14

131 7 3
                                    

Naruto membuka matanya karena sinar mentari yang menembus jendela tertutup. Dia menggeliat, menggerakkan badannya. Dan dia merasakan tengkuknya terasa sakit. Dia tidak tahu apa yang terjadi semalam, tapi sedikit ingatan membuatnya teringat Murasaki yang kesakitan. Dia bangun tergesa sehingga dia pun merasa pusing dan jatuh lagi.

Dia duduk sejenak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedikit meringankan leher kaku dan menghilangkan pusingnya. Setelah rasa sakit agak berkurang, dia meraih yukatanya lalu berdiri sambil mengenakan yukatanya.

Dia menggeser pintu dan melihat bahwa Murasaki sudah duduk di kursi batu pinggir sungai. Wanita itu melongokkan wajahnya di baskom lalu bersuara seperti ingin muntah. Seorang wanita paruh baya tampak memijat-mijat pundaknya.

Naruto berjalan mendekat. Dan melihat bahwa Murasaki muntah di baskom. Dia berjongkok di samping Murasaki dan mengelus punggungnya. "Apakah kau sakit?"

"Aku tidak muntah sebelumnya. Tapi mulai mual setelah tahu," kata Murasaki dengan menahan mual, lalu muntah lagi.

Naruto juga merasa getir melihat kondisi Murasaki. Dia menutup matanya. Ikut mual juga.

"Bayimu menyiksanya, anak muda," kata wanita paruh baya itu.

Mata Naruto terbuka. "Bayi... apa?" Naruto tergagap.

Murasaki muntah lagi dan Naruto menatap wanita itu gamang.

"Ya, Bayimu ada di perut ratu kami." Kata wanita itu lagi.

"Ratu? Apa?"

Murasaki menahan rasa mual. Dia memegang tangan Naruto dan mendongak, menatap Naruto dengan mata berkaca-kaca. "Naruto..., aku hamil... aku mengandung anakmu."

Kabar itu mengejutkan Naruto. Dia berdiri kaku dan Murasaki menangis tersedu. "Maafkan kebohonganku, Naruto. Aku bukan Murasaki. Aku... aku adalah Konan Akatsuki."

Naruto menggelengkan kepalanya. "Tidak... ini tidak mungkin... ."

Naruto melepaskan diri dari genggaman tangan Konan lalu berbalik. Konan memanggilnya. "Naruto, aku mohon... aku mengandung anakmu."

Naruto mengangkat tangannya. "Beri aku waktu. Ini semua mengejutkan. Aku belum siap menerimanya."

Naruto pergi begitu saja. Konan merasa mual lagi. Dia muntah lagi lalu menangis sesenggukan. Dalam hati, Konan berharap agar Naruto tidak meninggalkannya.

---*---

'Daichi'

Mikoto membaca tulisan itu, lalu tersenyum bahagia. Dia memdekap kertas, surat dari Minato yang hanya bertuliskan nama itu. Hanya satu kata dan hal itu sungguh membuatnya bahagia.

Sakura yang memeriksa kondisi bayinya tersenyum melihat tingkahnya. Tunggu, bayi itu bernama Daichi sekarang. Daichi yang berarti kebijaksanaan yang agung. Dia bisa mengira-ira harapan Minato pada bayi mereka.

"Anda tampak bahagia. Apa yang ditulis suami anda?" Tanya Sakura.

Mikoto mendesah,"Dia memberikan nama bagi bayi kami."

"Jadi, anda bersurat untuk menanyakan nama bayi? Apa jadinya jika senior saya tidak mengambil bahan yang habis."

"Senior?"

"Ya, saya menitipkannya pada tabib senior. Dia pulang sebentar lalu kembali ke Byakugan-Hyuga lagi. Ratu masih ada di sana."

"Oh, lalu... surat ini?"

"Oh, itu... seorang prajurit tampan memberikannya padaku. Ada coretan di hidungnya. Apakah itu suami anda?"

"Itu..."

Desire Of KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang