Part 15

4K 334 17
                                    

Happy reading

Jeongwo menatap intens haruto yang tertidur disofa ruang tamu, sepertinya dia baru saja menyelesaikan catatannya tentang mereka semua. Note book dengan sampul bunga sakura mengalihkan atensi jeongwo, sedikit menyengrit heran pada note yang ditempel haruto.

"Let's forget about him?"

Tangan jeongwo mengepal erat menahan amarahnya, siapa yang sedang dilupakan oleh haruto sekarang, apakah dia seorang yang telah menyakiti haruto, atau justru orang yang pernah ada didalam hidupnya.

"Kau harus melupakannya," Jeongwo tanpa memperdulikan reaksi haruto besok melihat tulisannya. "Jika tidak katakan selamat tinggal pada kehidupannya."

Pemuda tan itu menempelkan satu note tepat dibawah note yang dituliskan oleh haruto, netra miliknya beralih menatap kearah wajah damai haruto yang sedang tertidur. Dengan perlahan-lahan dia mendekatkan wajahnya kearah wajah haruto, lalu mengecup lamat kening dan ke-dua pipi haruto.

Entahlah kenapa perasaan marahnya tiba-tiba saja hilang setelah melihat wajah damai haruto, jeongwo merasa apakah dia benar-benar jatuh kedalam pesona anak fokuoka itu.

"Beristirahatlah sejenak, jangan terlalu memikirkan kami semuanya. Karna yang seharusnya kau pikirkan adalah dirimu sendiri." Bisik jeongwo, menggenggam tangan putih milik haruto.

Jeongwo menaikkan selimut yang menutupi tubuh haruto, sepertinya ada yang lebih dulu dari jeongwoo. Mungkin saja yedam yang biasanya sering sekali menyusup kedalam kamar haruto.

"Jeongwo."

Asahi mendekat kearah jeongwo dengan perlahan, takut membangunkan ilama kecil yang sedang tertidur nyenyak.

"Ada apa kak?" Jeongwo melepaskan genggaman tangannya dari tangan haruto.

"Jihoon menunggumu diruang bawah tanah sekarang, mungkin dia memiliki sesuatu untukmu."

Mendengar hal itu jeongwo langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi, ternyata kakak ke-duanya menepati janjinya untuk memberikannya mainan yang baru. Tidak apa-apa mengingkari janjinya pada haruto waktu itu.

"Haruto-haruto, naasnya dirimu harus terjebak dengan orang-orang gila." Asahi menggeleng kepalanya.

Asahi membelai wajah lembut haruto yang sedikit terlihat lebih tenang, perasaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya secara otomatis saat menyentuh haruto. Obatnya ternyata hanyalah sebuah ilusi bagaimana dirinya mencintai seseorang dengan tidak biasa, sebut saja obsesi, atau yang lainnya.

"Kenapa wajah milikmu lebih cantik dan sempurna melebihi seorang perempuan?"
Asahi mensejajarkan dirinya dengan haruto.

Ilusinya terkadang lebih nyata, namun ilusi yoshi lebih sempurna dari pada dia karna bayangan seseorang dibaliknya sangat penting dalam dirinya. Berbeda lagi jika bagi yedam dan juga doyoung, mereka lebih pintar menyembunyikan ilusi yang mereka lihat hanya dengan senyuman.

"Ilusi milikku hanya bergantung pada dirimu seutuhnya, jadi tetaplah menjadi ilusi penopang hidupku." Ucap asahi sembari menatap indahnya pemandangan didepannya.

"Jika memaksa untuk pergi, mungkin kaki cantik milikmu akan aku patahkan."

Asahi melirik melalui ekor matanya kearah belakang, sepertinya Junghwan sedang dalam mode tidak baik-baik saja.
Terbukti dari auranya yang sudah lebih kelam dari pada milik jihoon, Anggap saja lebih menakutkan dari hyunsuk ketika sudah marah.

Puk!

Junghwan menjatuhkan begitu saja wajahnya pada tangan haruto, sedikit merasa tidak puas karena ternyata dia terlambat. Niatnya ingin menceritakan semuanya yang terjadi padanya hari ini semuanya kepada haruto, tapi sepertinya si manis sudah lelah lebih dulu dari dirinya.

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang