It's better to be whole and alone than broken at their feet.
Atticus, 160.
.
Aku kembali mengecek semua barang bawaan untuk kembali ke Hogwarts sekali lagi ketika seseorang mengetuk pintu kamarku, "Mum, baru pulang?"
Mum tampak lelah, namun senyumnya tetap mengembang. Ia mengangguk "Tepat waktu sebelum putri kesayanganku kembali meninggalkanku."
Ia membuat nada tersedih yang ia bisa dan mengerucutkan bibirnya, "Bisakah kau tetap disini saja? Aku dengan senang hati akan membiayai segalanya untukmu Rosie,"
Aku memutar bola mataku, ucapan yang sama setiap kali aku akan pergi bekerja.
"Ugh, dewasalah Mum!" Ucapku sambil mendengus namun memeluknya dengan sayang. Mum selalu begitu, ia seolah selalu bersedih seiring anak-anaknya yang semakin dewasa.
Aku kembali melanjutkan kegiatanku ketika Mum mulai duduk di pinggir ranjang, memperhatikan foto-foto yang kupajang diatas nakas. Ada fotoku bersama Mum dan Dad sebelum aku menaiki Hogwarts Express di tahun pertama, fotoku bersama Hugo ketika memasuki tahun pertama, foto Hugo memakai seragam Quidditch, Fotoku bersama seluruh sepupuku, Foto Mum dan Dad yang sedang berpelukan dan tertawa.
Fotoku bersama Scorpius ketika kami berada dipinggir Danau Hitam. Sesaat setelah Scorpius memberiku gelang itu, kami berfoto dengan kamera polaroidku yang sudah dimodifikasi.
Jika Mum tidak suka, ia tak menunjukkannya. Ia hanya terdiam memandangi foto-foto itu. Aku masih berkutat dengan beberapa buku-buku koleksiku yang akan kubawa ketika Mum mulai memperhatikan pergelangan tanganku.
"Gelang yang bagus Rosie, Mum tidak pernah memperhatikannya selama ini,"
Aku sedikit terkejut meskipun berusaha keras bersikap biasa, "Demi Merlin, aku sudah mengenakannya selama tiga tahun Mum!" Ucapku dengan sedikit bercanda.
Sebenarnya itu tidak benar, aku kebanyakan melepasnya ketika aku mengajar karena aku berkutat dengan ramuan sepanjang waktu dan tak ingin apapun merusak gelang indah itu.
Aku hanya mengenakannya jika aku bertemu dengan Scorpius atau jika aku ingin menggunakannya ketika aku merindukan pemuda Malfoy itu. Jadi mungkin Mum baru saja menyadarinya.
Mum sedikit terkejut dengan reaksiku "Benarkah? Kau tidak pernah memiliki perhiasan sebelumnya," Mum melangkah mendekatiku untuk memperhatikan gelang itu lebih dekat.
Jujur saja, aku tidak tahu harus marah atau malu karena tidak memiliki perhiasan apa-apa sebelumnya. Bukankah aku pernah bilang jika aku tidak tertarik? Namun aku tetap tak bisa menolak ketika Scorpius memberiku gelang ini, aku jatuh cinta pada pandangan pertama melihatnya.
"Apakah dari Scorpius?" Mum memperhatikan gelang itu, aku sedikit rikuh dan menarik tanganku.
"Ya, Mum. Aku menyukainya,"
Mum hanya mengangguk mengerti "Terkadang, kita lebih menyukai bagaimana seseorang memberikannya kepada kita, itu selalu berharga, kau tahu? Ketika orang lain berusaha memberikan sesuatu kepada kita? Itu membuktikan seberapa berarti kita dihidupnya,"
Aku hanya diam mendengarkan ucapan Mum, itu benar. Aku memang menyukainya karena ini dari Scorpius, seberapa mahal atau cantiknya, aku tak pernah mempermasalahkannya. Selama itu darinya.
Otakku kembali mengingat tentang kalung yang dibicarakan oleh Scorpius, aku merasa ini waktu yang tepat untuk bertanya, karena aku tidak ingin mengacak-acak kamar Mum untuk mencari tahu.
"Apa kau juga memilikinya Mum? Barang yang begitu berarti untukmu?"
Mum tersenyum ke arahku, matanya mengenang "Tentu saja, aku memiliki The Tales of Beedle the Bard yang kuwarisi dari mantan Kepala Sekolah Albus Dumbledore sesaat sebelum aku mencari horcrux bersama Harry dan Ron. Itu adalah pemberian tak ternilai,"
Aku sedikit memutar bola mataku, menahan kesal. Mungkin saja Mum sebenarnya tahu arah pembicaraanku karena ia tidak dijuluki penyihir terpintar pada jamannya tanpa alasan kan?
Tapi ini sedikit diluar prediksiku, baiklah, aku juga penyihir terpintar pada jamanku. Aku akan mengikuti permainan Mum.
"Tentu saja, kau sudah menceritakan itu berkali-kali dan tak pernah gagal membuatku takjub," Aku tersenyum sambil mendekati Mum.
"Apakah kau memiliki hal lain Mum, seperti—"
"Oh tentu saja Rosie, Aku selalu mendapatkan set terbaru Hogwarts: a History dari Harry, ia tak pernah melupakan kesukaanku. Sementara Ron, ayahmu tak pernah sentimental seperti itu bahkan hanya dia diantara kami bertiga yang tidak peka, kau tahu?" Aku tertawa bersama Mum. Dia benar, Dad memang yang terparah, karena itulah ia begitu pas bersama Mum yang melengkapinya.
Pemikiran itu sedikit terusik sekarang, benarkah? Benarkah hanya Dad yang mampu melengkapi Mum?
"Apa Dad separah itu Mum?" Aku menatap Mum yang begitu cantik ketika tertawa, siapa yang tak terpesona oleh kecantikannya? Bahkan bagi seorang Draco Malfoy yang selalu menghinanya ketika di sekolah, aku bahkan tak mempertanyakan kenapa dia masih menyukai Mum sampai saat ini—meskipun itu menyakitiku tentu saja.
"Ron adalah pria paling pemberani yang pernah kukenal, disamping segala kekurangannya. Ayahmu adalah pemilik hati terbesar, aku bersyukur memilikinya Rosie, aku bahkan tak tahu bagaimana cara hidup tanpanya." Mum berhenti sejenak, matanya berkaca-kaca.
"Dengannya aku melahirkan harta paling berharga dalam hidupku. Kau yang pertama, kemudian Hugo. Aku merasa hidupku tak pernah sesempurna ini. Apa kau tahu betapa bahagianya aku ketika mendengarmu menangis pertama kali? Aku seolah bisa memberikan segalanya bahkan nyawaku untukmu," Mum mengelus pipiku dan mengacak rambutku.
"Aku juga mencintaimu Mum, kau selalu tahu itu." Aku memeluk Mum sebelum dia kembali menangis.
"Bolehkah aku bertanya Mum?"
Mum menyeka air matanya sebelum mengangguk ke arahku. "Tentu saja,"
"Apakah aku juga harus menemukan seseorang seperti Dad di hidupku Mum?"
Aku sedikit terkejut ketika Mum terdiam sejenak, "Hiduplah dengan orang yang kau cintai dan mencintaimu Rosie, tak ada yang lebih indah daripada itu. Mum selalu berharap kau menemukan orang yang kau cintai dan mencintaimu sebesar dirimu mencintainya,"
Suara itu mengandung kesakitan didalamnya, aku melanjutkan pertanyaanku "Apa kau mencintai Dad sebanyak dia mencintaimu Mum?"
Mum menatapku dengan sendu, ia menggeleng dengan pelan "Aku selalu mencintainya Rosie, aku tak pernah meragukan itu. Tapi jika kau bertanya apa aku mencintainya sebanyak ia mencintaiku, mungkin jawabannya adalah aku tidak tahu sebesar apa cintaku. Percayalah, aku sudah mencobanya beratus-ratus kali. Namun aku masih merasa ini belum cukup,"
Ada guratan menyakitkan di hatiku, lidahku kelu. Alih-alih ia akan mendeskripsikan seberapa banyak cintanya kepada Dad, aku tak percaya Mum mengatakan itu didepanku.
"Kau sudah cukup dewasa Rosie, kau tahu aku dan ayahmu saling mencintai. Namun kau juga tahu ada banyak jenis cinta di dunia ini, namun tak semuanya dapat bekerja dengan baik. Satu hal yang menjadi kunci untuk berhasil adalah kompromi. Aku dan ayahmu tahu bahwa kami bisa berhasil karena itu, dan kami tak pernah mempermasalahkan hal ini. Terlepas dari alasan apapun, aku mencintai Ayahmu karena menerimaku dengan segala kekuranganku ini," Jelas Mum hati-hati.
Aku tersenyum sedih ke arahnya, "Karena itukah kau menyimpan kalung dari Draco Malfoy, Mum? Kalung yang merupakan pasangan dari gelang yang kupakai sekarang? Benda berharga yang sedari awal menjadi ujung percakapan kita?"
.
.
.
To be continued
Halo! Terima kasih untuk semua yang udah baca dan ngasi vote! aku tahu akan ada banyak kekurangan dalam tulisan ini. Tapi dukungan kalian akan selalu kunantikan <3 :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
FanficRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...