-16-

3.2K 216 27
                                    







Malam sudah menunjukkan pukul dua dini hari , namun pria manis itu belum juga memejamkan matanya. Bayang bayang masa lalu itu terus berputar di kepalanya. Tangan nya meremat kuat sisi ranjang yg dia duduki tak terasa setetes bulir bening membasahi pipi mulusnya.

" Appa , eomma jimin rindu." Isakan itu terdengar memilukan , dadanya terasa sesak , sakit namun tak berdarah.

Sedangkan di kamar yg berbeda yoongi masih berkutat dengan berkas berkasnya yg menumpuk.

" Aish , sudah pukul dua." Gerutu nya.

Tak lama pintu ruang kerjanya terbuka , jimin dengan piyama berwarna kuning mata setengah mengantuk dan tak lupa makhluk berbulu di gendongannya.

" Daddy ..." Rengek jimin.

" Loh sayang , kenapa belum tidur ?"

" Dingin. Mau peluk." Jimin berjalan menghampiri yoongi dan duduk di atas paha yoongi. Menyandarkan kepalanya di bahu lebar itu.

" Aigoo sayang , kasian suga dia tidak bisa nafas jika terus kamu peluk seperti ini."

" Hmm suga juga kedinginan tadi."

" Ya sudah , ayo kita ke kamar."

" Gendong." Rengek jimin.

Tanpa basa basi yoongi pun langsung menggendong jimin ala koala.





....

Hoseok berdiri di bawah guyuran air hujan , mata nya menatap batu nisan yg bertuliskan nama sang ibu. Ya ibu nya meninggal beberapa bulan yang lalu akibat serangan jantung.

" Eomma , aku harus pulang. Hujan semakin deras , besok aku akan datang kesini lagi."

Hoseok berjalan meninggalkan makam sang eomma , tak jauh dari sana hoseok melihat seseorang yg menurutnya tidak asing .

Sosok itu berdiri di sebuah makan yg sangat hoseok kenal.

" Jimin ?"

Namun hoseok menyangkal pikiran itu. Tidak mungkin jimin berada disana , dan yoongi tidak akan membiarkan hal itu.

Namun beberapa saat kemudian hoseok melihat pria itu hampir jatuh pingsan dengan sigap dia berlari dan menangkap tubuh pria itu.

Grepp ..

" Yaa anak kecil .."


...

Pagi hari  jimin terbangun dengan posisi berada di pelukan yoongi. Rasa hangat dan nyaman itu merambat sampai ke hatinya.

Namun sekelebat bayangan itu kembali berputar di kepala jimin , seketika tubuh nya terasa panas seolah terbakar , hati nya bergemuruh seolah mendidih , ingin rasa nya jimin menancapkan pisau ke jantung pria yg sedang memeluk nya itu.

Jimin menyentuh pipi pucat yoongi , mengusap nya secara perlahan , lalu mencubit nya main main.

" Enghh " yoongi mengerang saat tidur nyenyaknya diganggu. Beruntung itu jimin jika orang lain sudah di pastikan kepala orang itu akan terpisah dr badannya.

" Good morning daddy." Sapa jimin dengan riang.

" Morning too sayang , kenapa udah bangun hmm ?"

" Aku udah gak sabar mau latihan menembak lagi dadd , daddy juga udah janji mau memberi ku tes dengan cara menembak musuh daddy secara langsung."

" Kau antusias sekali sayang."

" Hm karena aku ingin segera membunuh mu , seperti kamu membunuh orang tua ku ."

" Hmm. Karena ini untuk masa depan ku juga dadd ,"

" Good boy. Ya sudah kamu siap siap dulu. Temui daddy jika udah selesai."

" Siap Daddy."

Yoongi mengusak pucuk kepala jimin dan mencium kening jimin , baru setelahnya turun dr ranjang dan hendak keluar kamar.

" Daddy .. "

Baru beberapa langkah yoongi berjalan tiba tiba  suara lembut jimin menghentikan langkahnya . Yoongi menoleh dan mendapati sudah berada di belakangnya.

Jimin mencium bibir yoongi dengan lembut ,dan menahan tengkuk yoongi karena yoongi lebih tinggi jimin harus berjinjit untuk menjangkau bibir tipis itu.

Sedetik yoongi terdiam namun setelahnya dia memegangi pinggang jimin , sedikit mengangkat nya untuk mempermudah jimin meraup bibir nya.

Agak heran memang , jimin yg awal nya trauma dengan hal hal seperti ini justru sekarang dia yg memulai lebih dulu.

Yoongi merasakan pipi nya sedikit basah , dia melirik kearah jimin dan ternyata jimin menangis dalam ciuman hangat itu.

Yoongi ingin menghentikan ciuman itu tapi jimin enggan , dia justru memperdalam ciuman mereka .

Sekitar lima menit mereka berciuman  dan jimin pun mengakhiri ciuman mereka.

" Daddy saranghae .."

Setumpuk pertanyaan dalam otak yoongi seolah hilang hanya dengan dua buah kalimat yg di ucapkan oleh jimin.

Direngkuhnya tubuh mungil itu kedalam pelukannya lagi kali ini jauh lebih erat seolah yoongi tak ingin melepaskan jimin sedetik saja.

" Nado saranghae jiminie."








🥀🥀




Jimin kecil menangis tersedu sedu di samping makan sang eomma , ya nyonya park meninggal dalam sebuah kecelakaan 'kabarnya' yg di dengar oleh orang lain memang seperti itu , tapi tidak dengan tuan park ,

Beliau merasa janggal dengan meninggalnya sang istri tercinta , pasalnya ada sebuah yg sangat tidak asing baginya , sebuah luka tembakan yg samar.

" Appa , kenapa eomma pergi meninggalkan kita? Apa eomma sudah tidak sayang sama kita." Tanya jimin.

" Tidak jimin , eomma sayang sama kita. Eomma pergi karena ada yg membunuh nya jimin."

" M-maksud appa ?"

" Jimin saat dewasa nanti kamu akan tau semua nya , sekarang hanya eomma mu yg pergi mungkin suatu hari nanti appa pun juga akan menyusul eomma."

" ... "

" Jika kamu sudah besar dan sudah mengetahui semua nya , kamu juga pasti tau apa yg akan kamu lakukan. Jika kamu ingin balas dendam jangan serang dengan senjata karena itu tidak akan membuatnya mati tapi serang dia tepat pada hati nya , buat dia jatuh cinta dan hancurkan perasaannya.

Lama lama dia akan mati dengan sendiri nya. Ingat jimin , ini eomma mu , seseorang yg telah melahirkan mu."






🥀🥀




Tepukan tangan riuh terdengar dari halaman belakang mansion mewah itu , lagi dan lagi yoongi terpukau dengan keahlian jimin.

Baru dua kali yoongi melatih jimin menggunakan pistol tapi jimin sudah sangat mahir memainkannya.

" Woah daebak sayang." Puji yoongi.

" Aku tidak sehebat diri mu daddy."

" Tapi bagi ku kau luar biasa."

" Gomawo." Ucap jimin malu malu.

" Oh iya , mulai sekarang panggil aku hyung."

" Kenapa ?"

" Tidak apa apa. Panggil daddy saat kita berada di atas ranjang saja."

" Okay hyung."




🥀🥀





Segini dulu aja yaa ..
Abaikan typo ..
😌😌

MAFIA MIN ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang