🔞
Jeno mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus gorden kamarnya, ia mengernyit dah membuka matanya perlahan. Dengan lemas ia menoleh ke samping, ah sial ia terlambat untuk bekerja. Kembali menoleh ke samping, dimana Jaemin masih tertidur pulas dalam dekapannya.
Jika dilihat, Jaemin memang cantik. Bahkan bulu matanya terlihat sangat panjang, pertama kali Jeno melihatnya saja sudah jatuh cinta. Ralat — dari dulu memang ia jatuh cinta pada Jaemin.
Jeno membenarkan posisinya, ia membawa Jaemin ke dalam dekapannya. Tangannya mengelus pelan punggung polos Jaemin, terasa begitu lembut bagaikan kulit bayi.
Dengan setia, Jeno memandang wajah damai Jaemin ketika tidur. Wajah ini, wajah yang selalu ceria. Selalu tersenyum hangat ketika menyambut dirinya, bibirnya selalu mengerucut ketika ia kesal, bahkan jika ia sedang mengomel, bibirnya maju beberapa centi dan menggerutu.
Na Jaemin, nama yang telah berganti marga menjadi Jung Jaemin. Tentunya mengikuti marga dirinya, karna bagaimana pun disini, dirinyalah yang menduduki posisi dominan. Maka dari itu, Jaemin yang memiliki pihak bawah, mau tak mau mengikuti jejak suaminya.
Jung Jaemin, nama yang sangat indah. Indah didengar, indah dibaca, dan indah saat dipanggil. Jeno selalu suka dengan apapun yang bersangkutan dengan suaminya. Terbayang dalam pikirannya, bagaimana dirinya memperlakukan Jaemin selama ini. Bersikap acuh, tak perduli, dan memakinya. Bahkan ia tak segan untuk menyiksa Jaemin, hanya karna masalah kecil.
Ia aku-akui, memang kejam. Tak pantas untuk menjadi suami Jaemin, bahkan dirinya berasa gagal menjadi kepala rumah tangga. Jeno menghela nafas, ini semua hanya karna satu masalah, yang sialnya Jeno tak mau memberi tau apa penyebabnya. Ia hanya memendamnya, seolah-olah jika Jeno memang benar-benar membenci Jaemin dan pernikahannya.
Mungkin tidak sekarang, tapi nanti — ada saatnya dimana Jeno memberi tau semuanya. Alasan mengapa ia bersikap seperti ini. Kembali pada Jeno yang sedang menatap Jaemin, tak sadar jika sang empu sudah terbangun dan menatap balik Jeno.
Tangan Jaemin terulur untuk mengelus rahang Jeno, begitu tampan. Jeno tersadar kemudian ia menatap Jaemin dengan tatapan datar.
"Minggir, kau berat."ucap Jeno, Jaemin mencibir mendengarnya.
Padahal semalam ia yang menariknya untuk tidur dalam dekapannya, namun sekarang lihatlah. Jaemin mendengus, kemudian ia bangkit dan duduk dipinggiran kasur.
Jaemin memungut bajunya, kemudian menoleh ke belakang. "Kau tidak bekerja?"tanya Jaemin.
"Kelihatannya?"tanya balik Jeno.
Jaemin membulatkan mulutnya, kemudian berdiri dengan pelan. Terdengar suara ringisan dari bibirnya, membuat Jeno memperhatikannya. Melihat Jaemin yang hilang dari pandangannya, Jeno menghela nafas. Kemudian ia mendudukkan dirinya dan mengusap wajahnya.
Kemudian ia bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi, sedangkan dikamar Jaemin, sang empu kini tengah bercermin. Menatap kissmark yang telah dibuat oleh Jeno, Jaemin berdecak. Ini sangat banyak, apakah Jeno gila?
Tapi tak dipungkiri jika ia tersenyum malu, bahkan wajahnya memerah. "Aaaaa Jenooo! Selalu saja bisa membuatku tersipu malu."gumam Jaemin, ia menangkup wajahnya dan menepuk-nepuk pelan kedua pipinya.
Jaemin refleks menoleh ke arah pintu ketika suaranya terdengar terbuka, terlihat Jeno yang menyembulkan kepalanya. Bisa dilihat, sang suami baru saja mandi. Terlihat handuk yang melilit di pinggangnya, memamerkan perut kotak dan dada bidangnya.
Jeno masuk, menatap kamar Jaemin. "Bubu dan Baba akan kemari, mereka mengabariku barusan."ucap Jeno memberitahu, ia melangkah mendekati Jaemin, mengambil handuk kecil kemudian menyodorkannya pada Jaemin.
YOU ARE READING
INFINITE REGRETS
Short StoryNa Jaemin, bisakah ia meluluhkan hati suaminya sendiri? Disaat orang-orang berbagi cerita tentang kemesraannya dalam rumah tangga, bagaimana keduanya saling berbagi keluh kesah, namun berbeda dengan dirinya. Didalam rumah tangganya, tidak ada yang n...