12. Permusuhan yang Panjang (2)

94 6 14
                                    

Bersama Norman yang membawa buku dan Kyle yang membawa cuka, mereka pergi ke ruang guru dan menemui wali kelas mereka. Sesampainya di sana, mereka menceritakan apa yang terjadi lalu Pio menunjukkan bukti berupa buku, cuka, dan foto-foto berupa buku yang menempel di meja dan tangan Norman yang menempel pada sampul buku.

Sang Wali Kelas menyentuh sampul buku. Ada jejak berupa lem di sana meski sedikit. Ia sentuh telapak tangan Norman yang menempel pada buku lalu mendekatkan jarinya sedikit ke arah hidungnya. Ada bau cuka dan sedikit lem di sana. Sang Wali Kelas mengangguk mengerti lalu ia berkata.

"Ibu akan ke kelas kalian untuk memeriksa mejanya. Sekarang ikut Ibu."
"Baik, Bu," jawab Norman, Kyle, dan Pio bersamaan.

Mereka berlima berjalan ke kelas 6-3. Sesampainya di sana, siswa siswi yang sedang bermain, mengobrol, dan lain sebagainya segera kembali ke bangku mereka masing-masing. Mereka duduk dalam diam lalu sang Wali Kelas mengelus meja Norman dan Kyle lalu mencium jarinya. Ya, ada bau cuka dan sedikit lem di sana.

"Apa kalian sudah tahu siapa pelakunya?" tanya sang Wali Kelas kepada Norman, Kyle, dan Pio.
"Ya," jawab Pio sembari mengangguk.
"Siapa?"
"Anak baru bernama Brady dan Jay."
"Apa?" ucap sang Wali Kelas terkejut.

"Saat ini kakak saya sedang mencarinya dan lima belas menit kemudian dia menelepon saya. Katanya dia sudah menemukan mereka."
"Di mana?"
"Di Ruang Gudang dekat dengan Kelas 1."
"Jauh sekali."

"Ya, Bu. Saya juga tidak menyangka mereka bersembunyi di sana."
"Ya, sudah. Mari kita ke sana."
"Baik, Bu," ucap Pio, Norman, dan Kyle bersamaan.

Mereka berempat berjalan ke arah Gudang sementara para murid berdiri dari tempat duduk mereka dan mengerumuni pintu. Beberapa dari mereka bersuara, memberi usul.

"Bagaimana kalau kita ikuti mereka?" tanya seorang anak lelaki berambut hijau.

"Tetapi, nanti Bu Wang datang bagaimana?" ucap anak perempuan berambut hitam di kuncir kanan.
"Halah, hanya sebentar saja."
"Hm...."

"Aku ikut!" seru seorang anak lelaki berambut agak keriting berwarna cokelat.
"Ayo."
"Tetapi...." sanggah anak perempuan tadi.

"Kabari saja kalau Bu Wang datang."
"Haih. Baiklah," dan anak perempuan itu menghela nafas pasrah.

Kedua anak lelaki itu berlari menjauh dari kelas mereka sementara anak perempuan tadi melihat mereka dengan raut muka cemas. Ia dan kawan-kawan lainnya masuk ke dalam kelas sementara Norman, Kyle, Pio, dan sang Wali Kelas sudah sampai di Ruang Gudang.

Sesampainya di depan Ruang Gudang, sang Wali Kelas masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Pio, Norman, dan Kyle. Tampak oleh mereka Gio yang mengawasi Brady dan Kyle lalu sang Wali Kelas berjalan mendekati Gio.

"Ibu sudah mendengar ceritanya dari Pio tentang apa yang terjadi. Ibu juga sudah melihat buktinya. Sekarang, ceritakan apa yang terjadi dan apa alasanmu berpikir Brady dan Jay adalah pelakunya."

"Saya merasa mereka yang jahil pada Norman dan Kyle karena dari kemarin mereka menjahili kedua anak tersebut. Pertama, kedua anak tersebut dijahili dengan laba-laba dan pisang dimana setelah ditakuti dengan laba-laba, Norman dan Kyle berlari ke luar kelas namun, mereka tidak sadar ada kulit pisang di lantai searah dengan pintu makanya mereka jatuh dan dagu mereka memar. Kedua, dengan kecoak dan menabrak pintu karena pintunya ditutup oleh Jay saat Norman dan Kyle ditakut-takuti oleh Brady dengan kecoak. Yang ketiga adalah tentang buku ini. Saya rasa mereka berdua melakukannya bersama-sama. Maksudnya membalur lem pada buku dan meletakkannya ke meja."

Sang Wali Kelas menoleh ke belakang lalu ia amati dagu Norman dan Kyle. Yang dikatakan Gio benar. Dagu mereka berdua bengkak. Ia menoleh ke arah Gio lalu ia bersuara.

Five Loves for My Son Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang