Part 2 - Kopi dan Kue

17 3 1
                                    


Cerita Setelah Pulang Sekolah

 Ketika matahari senja sudah mulai menyelimuti bumi, seorang pemuda sedang berjalan pulang setelah penat seharian melaksanakan kegiatan di sekolah. Di jalan pulang, ia melihat sebuah poster di sebuah dinding yang menarik perhatian nya. Di poster itu bertuliskan, "Di cari seorang pekerja magang untuk membantu pekerjaan di cafe kami, Di gaji setiap 2 minggu sekali. Tolong bawa poster di bawah ini dan pergi ke alamat Jl.Jua***li No 24."

"Hmm, kaya nya boleh juga Aku daftar disini." Ucap ku bergumam di dalam hati.

  Sebelum aku melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, aku sempatkan diri untuk membeli beberapa bahan-bahan masakan untuk esok ku masak di warung langganan ku. Di kota yang besar ini, aku harus bisa hemat-hemat uang dan juga harus bisa masak sendiri. Beruntung saat di rumah aku pernah di ajarin ibu, jadi saat merantau seperti keadaan seperti ini aku jadi tidak kaku.

"Eh nak Dika kamu belanja lagi?" Ucap ibu pemilik warung

"Eh Iya Bu Yun, kebetulan di kost bahan nya udah habis." Jelas ku kepadanya.

"Oh gitu ya, yaudah silahkan pilih mau beli sayur apa. Maaf ya sayur nya cuma segini aja soalnya udah sore juga kan."

"Iya bu gpp, lagipula saya gak mau bikin banyak makanan." 

 Setelah itu aku membeli beberapa sayuran dan bahan-bahan makanan yang aku perlukan, kemudian aku melanjutkan perjalanan ku pulang ke kostan ku. Kostan ku itu sangat dekat sekali dengan sebuah sawah, pemandangannya sangat indah pada pagi hari dan sangat menyeram kan pada malam hari.

 Tiba di rumah, aku meletakkan belanjaan di dapur dan merapikan barang-barang. Aku kemudian duduk di pinggir kasur sambil mengamati poster yang kubawa tadi. Aku memikirkan langkah selanjutnya yang harus kupertimbangkan. Tawaran magang di cafe itu terdengar menarik, dan aku berpikir bahwa ini bisa menjadi kesempatan bagus untukku.

 Tekad ku semakin kuat, setelah aku melihat poto ibu di kamar ku. Kemudian Aku mulai menulis surat lamaran dan menyusun CV dengan penuh perhatian di sebuah aplikasi di hp. Aku ingin memberikan kesan yang baik kepada pihak cafe. Setelah selesai, aku mencetak surat dan CV tersebut. Hatiku berdebar-debar campur aduk antara harapan dan sedikit gugup.

Cafe Sebrang Jalan

 Keesokan Hari Nya

  Di jam istirahat ke dua, Aku dan Aldi sedang berada di dalam perpustakaan sekolah. Perpustakaan ini sangat keren, didalam nya banyak sekali buku yang di pajang. Bahkan bangku dan meja untuk duduk di beri cat warna-warni, perpustakaan ini memang terbaik. Aku disini bukan tanpa sebab, karena hari ini aku disuruh untuk membantu menaruh buku-buku baru ke perpustakaan.

 Aku berdiri di depan rak buku sembari memegang buku-buku baru, sembari menata beberapa tumpukan buku baru yang harus diletakkan di rak-rak yang telah kosong. Aldi, teman sebangkuku, juga sibuk membantu, meskipun terlihat agak ceroboh dalam menyusun buku-buku itu.

"Aldi, hati-hati! Jangan sampai bukunya rusak nanti kita bakal di omelin Pak Joko ," ujarku sambil mengatur tumpukan buku di tanganku.

"Aduh, maaf Dika. Aku agak kaget pas kita di suruh bantuin, aku jadi kalau takut bukunya jatuh atau gimana gitu," jawab Aldi sambil tersenyum grogi.

Aku tertawa kecil. "Gapapa, yang penting kita hati-hati. Nanti kalau sudah rapi, perpustakaannya pasti jadi lebih cantik."

 Kami terus bekerja bersama-sama, menata buku-buku baru tersebut. Udara di perpustakaan terasa sejuk dan tenang, hanya dihiasi oleh suara tumpukan buku yang diatur dan obrolan pelan antara kami. Aku merasa senang bisa membantu mengatur perpustakaan, meskipun sedikit berbeda dengan kegiatan sehari-hari.

Setelah selesai, kami berdua melihat hasil kerja kami dengan bangga. "Bagus juga ya, Dika. Perpustakaannya jadi lebih teratur sekarang," komentar Aldi.

 Setelah itu datang lah Kak Rizka Maharani, seorang Ketua osis yang baik hati. Seorang gadis yang sangat periang, namun di sisi lain sangat lah tegas. Kabarnya dia dapat melaksanakan 2 tugas sekaligus dalam hanya beberapa hari, para anggota osis pun menghormati nya. Dia mungkin orang yang bakal mendapatkan pekerjaan bagus suatu saat.

Kak Rizka menghampiri kami dengan senyuman ramah. "Halo, Dika dan Aldi! Terima kasih banyak atas bantuan kalian. Perpustakaannya terlihat lebih rapi dan tertata dengan baik sekarang."

Aku dan Aldi tersenyum bangga. "Tidak masalah, Kak. Kami senang bisa membantu," jawabku.

 Kak Rizka mengangguk. "Bagus, bagus. Kalian berdua memang punya semangat yang luar biasa. Kalau begitu, jangan ragu buat kasih kontribusi lebih banyak lagi di sekolah ya."

 Setelah itu Kak Rizka pergi, aku dan Aldi kembali melanjutkan aktivitas kami. Kami berbicara tentang tugas-tugas sekolah dan rencana untuk esok hari. Namun, pikiranku tak bisa berhenti dari pertimbangan tentang wawancara di cafe. Tiba-tiba, Aldi menyadari kekhawatiran yang terpancar dari wajahku.

"Ada yang kamu pikirkan, Dika?" tanyanya.

Aku menghela napas. "Iya, sebenarnya sore ini aku harus datang ke cafe untuk melamar menjadi anak ma. Aku gugup banget nih, Aldi."

Aldi mengangguk. " Aku ngerti, tapi percaya ama dirimu sendiri. Aku yakin segala usaha yang  dilakukan akan membuahkan hasil."

 Kata-katanya membuatku merasa lebih tenang. Kami berbicara lebih lama tentang segala hal, mencoba untuk meredakan rasa cemas yang ada dalam diriku. Aldi selalu punya cara membuat suasana jadi lebih cair. Aku merasa beruntung mengenal seorang Aldi di sekolah, dia sangat banyak membantu.

 Sore hari pun datang, akhirnya tiba lah waktu pulang. Pulang dari sekolah, aku langsung menghampiri cafe yang di maksud. Tak kusangka, cafe itu berada di dekat sekolah. Jika aku lihat di peta online, itu dekat sekali dengan jalan utama menuju kota. Namun jika di lihat lagi, cafe itu berada di sebrang jalan dari arah keluar jalan kedua menuju sekolah.

 Singkat cerita, Ketika tiba di cafe, suasana hangat dan aroma kopi yang nikmat menyambutku. Masuk ke dalam cafe, aku merasa sedikit gugup namun juga antusias. Aku melihat sekeliling, menilai suasana dan tata letak cafe. Tempat ini sungguh nyaman, dengan dinding yang dihiasi karya seni lokal dan meja-meja kayu yang terlihat hangat. Aroma kopi dan makanan yang menggoda selera di sajikan di meha-meja pelanggan.

Seorang pelayan yang ramah menyambutku. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Aku menyodorkan poster yang kubawa. "Saya melihat poster ini, bahwa ada lowongan pekerja magang di cafe ini. Bisakah saya mendapatkan informasi lebih lanjut?"

Pelayan itu tersenyum. "Tentu, silakan tunggu sebentar. Saya akan panggil manajer kami."

 Beberapa saat kemudian, seorang anak muda berpakaian rapi datang mendekatiku. Dia tersenyum hangat. "Halo, nama saya Frank . Anda datang untuk melamar pekerjaan magang?"

 Aku mengangguk sedikit gugup. "Iya, saya tertarik dengan tawaran tersebut. Apa saya bisa tahu lebih detail tentang pekerjaan ini?"

Until You Look At Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang