"Selamat pagi kak Renjun dan kak Jeno!" Pekik Jisung riang sambil berjalan pelan menuruni undakan tangga menuju lantai satu dimana kakak dan kakak iparnya itu berada.
"Pagi juga Jisung kecilnya kakak yang masih suka nangis kalau ditinggal sendiri dirumah." Balas Jeno-sang kakak sambil tertawa usil mengingat sang adik pernah menelponnya dan Renjun saat sendirian dirumah pada saat hujan deras.
"Husss kamu jangan gangguin Jisung terus. Nanti ngambek, bujuknya susah." Tegur Renjun kepada suaminya itu saat melihat Jisung sudah menampilkan wajah kesalnya.
"Memang cuma kak Renjun yang sayang adek. Sepertinya kak Renjun adalah kakaknya Jie, bukan kak Jeno yang jelek. Wlekkk!" Balas Jisung sambil berlari memeluk tubuh Renjun yang sedikit lebih berisi karena sedang mengandung anak pertamanya dan Jeno.
"Enak aja. Dulu kakak minta kamu sama mama dan papa lama dapetnya jadi jangan sembarang ngomong, Jie kan satu-satunya adek kecil yang kakak punya." Jeno mendekati adiknya itu lalu menyentil dahinya pelan membuat Jisung kembali memberenggut, lucu.
"Udah-udah .. Jisung adek kesayangannya kak Jeno dan kak Renjun. Kita berdua sayang banget sama adek, adek harus inget itu ya?" Renjun melepas pelukan Jisung pelan lalu membelai pipi adik iparnya itu lembut membuat Jisung tersenyum lebar dan mengangguk lucu.
"Lucunya ..." Gemas Renjun, mencubit pipi mochi Jisung. "Sekarang Jie duduk dan kita sarapan bersama." Renjun menggandeng tangan adik iparnya agar duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Kamu juga duduk, sayang. Kita sarapan bersama" Renjun berujar lembut kepada suaminya yang tengah menatapnya sambil tersenyum hingga menampilkan eyesmilenya.
"Baiklah sayang." Jeno duduk tepat disamping Renjun, lalu dengan penuh perhatian dia menyodorkan susu kehamilan pada kesayangannya itu.
"Hari ini ulangtahunnya Jaemin kan? Apakah kita tidak akan merayakannya sayang?" Tanya Jeno setelah Renjun menghabiskan susunya.
"Bagaimana kalau kita ke apartemennya saja, kita rayakan bersama-sama dengannya. Kamu tau sendiri kan bagaimana Jaemin itu, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya dan selalu lupa segala hal." Renjun menampilkan raut sedihnya, dia tak mengerti dengan jalan pikiran adik sepupunya itu yang senang sekali dengan kesendirian dan menghabiskan waktu hanya untuk bekerja dan bahkan walaupun adik sepupunya itu sudah memiliki pacar tapi tak pernah sekalipun Jaemin terlihat berjalan bersama pacarnya itu.
"Jangan menampilkan wajah sedih seperti itu sayang. Jaemin mungkin lebih senang jika sendiri. Tapi, kali ini kita akan merayakan ulangtahunnya bersama-sama di apartemennya itu." Jeno berusaha menenangkan istrinya, sementara Jisung hanya memakan rotinya sambil menatap kakak iparnya itu prihatin.
"Jie juga ikut ya? Biar kita semua merayakan ulangtahunnya Jaemin bersama-sama." Jeno lantas melihat kearah Jisung yang tiba-tiba saja menjatuhkan rotinya keatas piring.
"Ah maaf kak. Jie juga harus ikut?" Tanya Jisung menunjuk diirnya sendiri.
Bukan apa-apa? Tapi dia dan Jaemin sama sekali tidak akrab. Lelaki itu terlalu dingin dan sama sekali tidak pernah tersenyum padanya walaupun ia sudah berusaha akrab dan tersenyum terlebih dahulu kepada lelaki itu, Jaemin selalu terlihat tidak peduli. Sangat angkuh dan sombong, pikir Jisung.
Berada didekat lelaki itu sama seperti dengan hidupmu berada dalam bahaya. "Mencekam" Gumam Jisung,pelan.
"Tentu Jie harus ikut, Jie tidak sibukkan?" Renjun menatap adik iparnya itu dengan wajah imutnya, dan Jisung sudah pasti tidak akan menolak permintaan kakak ipar kesayangannya itu.
Jisung mengangguk kemudian membatin. "Semoga baik-baik saja. Kenapa aku memiliki firasat yang aneh?"
•