Karena kejadian kemarin, pagi ini Johnny memutuskan agar Yuli tidak masuk sekolah. Bukan karena pria itu masih marah pada putrinya, tapi karena kini Johnny jadi sadar pada sebeberbahaya apa jika ia membiarkan putrinya tetap sekolah saat Gaeul masih belum ditemukan.
Setidaknya Johnny akan memastikan kondisinya aman untuk Yuli berada di luar pengawasannya terlebih dahulu karena ibu kandung dari gadis itu kelihatannya bisa nekat melakukan hal buruk apapun pada siapapun saat ini.
Kini Johnny dan Yuli sedang sarapan bersama, dan Yuli hanya banyak diam sembari melirik pintu kamar tamu berulang kali. Kamar yang diketahui tengah di tempati Lisa untuk sementara waktu ini.
"Ada apa?" tanya Johnny yang membuat Yuli kaget. Pria itu mengenal putrinya dengan sangat baik. Sekalipun mereka sudah berbicara banyak semalam, membahas tentang semua kekesalan Yuli hingga gadis itu merasa lega, tapi sampai pagi ini gadis itu masih tidak seceria biasanya. Tidak seceria sebelum kejadian di pesta ulang tahunnya waktu itu.
"Tidak ada apa-apa" ucap Yuli enggan mengaku lalu menunduk untuk melanjutkan sarapannya.
"Kau terus melihat ke arah kamar lisa. Tenang saja, dia tidak akan ikut sarapan bersama kita pagi ini, jika itu yang kau khawatirkan. Kau tidak terlalu suka dengan kehadirannya kan?" ucap Johnny seakan tahu apa yang ada di kepala putrinya.
Jika Yuli yang biasanya, mungkin gadis kecil itu akan mengangguk semangat menyetujui ucapan papanya karena ia memang sangat membenci Lisa. Namun Yuli yang sekarang terasa sedikit aneh. Gadis kecil itu hanya menatap papanya dalam diam.
Johnny merasakan ada perubahan besar yang tercipta antara Yuli dan Lisa setelah kejadian kemarin.
"Apa papa masih marah padaku?" tanya Yuli tiba-tiba.
Johnny mengangkat salah satu alisnya. "Marah? Bukankah kita sudah saling bermaafan dan berjanji untuk tidak saling mengulangi kesalahan masing-masing semalam?"
Yuli mengangguk, "Lalu apakah papa masih bertengkar dengan tante lisa?"
Johnny cukup terkejut di tempatnya. Alih-alih memanggil Lisa sebagai nenek lampir atau perempuan jahat seperti biasanya, kini Yuli memilih memanggil Lisa dengan sebutan yang lebih sopan.
Sepertinya kejadian kemarin berimpas baik pada dua orang terkasihnya ini, batin Johnny.
"Memangnya ada apa?" Johnny tidak langsung menjawab. Pria itu ingin memancing putrinya untuk bercerita lebih jauh tentang apa yang sedang dipikirkannya.
Tapi Yuli malah menggeleng dan melanjutkan sesi sarapannya. Gadis itu enggan bertanya lebih jauh dan Johnny pun hanya tersenyum kecil tanpa mau memaksa.
Setelah menyelesaikan sarapan, Johnny berpamitan kepada Yuli untuk pergi bekerja dan mencium kening serta pipi putrinya penuh sayang.
"Jadilah gadis yang baik oke?" Yuli mengangguk, "Papa sayang padamu" dan setelahnya Johnny memberikan kecupan singkat pada pipi Yuli lagi.
Setelah memastikan Johnny pergi, Yuli menyelinap masuk ke dalam kamar Lisa. Suasananya masih gelap. Belum ada gorden yang dibuka dan akhirnya Yuli yang memutuskan untuk membuka seluruh gorden itu. Berharap Lisa bisa segera bangun dari tidurnya.
Namun sampai seluruh cahaya matahari masuk, Lisa masih tak kunjung bangun. Gadis itu mendekat ke arah Lisa masih dengan ragu antara membangunkan Lisa atau tidak.
Namun saat sudah dekat, Yuli melihat wajah Lisa yang pucat. Berbeda dari wajah Lisa biasanya.
Apakah ini karena Lisa belum bangun tidur dan tak memakai riasan?
Atau karena Lisa memang sedang sakit?
Maka dengan takut-takut Yuli mendekatkan tangan mungilnya ke dahi Lisa. Persis seperti apa yang biasanya Johnny atau Joy lakukan padanya saat ia sedang sakit, dan benar saja, dahi Lisa terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET AMBITION (Johnny x Lisa)
FanfictionHidup sebagai peran antagonis, Lalisa membabat habis seluruh image buruk yang ada. Seorang model cantik, seksi, penuh rumor buruk dan skandal, sikap yang moody, serta kekasih kaya raya yang sudah memiliki satu buah hati di saat ia sangat benci anak...