Part 8

130 16 4
                                    

"Nalen ya ampun! Kenapa sih gak mau diem banget—itu pot Mama jadi jatoh kan!!"

Yeri menghela napas panjang saat tahu pot bunga Mataharinya jatuh karena kena bola yang di tendang anaknya. Nalen hanya nyengir saja dan langsung mengambil bola itu. Namun sebelum dia beranjak dari sana, Yeri menahan tangannya.

"What's wrong sis?"

"Duduk dulu, Mama mau ngomong."

Nalen langsung duduk di sebelah Yeri, "Iya kenapa?"

"Besok kamu libur kan? Ada acara enggak?" Tanya Yeri.

Nalen menggeleng, "Nggak ada. Why sis?"

Yeri tersenyum, "Bisa dong anter Sekar? Bilang nggak ke kamu dia mau ke rumah Neneknya besok?"

"Hah? Dimana?"

"Bandung."

Nalen menggaruk pelipisnya, "Buset Ma! Jauh amat!"

"Anterin aja gih—pake aja mobil Papa."

"Kalau aku kecapean Senin gimana?"

"Ya pulang jangan malem dari sana, besok sabtu kan minggunya bisa rebahan noh! Kamu dari sini abis subuh aja. Ya? Oke!"

Yeri teriak kegirangan padahal Nalen belum mengiyakan sama sekali. Terkadang Nalen berfikir, Mamanya kenapa bersikeras menjodohkan Sekar dengan Nalen padahal Mamanya tahu bahwa Sekar ini bukan perempuan baik. Apa hanya karena Arumi? Toh sekarang dia sudah biasa saja kan setelah kejadian Arumi menjauh. Seharusnya Mama sudah bisa membatalkan perjodohannya dengan Sekar.

Jidan sama sekali tidak ada perasaan apapun kepada Sekar. Sikap Sekar yang dingin dan pendiam membuat anak gadis lainnya sering kali merundung Sekar dan gadis itu hanya diam tidak berani melawan. Sikap Sekar membuat Nalendra muak. Kenapa bisa dia di rundung namun hanya diam saja?

Yeri sudah masuk ke dalam rumah sejak 15 menit yang lalu jumat sore ini dengan langit yang lumayan mendung itu membuat perasaan Nalendra dilanda dilema. Dia tidak berani untuk bicara pada sang ibunda perihal perasaannya.

Dion yang baru saja pulang kerja itu saat menutup pintu mobil, kedua matanya melihat anaknya itu murung di depan teras sambil mencabuti rumput disana.

"Mendadak jadi tukang rumput?"

Suara Dion membuat Nalendra menoleh, "Nggak."

"Terus ngapain disini?" Dion tahu bila anaknya sedang memikirkan sesuatu.

Nalendra menghela napas panjang, "Pa—" kenapa rasanya sulit sekali untuk jujur pada orang tuanya, "Aku—mau ngobrol bisa Pa?"

Dion mengangguk dan duduk disebelah Nalendra, "Kenapa?"

Nalendra menggaruk lehernya yang tak gatal, "Perjodohan itu—beneran?" Tanyanya dengan ragu.

"Tuh tanya Mamamu!" Tidak sadar tangan Dion langsung mencabuti rumput disana.

"Aku nggak ada rasa apa apa sama Sekar, Pa."

"Kalau sama Arumi?" Tanya Dion.

"Udah nggak ada, beneran deh Pa."

"Terus mau gimana?" Tanya Dion. Ia tahu jika anaknya akan menolak perjodohan ini ujungnya.

"Aku mundur aja, boleh enggak?" Tanyanya.

Dion terdiam. Ia tidak bisa memutuskan apa apa karena yang merencanakan ini adalah istrinya. Sebenarnya Dion juga tidak setuju anaknya dijodohkan karena masih sekolah dan Dion bukanlah orang tua yang kolot. Mau siapapun gadis pilihan anaknya tentunya Dion akan setuju, asalkan gadis itu gadis baik dan tidak macam macam. Tentunya sayang pada anaknya.

My Family is My Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang