Prolog: Perkenalan

36 6 2
                                    

Kehidupan Yang Baru

 Di sebuah sekolah yang di penuhi dengan kebisingan dan canda tawa didalam nya, datang lah seorang individu yang baru menginjakan kaki nya di sekolah ini. Nama nya adalah Andika Putra, seorang pemuda pindahan dari luar kota yang datang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik di kota ini.

   Di tengah ramainya kerumunan siswa yang riuh dan sibuk. Andika , pemuda pindahan yang baru saja menginjakkan kaki di sekolah ini, merasa sedikit kewalahan. Ia merasa seperti ikan kecil yang terombang-ambing di lautan besar. Matahari pagi bersinar terang, menyinari wajah-wajah yang asing baginya. Sementara kebanyakan siswa sibuk dengan kegembiraan dan aktivitas sekolah, Andika merasa canggung, tak tahu harus berbuat apa.

 Namun, di tengah suasana itu, terlihatlah cahaya berkilauan yang menarik pandangannya. Sebuah senyum hangat dari jauh, seperti sinar matahari yang memecah awan kelabu. Andika memfokuskan pandanganya menuju sumber senyuman itu dan terlihat seorang gadis cantik bersama teman-teman nya berjalan menuju kelas nya. 

 Andika mematung tak bergerak melihat gadis itu, seperti sebuah kumpulan semut yang sedang berjalan dan gadis itu lah yang menjadi ratu nya. Andika merasa ada sebuah percikan sihir yang mengelilingi gadis yang sedang berjalan itu. Gadis itu memiliki mata berkilauan seperti permata dan senyuman yang mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya.

 Kemudian Andika menuju, ruang kepala sekolah karena hari sebelum nya ia sudah di beritahu untuk menuju ruangan itu. Di lorong sekolah yang ramai dengan para siswa yang sedang bersenda gurau, Andika terus melewati mereka. Sampai pada akhirnya, ia sudah berdiri di depan ruangan tersebut. Namun saat Andika ingin membuka pintu, keluar lah seorang pemuda yang penampilan nya sangat bandel keluar dari ruang kepala sekolah.

 "Hey jangan menghalangi jalan Ku!" Ucap pemuda bandel itu.

"Maaf..." 

"Kau nggak tau siapa aku hah?" Pemuda itu mengintimidasi Andika.

"Maaf, aku anak baru di sini..."

"Oh gitu ya, hmm..."

Dari dalam ruangan Pak Joko, bapak kepala sekolah "Hey, Toni jangan ganggu dia!" 

"Emang kenapa sih Pak Tua?" Ucap Toni pemuda yang bandel.

"Udah pokok nya kamu sekarang masuk ke kelas kamu!"

"Iya pak tua."

 Toni pergi dengan perasaan kesal, setelah nya Andika masuk ke ruangan kepala sekolah.

"Maaf ya nak Andika, dia itu anak bandel banget tapi dia juga yang membawa nama klub basket di sekolah ini tenar." Ucap Pak Joko

"Iya pak, selagi dia gak ngapa-ngapain saya. Bakal saya maafin." 

"Jadi gimana kabar mu sehat?"

"Sehat pak, jadi hari ini saya bakal masuk ke kelas mana nih?" 

"Hmm... saat bel masuk berbunyi nanti wali kelas kamu sendiri yang mengantar kamu ke kelas ya." 

"Iya pak."

Bell Masuk Berbunyi...

"Nah udah bunyi tuh, sebentar lagi Bu Nisa bakal jemput." Ucap Pak Joko.

"Owh, nama nya Bu Nisa..." 

  Kemudian dari balik pintu, Bu Nisa datang membawa buku dan juga pulpen di tanganya. Ia langsung berkenalan dengan Andika, Bu Nisa sangatlah anggun. Terlihat dari gaya ia berjalan dan juga nada bicara nya pasti dia adalah guru kesenian. Hal yang paling mencolok dari nya adalah tahi lalat yang ada di bawah bibir nya, itu langsung tercatat di dalam memory ku.

Andika pun memberikan senyuman sopan kepada Bu Nisa ketika ia datang menjemputnya di ruang kepala sekolah. "Halo, Bu Nisa. Senang bertemu dengan Anda," ucap Andika dengan suara lembut.

Bu Nisa membalas senyuman itu. "Senang juga bertemu denganmu, Andika. Ayo, kita menuju ke kelas." 

 Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kelas. Selama perjalanan, Bu Nisa bertanya tentang kegiatan Andika di sekolah sebelumnya dan bagaimana pendapatnya tentang pindah ke sekolah baru. Andika pun menceritakan sedikit tentang dirinya, tetapi sebagian besar waktu dia hanya terpesona oleh keanggunan dari Bu Nisa.

"Andika, kamu kan anak baru ibu di kelas. Gimana pendapat kamu tentang sekolah ini? Semoga kedepannya kamu bakal betah ya." 

"Iya Bu Nisa, saya harus cepet beradaptasi disini. Karena saya juga kan kesini sendirian."

"Kamu disini tinggal ama siapa? Orang tua mu atau ama saudara mu?"

"Gak bu, saya disini nge kost dan juga pengen kerja sampingan. Soalnya Orang tua saya ada di kampung ngurus sawah, cuma kadang-kadang ngasih uang."

"Oh gitu ya, hebat kamu bisa mandiri di tengah murid-murid manja dengan harta orang tua nya."

"Iya bu, terima kasih."

 Setibanya di kelas, Bu Nisa memperkenalkan Andika kepada murid-murid di kelas. Semua murid di kelas menyambut Andika dengan ramah, membuatnya merasa sedikit lebih nyaman di lingkungan baru ini. Meskipun begitu, di dalam pikiran Andika masih terus kembali mengingat gadis yang pertama kali menarik perhatiannya di pagi hari tadi.

 Waktu berlalu dan Andika semakin terbiasa dengan kehidupan barunya di sekolah. Dia berusaha keras untuk beradaptasi, menjalani rutinitas harian, belajar, dan juga berinteraksi dengan teman-teman barunya. Meskipun awalnya merasa canggung, Andika semakin merasa bahwa dia mulai menemukan tempatnya di lingkungan ini.
 
Suatu hari, ketika istirahat di taman sekolah, Andika melihat sekelompok siswa yang sedang mengolok-olok seorang siswa lainnya. Dari kejauhan, di dalam kelompok itu terdapat Toni yang juga sedang mengolok-olok siswa itu juga. Dia merasa tidak enak hati setelah melihat itu dan memutuskan untuk menghampiri siswa yang sudah diolok-olok oleh sekelompok siswa bandel itu.

Sambil menghampiri nya, aku mengambil botol milik siswa itu yang di lempar oleh sekelompok siswa bandel itu. 

"Kamu baik-baik ajakan?" tanya Andika dengan lembut.

"Hmm iya, terima-kasih udah nolong ambilin." Ucap siswa itu lembut.

Siswa tersebut terkejut oleh perhatian Andika dan mengangguk ragu. Dia kemudian mengenalkan dirinya sebagai Febri. Andika pun mulai berbicara dengannya, mencoba menghibur dan memberikan semangat. Dalam waktu singkat, Febri pun terlihat lebih ceria dan berbicara lebih banyak.

"Udah jangan pikirin mereka Feb, oiya kamu di kelas mana?" Tanya Andika pada nya.

"Aku... Di kelas 10 IPS  2, kalau kamu?"

"Oh, Jadi kamu adek kelas ku ya. Aku di Kelas 11 IPS 1."

"Eh kamu kakak kelas ternyata, tapi aku gak pernah liat?" Tanya Febri.

"Aku murid pindahan baru." Jawab Andika

"Oh Gitu ya."

 Ketika istirahat berakhir, Andika dan Febri pun kembali ke kelas masing-masing. Meskipun baru saja berkenalan, mereka merasa ada ikatan yang khusus di antara mereka. Andika merasa senang bisa membantu Febri dan mengalihkan perhatiannya dari sekelompok siswa bandel yang suka mengganggu.

Until You Look At Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang