Jaemin menatap suaminya — Jeno yang sedang memakan hasil masakannya, ia cukup senang ketika Jeno mengucap kata enak untuk masakannya. Selama enam bulan pernikahannya, baru kali ini Jeno memuji masakannya. Berhasil membuat Jaemin berbunga-bunga.
Sesekali Jeno melirik ke arah Jaemin, saat tatapan keduanya bertemu buru-buru Jaemin menundukkan kepalanya. Membuat sang suami berdehem pelan.
"Aku sudah selesai, selamat malam."ucap Jeno, ia memundurkan kursi makannya kemudian pergi meninggalkan Jaemin sendirian.
Tatapannya beralih pada piring Jeno, yang tadinya penuh kini tak tersisa sedikit pun. Jeno memakannya dengan lahap, cukup membuat Jaemin senang.
Buru-buru ia membereskan makan malamnya, kemudian membereskan dan mencuci piring. Setelah selesai, ia naik ke lantai dua untuk ke kamarnya. Yap, keduanya memang berpisah ranjang. Tentunya atas kemauan Jeno, ia tak Sudi berbagi ranjang selain dengan orang yang ia cintai.
Mendengarnya cukup membuat Jaemin sakit hati, namun itu memang kenyataannya. Ia tak bisa memaksa Jeno untuk tidur satu ranjang dengannya. Lagipula, apa yang ia harapkan dari pernikahan lelucon ini? Berharap Jeno berbalas kasihan? Oh tidak, Jaemin tidak mau.
Langkahnya terhenti kala ia melewati kamar Jeno, pintunya sedikit terbuka. Dengan keberanian yang ia kumpulkan, perlahan langkahnya mendekati pintu kamar Jeno. Ia mengintip, didalam sana terlihat Jeno yang sedang berbicara dengan lawan bicaranya dalam telfon.
Bibir Jeno tertarik menjadi sebuah senyuman manis, membuat Jaemin yang melihatnya iri. Siapa yang sudah berhasil membuat Jeno tersenyum manis seperti itu? Selama pernikahannya, Jaemin tak pernah mendapatkan senyuman itu. Yang ia dapatkan hanya siksaan dan makian.
Tapi hal itu tak membuat ia menyerah — untuk sekarang. Tidak tau untuk nanti.
08.00 KST
Jaemin membuka matanya, ia merentangkan kedua tangannya. Bibirnya menguap kecil, kemudian ia melirik jam nakas disampingnya. Awalnya hanya biasa saja, namun beberapa detik kemudian ia melotot.
"Ya Tuhan!"pekik Jaemin.
Ia kesiangan, pasti Jeno marah karna ia tak sempat menyediakan keperluannya dan sarapannya. Bagaimana ini? Ia tak mau disiksa kembali hanya karna masalah sepele, buru-buru ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah.
Hanya tinggal dua anak tangga lagi, ia menghentikan langkahnya ketika melihat Jeno yang bersantai didepan TV. Ditemani laptop dipangkuannya, ia mengerutkan keningnya heran.
"J-jeno?"panggil Jaemin.
Jeno menoleh, ia melirik penampilan suaminya dari atas hingga ke bawah. Masih memakai piyama yang berwarna pink, dan juga rambut yang acak-acakan.
"Hm."
"Kau tidak berangkat ke kantor?"tanya Jaemin.
Terdengar decakan halus dari bibir Jeno, ia menatap Jaemin malas. "Kau masih muda, tapi mengapa ingatan mu begitu rendah?"tanya Jeno dengan nada yang menyindir.
Jaemin yang tak mengerti hanya terdiam seperti patung, sampai akhirnya ia menyadari jika hari ini akhir pekan. Wajar jika Jeno berada dirumah, lagipula siapa yang mau bekerja diakhir pekan seperti ini?
Tentu ada, contohnya sang suami. Oopsss!
"Kau sudah sarapan?"tanya Jaemin.
"Menurutmu? Aku harus makan apa ketika ditempat makan saja tidak terhidang apapun."jawab Jeno, berhasil membuat Jaemin meringis.
"Kalo begitu, aku masak terlebih dahulu. Tunggu sebentar.
Tanpa menunggu jawaban Jeno, Jaemin berlari kecil ke dapur. Ia mulai mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas dan memulai acara masaknya. Tak perlu waktu lama untuk ia menyelesaikan masakan itu, ia hanya memasak yang simple. Selain mengejar waktu, pasti Jeno juga sudah sangat lapar.
Baru akan membalikkan badannya, ia dikagetkan dengan Jeno yang berada dibelakangnya.
"Lihat pakai matamu jika berjalan!"sentak Jeno, hampir saja ia bertabrakan dengan Jaemin.
"A-ah iya, maaf. Aku tak sengaja melihat mu."cicit Jaemin, nyalinya menciut ketika mendengarkan suara Jeno seperti barusan.
"Kau belum mandi?"tanya Jeno, menatap Jaemin yang sedari tadi menundukkan kepalanya.
"Uhm, belum."
"Mandilah, aku tidak sudi mempunyai suami jelek seperti mu."sindir Jeno, Jaemin yang mendengarnya sontak mengerucutkan bibirnya.
"Baiklah."
Jaemin meninggalkan Jeno sendirian dimeja makan, namun tangannya berhasil dicekal oleh Jeno.
"Ada apa?"tanya Jaemin mengerutkan keningnya.
"Kau mau menjadi suami durhaka karna tidak menyiapkan sarapan ku?"tanya Jeno, ia mengangkat satu alisnya.
"Ah iya, aku lupa. Hehehe..."
Jaemin dengan telaten menyiapkan makanan Jeno, setelah selesai ia menyodorkan pada Jeno. "Terimakasih."ucap Jeno, yang diangguki oleh Jaemin.
Kemudian Jaemin berlalu begitu saja meninggalkan Jeno yang sedang sarapan, ia akan mandi dan berdandan cantik. Pasti suaminya itu akan seharian ada dirumah.
Sedangkan ditempat Jeno, ia baru saja menyelesaikan sarapannya. Kemudian ia membawa piring kosong itu ke wastafel dan menyimpannya. Tak lupa ia mencuci tangannya, kemudian berbalik.
Ia mengerutkan keningnya saat mencium aroma wangi khas Jaemin, yang tak lama kemudian muncullah suaminya. Jeno melirik Jaemin dari atas hingga bawah, mau kemana suaminya itu?
"Kau mau kemana?"tanya Jeno.
Jaemin menggeleng. "Aku hanya ingin tampil cantik didepan mu, apa aku salah?"tanya balik Jaemin.
"Tampil cantik? Berdandan atau tidaknya kau, kau tetap saja sama."jawab Jeno.
"Sama apa?"tanya Jaemin lagi.
"Sama-sama jelek."jawab Jeno acuh.
"Hapus dandanan mu itu, kau mau menggoda satpam didepan?"tanya Jeno, berhasil membuat Jaemin menggeleng keras.
"Tapi aku berdandan seperti ini cukup memakan waktu lama, Jeno."rengek Jaemin.
"Ada yang menyuruhmu dandan seperti itu? Bahkan kau malah terlihat seperti jalang diluaran sana, hapus sendiri atau aku yang menghapusnya?"ancam Jeno, tak lupa ditemani dengan kata kata pedasnya itu.
"Jalang, ya?"batin Jaemin.
"Baiklah, kalo begitu aku akan menghapusnya."ucap Jaemin dengan senyumannya, kemudian ia kembali naik ke lantai atas.
Tanpa sepengetahuan Jeno, Jaemin terisak kecil. Begitu tak sudi kah Jeno mempunyai suami seperti dirinya? Padahal dirinya salah apa, sampai-sampai perkataannya yang keluar dari mulut Jeno sangat menyakitkan.
•••
Disclaimer : Hai, kembali lagi dengan aku dan cerita baru ku hehe... Oh iya, ini fiksi ya. Jangan sangkut pautkan dengan dunia nyata, aku gak mau ada yang salpak diantara kalian dan malah bawa bawa ke dunia nyata.
Oh iya, cerita ini short. Kemungkinan gak banyak dan hanya memakan ±10 chapter. Terimakasih yang sudah mau baca. <3
YOU ARE READING
INFINITE REGRETS
Short StoryNa Jaemin, bisakah ia meluluhkan hati suaminya sendiri? Disaat orang-orang berbagi cerita tentang kemesraannya dalam rumah tangga, bagaimana keduanya saling berbagi keluh kesah, namun berbeda dengan dirinya. Didalam rumah tangganya, tidak ada yang n...