hidup seperti ini, hidup yang miskin. Aku pernah berdoa kepada allah agar keluargaku bisa hidup sederhana, tidak kaya juga tidak apa apa.
“Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu, agar hamba bisa merasakan hidup yang enak sedikit Ya Allah, Amiin” monologku, setelah itu mengusap kedua tanganku ke wajahku sendiri.
Malam pun tiba, aku meminta izin kepada ibuku untuk mengikuti hadrahan di musholah dekat w,
arung nasi bu Surti, setelah di izinkan oleh ibuku, aku perpamitan, dan menicium tangan ibuku. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan seorang pria yang sedanng duduk di bawah pohon beringin, pria itu sibuk dengan handponenya, tak sengaja ia melihatku lalu menyapaku.“Hai, kenalin aku Dewa, kalau kamu?, oh ya kamu kok jalan sendirian, mau kemana emang?” sapa Dewa dengan pertanyaan yang begitu banyaknya.
“A-aku.. Safira, aku mau ke mushola ada hadrah di sana jadi aku ikut” jawabku gugup. Setelah menjawab itu aku langsung pergi begitu saja karena takut di apa apain, soalnya jalan menuju mushola rawan jambret. Sesampainya di mushola aku terkejut, di sana masih kosong tidak ada orang sama sekali.
“Assalamualaikum, lagi ngapain mbak?” salam Dewa sambil mengetuk pintu. “waalaikumsalam, lo lagi?, ngapain sih lo ngikutin gue?” bentakku sambil melotot.
“Idih, siapa yang ngikutin lo, gue di sini mau hadrahan juga” jawab ketus Dewa Lama menunggu teman teman yang tak kunjung datang akhirnya aku memutuskan untuk pulang, awalnya aku ingin pulang sendirian, berhubung aku takut pulang sendiri aku mengajak Dewa pulang bareng. Di perjalanan kami bercerita tentang diri kita masing masing meskipun awalnya agak kaku, lama kelaman aku nyaman bersamanya.
“Eh wa, minggu depan bisa anterin gue ke toko buku gak?, gue mau beli buku-“
“Ya ya lah mau beli buku, masa mau beli bensin”
“Ih Dewaaaaaa”
“Ya ya gue bisa”
Tak terasa rumahku sudah terlihat di depan mata, aku masuk rumah lalu merebahkan tubuhku di kasur yang tanpa dipan yang membuatku susah kalau sedang hujan deras, karena lantai kamar suka merembes. Saat memejamkan mata aku mendengar ibu berteriak kesakitan, spontan aku berlari kecil ke kamar ibu.“IBUK” pekiku sambil merangkul ibu,
“Ibu kenapa?”
tidak ada jawaban, ibu hanya menunjuk pil yang ada di meja riasnya, secepat mungkin aku mengambilnya lalu meminumkannya. Beberapa menit kemudian ibukku sadar lalu aku merangkulnya lagi sambil menangis.
“Buk, ibu kenapa?, menutupi penyakit ibu?” tanyaku sambil menangis.
“Sudah tidak apa apa, ibu lho sehat, jangan khawatir, ibu tidak ingin kamu khawatir, ibu ingin kamu ada pendamping, biar suatu saat kalau ibu sudah tidak ada, ibu bisa tenang karena kamu sudah ada yang jagain kamu”
“Ibu bilang apa sih ibu pasti sembuh, aku tidak ingin kehilangan seseorang lagi bu, ayah sudah pergi tiga tahun yang lalu”
Keesokan harinya aku tidak masuk sekolah karena menjaga ibu yang masih kurang fit, aku yang sibuk menyuapi ibu makan tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumah, aktivitas menyuapi ibu jadi terhenti, aku pun langsung membuka kan pintu rumah, aku terkejut ternyata yang datang adalah Dewa.
“DEWA!”
“Ya kenapa?, enggak boleh kesini?”
“Ya boleh, ayo masuk dulu, maaf rumahku enggak besar”
Setelah Dewa masuk, ibuku keluar menemui Dewa, sudah aku bilangi kalau tidak usah keluar namun ibu tetap ingin menemui nya. Setelah lama ngobrol ini itu, ibu bertanya kepada dewa, yang membuat aku tersentak kaget karena pertanyaan ibuku.“Nak Dewa ini temannya safira atau pacarnya?”
“Saya pacarnya safira bu”
Aku makin terkejut dengan ucapannya Dewa, karena ia tidak pernah merasa menembak aku untuk menjadi pacarnya, seketika aku menolak jawaban yang dewa berikan kepada ibuku.“Enggak bu, dia Cuma teman yang baru ketemu kemarin” ucapku sambil mencubit tangan Dewa.
“Oke kalau begitu, mau gak kamu jadi pacarku?” ucap Dewa sambil memberi bunga.
Aku hanya terdiam, karena waktu itu aku sangat malu, sebenarnya aku juga suka, akhirnya...
“Kalau mau sholat istikharah dulu juga enggak apa apa kok” celetuk Dewa yang memecahkan keheningan.
“Aku mau kok jadi pacarmu” jawabku yang berkeringat dingin.
"Alhamdulillah, ibu bisa tenang kalau kamu sudah punya pacar, jad suatu saat kalau ibu tidak ada ibu sudah tenang”
*****
Satu bulan kemudian, aku dan Dewa pergi ke tempat buku yang aku minta waktu itu, karena Dewa sibuk terus, sampai satu bulan baru ke toko buku. Aku minta Dewa pergi ke tempat buku yang murah tapi Dewa malah ngajakin aku ke gramedia yang ada di kota, saat sampai di gramedia aku hanya melihat lihat meskipun sebenarnya ingin membelinya.
“Yank, pilih aja gih, ntar aku yang bayarin” celetuknya saat ia melihat aku sedang membolak balik buku yang aku pegang.
“Enggak ah yank, aku gak mau ngerepotin kamu” jawabku yang sebenarnya mau.
“Kalau gak mau beli yaudah, aku tawarin lagi nih, mau gak?” tanyanya serius.
“Yaudah deh aku ambil yang ini yah” jawabku sambil mengambil dari salah satu tumpukan buku itu.
Setelah aku aku di antarin pulang, di rumah aku sangat senang. Beberapa bulan kemudian Dewa tidak ada kabar, ku pikir ia sibuk, ku biarin. Aku juga penasaran kok tidak ada kabar, akhirnya aku SMS ia, tidak ada jawaban. Ibu yang di kamar sedang tidur kini tiba tiba ia mengerang kesakitan sehingga aku larikan ke rumah sakit, tiba di rumah sakit ibuku di operasi .“Ya Allah, dapat biaya dari mana aku?” gumamku dalam hati
Setelah operasi selesai dokter keluar dari ruang operasi.“Bagaimana dok” tanyaku khawatir.
“Mohon maaf yah mbak, ibu mbak tidak dapat di selamatkan”
Seketika aku menangis sejadi jadinya, tak lama kemudian handpone aku berbunyi.
“Halo ya yank kamu dimana?” tanyaku sambil menangis.
“Mulai sekarang kita PUTUS!” jawab Dewa lalu mematikan telpon nya begitu saja.
Ya Allah kenapa orang yang aku sayang engkau ambil semua Ya Allah, sekarang aku harus bagaimana?, aku bakalan tinggal sendiri di rumah itu, rumah yang biasanya rame dengan suara ibu, kini akan sunyi, dan Dewa kenapa kau putuskan aku tanpa sebab, Ya Allah 3 tahun yang lalu kau ambil Ayahku itu masih sulit untuk ikhlas Ya Allah. kuatkan pundak hambamu ini Ya Allah Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskan itu, susah yah?
Short Story"Ya Allah, dapat biaya dari mana aku?" gumamku dalam hati Setelah operasi selesai dokter keluar dari ruang operasi. "bagaimana dok" tanyaku khawatir. "mohon maaf yah mbak, ibu mbak tidak dapat di selamatkan" Seketika aku menangi...