"Terima kasih na ngab. Bye-bye."
Acara Live itu pun berakhir beberapa detik setelahnya. Barcode memberikan hormat pada host dari produk tersebut. Ia menarik napas dalam sebelum berjalan ke tempat kekasihnya. Berusaha dirinya untuk berjalan seperti biasa saja, namun tetap langkahnya terkesan kaku. Jeff yang tidak melepaskan pandangan dari kekasihnya itu secepat kilat menghampiri.
Digendong Barcode dengan sekali angkat. Tubuh Jeff terlihat lebih pendek, sedangkan yang lebih muda tinggi dan besar. Siapa pun di sana mengerjap penuh keterkejutan. Keduanya pergi begitu saja tanpa memikirkan isi kepala setiap pasang mata.
"Nong ... dia sedang sakit na. Kakinya terkilir," Khun Moon menjelaskan. Ia pun segera menyusul Barcode keluar ruangan, namun langkahnya terhenti di daun pintu saat mendengar bisikan di belakang punggungnya. Menepi dirinya ke sisi.
"Barcode enggak ingin pakai kursi, untuk apa dia menyiksa dirinya sendiri kalau kakinya terkilir?" Bisik salah seorang kru.
Khun Moon berdecak tipis dengan kesal. Kaki terkilir adalah satu-satunya alasan yang bisa ia pikirkan, namun ternyata itu menjadi alasan terbodoh.
"Itu Jeff," timpal yang lainnya. "Kalian enggak lihat?"
"Apa urusannya kalau itu Jeff?"
Berdecak tidak percaya orang itu, "Barcode sedang manja pada Phi-nya itu, dan Manajer Barcode takut kita berpikir macam-macam."
"Mereka memang dekat, kan?"
"Iya. Kabarnya mobil Barcode itu Jeff beli sebagai hadiah ulangtahun."
"Gosip dari mana kamu dapatkan? Mobil Barcode terlalu mahal untuk Jeff beli sebagai hadiah ulang tahun."
"Kamu juga pasti enggak tahu ada perkebunan kelapa di daerah ChiangMai yang diberi nama Barconut Land."
"Hahaha. Jangan mengarang, namanya saja sangat aneh."
"Cari sendiri kalau enggak percaya."
"Paling-paling hanya penggemar Barcode yang memiliki kebun kelapa."
"Iya, penggemarnya bernama Jeff Satur."
Serius Khun Moon mendengar percakapan para kru itu. Ia tidak berniat mendengar, tapi jika ada gosip tentang hubungan spesial Barcode dan Jeff, ia menjadi orang pertama yang akan menyangkalnya. Barcode sudah mulai memiliki namanya sendiri. Beberapa orang tidak lagi menyebut nama Jeff bersamanya. Ia memiliki kekuatan fanbase-nya sendiri, tanpa harus bergantung pada shipper yang baginya hanya peduli dengan kisah romansa.
Mendengar tentang perkebunan kelapa itu, tentu Khun Moon lebih percaya kebun itu milik penggemar Barcode. Namun anehnya, sejauh ini tidak ada seorang pun yang mengungkitnya di media sosial. Jika itu penggemarnya, tentu ia ingin dilihat, dinotice, diperhatikan oleh sang idola. Khun Moon mengembangkan dadanya, napas terlempar keras dengan kepala yang menggeleng cepat menyeruakkan penat. Berjalan dirinya sambil membuka mesin pencarian di ponsel. Barconut Land. Satu kunci yang membawa Khun Moon pada perkebunan kelapa di daerah Chiang Mai dan sudut kota Bangkok.
Tidak banyak informasi yang ia dapatkan. Hanya alamat dan kontak pemesanan. Ia pun mengabaikan, tidak lagi peduli. Dirinya bertemu dengan Khun Venus yang keluar dari ruang istirahat.
"Nong di dalam dengan Jeff?"
Manajer Jeff itu menoleh. "Kha, Khun Moon."
Terlihat ragu Khun Moon untuk melanjutkan kalimatnya. "A, apa kamu tahu Jeff dan Barcode, mereka ...."
Mengerut kening Khun Venus menunggu Khun Moon selesai bicara. "Ada apa na, Khun Moon?" Tanya Khun Venus pada akhirnya.
"Lupakan," Khun Moon mengembus napasnya. "Bagaimana keadaan Barcode?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanfictionMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...